Sudah dua minggu lamanya setelah kejadian malam itu sama sekali tidak ada perkembangan. Raihan mengetuk-ngetuk bolpoin ke meja kerjanya. Ia baru saja pulang dari perjalanan bisnis selama satu minggu. Raihan menekan nomor Afnan yang ada di ponselnya.
"Hallo, lo dimana?" tanya Raihan setelah telepon tersambung
"Gue di rumah sakit, kenapa?" balas Afnan di seberang sana
"Gimana? Ada perkembangan?"
"Belum, gue masih sibuk ngurusin pasien. Tapi saat gue liat cctv nya, gue kayak gak asing sama postur tubuhnya."
"Wajahnya keliatan gak?"
"Ada, tapi gak jelas. Mungkin lo bisa ngenalin nya," balas Afnan
"Nanti siang bisa ketemu?" tanya Raihan, ia cukup penasaran dengan wanita itu
"Di restoran biasa aja, sekalian makan siang."
"Oke."
Raihan segera menutup telepon itu. Sejenak ia berpikir, jika wanita itu hamil kenapa tidak mendatanginya. Jikalau pun tidak kenapa dia tidak menuntutnya karena telah mengambil mahkota yang telah ia jaga.
Terlalu fokus dengan lamunannya, Raihan sampai tidak sadar bahwa sekertaris nya memanggil ia dari tadi. Jika saja suara sekertaris nya itu dinaikkan, maka ia akan terus terhanyut dalam lamunannya.
"Eh, iya kenapa Ris?" tanyanya setelah sadar dari lamunan panjang
"Sepuluh menit lagi bapak harus menghadiri meeting, dan sekarang semua staff telah berkumpul," ujarnya
Raihan mengangguk mengerti lalu segera menuju ruangan meeting yang disusul oleh sekertaris nya.
Sementara di sisi lain, seorang gadis, ralat maksudnya seorang wanita baru saja selesai membersihkan rumah. Hari ini jadwal Nadira kerja siang, jadi dia masih bersantai setelah pekerjaan rumahnya selesai. Nadira memutuskan untuk mandi saja, agar nanti ia tidak terburu-buru.
Namun saat akan menuju kamar mandi, ia melewati kalender yang menggantung di dinding rumahnya. Gotcha. Ia baru ingat, kenapa hari ini ia belum menstruasi juga. Buru-buru ia melihat tanggal di kalendernya. Ini sudah telat tiga hari dari tanggal yang sudah ditentukan seharusnya. Jangan, jangan sampai yang ada di pikirannya terjadi.
Sial, gak mungkin kan kalau gue hamil. ucapnya dalam batin
Terdengar suara dering telpon dari dalam kamar. Nadira buru-buru mengambil handphone nya, tertera nama Meysa disana.
"Dir, temenin gue beli buku yuk, lo kan kerja bagian siang," ujar Meysa setelah teleponnya diangkat oleh Nadira
"Mey," ucap Nadira dengan sedikit bergetar, "bisa ke rumah gue gak? sekalian tolong bawain tespek," lanjutnya
"Dir, maksud lo?" Dari nada suaranya, Meysa terdengar terkejut
"Gue telat menstruasi Mey."
"Tunggu gue kesana sekarang."
Sambungan telepon terputus, dan kini Nadira hanya bisa melamun. Jika itu benar terjadi, ia harus apa. Bagaimana dengan masa depannya, apa ia harus meminta pe tanggung jawaban juga?
Ia melirik foto kedua orang tuanya yang berada di meja nakas kamarnya. "Bu, pak, Nadira harus gimana kalau seandainya itu terjadi," lirih nya
Tok.. Tokk.. Tokk..
Nadira segera membukakan pintu rumah setelah mendengar ada yang mengetuk nya. Ditatap nya wajah Meysa dengan sendu, seolah mengadu. Meysa yang melihat itu mengusap punggung temannya dengan pelan dan membawanya masuk.
"Sekarang, lo coba tes dulu, gimana pun nanti hasilnya lo pasti bisa buat ngejalanin itu," ujar Meysa seraya menyerahkan sebuah tespek
Dengan ragu Nadira menerima tespek itu lalu menuju kamar mandi. Ia termenung lama di kamar mandi sebelum akhirnya dengan ragu ia membuka tespek itu. Setelah beberapa lama menunggu, Nadira melihat hasil tespek itu.
Deg. Garis dua.
Pertahanan Nadira runtuh saat itu juga. Mata nya mulai mengeluarkan bulir air mata. Masa depannya hancur saat itu juga, ia tidak tau apa yang akan ia lakukan ke depannya. Meysa yang niatnya ingin memastikan Nadira langsung kaget melihat temannya sedang menangis tersedu-sedu.
Meysa buru-buru merangkul Nadira setelah melihat hasil tespek yang menunjukkan garis dua. "Dir, lo tenang dulu ya," kata Meysa melihat Nadira mulai memukul mukul perutnya
Nadira menggeleng, "gue harus gugurin anak ini Mey, ayo temenin gue."
"Dir, lo sadar gak sih sama apa yang lo omongin! Gue tau lo gak bisa cuma sekedar tenang, tapi kita harus pikirin baik-baik, gak boleh gegabah," jelas Meysa
"Masa depan gue udah hancur Mey, gue udah gak berguna."
Meysa membantu temannya itu untuk berdiri lalu membawanya ke ruang tengah, memberinya minum sambil menenangkannya. Setelah terlihat tenang barulah Meysa menanyai Nadira dengan hati-hati.
"Dir, lo pasti tau kan siapa ayah dari anak yang lo kandung, bilang ke gue siapa orang nya, dia harus bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat," ucap Meysa
Nadira langsung mematung, ia ingat betul dan tidak akan salah siapa lelaki yang merenggut mahkotanya. Bahkan sampai saat ini pun otaknya masih merekam jelas wajah lelaki itu.
"Gue gak tau Mey," jawabnya
"Lo gak tau atau pura-pura gak tau?" selidik Meysa, "atau perlu gue cari tau sendiri? Lo belum cerita apa-apa setelah kejadian itu," lanjutnya
Nadira menghela nafas, "Waktu itu gue lagi cari kerja tambahan, kebetulan saat itu gue ketemu Chelsea, lo pasti inget dia kan? Dia nawarin kerjaan, karena gue butuh banget jadi ya gue ambil tanpa merasa aneh kenapa harus ketemuan di hotel, setelah itu ya terjadi hal itu," kata Nadira sambil tertawa miris.
"Gue bodoh banget ya Mey, kalau aja gue waktu itu gak langsung mengiyakan, pasti anak ini gak bakal ada dalam rahim gue, impian gue masih bisa tercapai," lanjutnya
"Lo gak berpikir kalau lo di jebak sama Chelsea?" tanya Meysa yang dibalas gelengan kepala oleh Nadira
"Gue saat itu lagi butuh banget kerjaan buat nerusin hidup gue, gue seakan lupa semua kejahatan Chelsea Mey," jawab gadis itu sambil tertunduk
"Oke, itu semua udah terjadi, jadi gak ada alesan buat disesali. Sekarang, lo mau gimana kedepannya? Tapi yang pasti, jangan pernah berpikir untuk nge gugurin kandungan itu," tegas Meysa
"Gue gak tau Mey, gue belum mikirin gimana kedepannya."
"Yaudah sekarang lo istirahat aja ya, gak usah kerja."
"Gue harus kerja Mey, gue gak mungkin bolos, gue juga pengen nenangin pikiran, mungkin dengan berangkat kerja gue jadi gak terlalu kepikiran," kata Nadira sambil mengelap air matanya
"Gue anterin ya ke tempat kerjanya, lo siap siap dulu gih." Nadira langsung beranjak untuk mengganti bajunya dengan seragam restoran nya.
Kebetulan Meysa membawa motor saat ke rumah Nadira, jadi sekalian saja ia mengantarkan temannya itu karena tempat kerja Nadira searah dengan jalan ke rumahnya. Setelah Nadira siap barulah mereka pergi, karena takut jalanan akan macet juga walaupun mereka menggunakan motor.
"Thank ya Mey udah anterin gue," ucap Nadira setelah sampai di depan restoran tempat kerjanya
"Kayak sama siapa aja lo, kalau ada apa-apa hubungin gue ya," ujar Meysa lalu segera menjalankan motornya kembali
Nadira melangkahkan kakinya memasuki restoran, namun belum sampai pada pintu masuk ia sudah melihat sosok laki-laki yang dari postur tubuhnya ia kenal. Buru-buru ia memutar arahnya untuk melewati pintu belakang.
"Gue gak boleh ketemu dia," ucapnya dalam hati
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Dòng sông/suối đen
Lanjutin dong, penasaran banget!
2023-08-03
0
Fu Jinlee
Thor, terima kasih sudah menulis novel seru ini
2023-08-03
0