Awal dari semuanya

"Aduh, gue harus cari kerjaan kemana lagi ya," keluh seorang cewek pemilik bola mata coklat terang yang tak lain adalah Nadira

Ia sedang berdiam diri di halte bis dekat kontrakannya, kemarin Nadira sudah mencari perkerjaan namun belum ada yang menerima. Jadi hari ini ia memutuskan untuk mencari perkerjaan kembali. Nadira memang sudah berkerja di restoran, namun ia juga memiliki kebutuhan yang semakin bertambah sehingga membuatnya mau tak mau mencari perkerjaan yang lebih besar gajinya.

"Nadira."

Seseorang memanggilnya dari samping, lalu Nadira menoleh. Sedikit mengerutkan keningnya seolah tidak kenal seseorang yang menyapanya.

"Gue Chelsea, lo masa gak inget sih, kita temen smp dulu." Seseorang bernama Chelsea itu mengulurkan tangannya

Nadira membalas uluran tangan itu lalu seulas senyum muncul di bibirnya, "oh, Chelsea kelas B ya?" ujarnya

"Iya, masa lo udah lupa lagi sih sama gue,"

"Hehe, sorry, gimana kabarnya?" tanya Nadira basa-basi

"Gue baik, kalau lo sih kayaknya keliatan baik juga ya, oh iya, lagi ngapain disini?" tanya Chelsea lalu duduk disamping Nadira

"Lagi mau cari kerja dari kemarin belum dapet."

"Temen gue lagi orang kerja loh, mau dicoba dulu buat ngelamar?" kata Chelsea

Senyum Nadira kini kembali muncul, ia langsung menganggukkan kepalanya, "gue mau banget Chel, kapan gue ketemu orangnya?"

"Nanti malem dateng ke alamat ini, temui gue di ruangan no 103 jam delapan malam," ujarnya sambil menyerahkan sebuah kartu

Lalu tak lama setelah itu sebuah motor berhenti di hadapan mereka, ternyata itu GO-JEK pesanan Chelsea. "Gue duluan ya, nanti gue tunggu kedatangannya."

Tinggallah Nadira sendiri di halte dengan pikiran yang sedang bingung. Ia sedikit ragu dengan pekerjaan yang ditawarkan oleh Chelsea, namun ia juga sangat butuh pekerjaan. Semoga saja ia bisa diterima, dan ini menjadi awal yang baik.

Nadira pun beranjak meninggalkan halte menuju rumah kontrakannya untuk menyiapkan beberapa hal yang perlu dibawa untuk melamar kerja. Karena ada beberapa yang kurang.

Waktu terasa begitu cepat hingga sang matahari telah berganti dengan bulan yang sinarnya sangat terang malam ini. Nadira mengoleskan sedikit lip balm ke bibirnya. Malam ini ia mengenakan dress selutut dengan lengan panjang dan memakai highhils dengan tinggi 3 cm. Tidak lupa tas selendang kecil serta berkas-berkas nya.

"Bismillah, semoga ini menjadi awal yang baik," ucapnya dalam hati lalu melangkahkan kakinya meninggalkan pekarangan rumah.

Sedangkan di sudut lain kota ini seorang pria dengan tinggi 175cm sedang sibuk bersiap memilih kemeja mana yang akan ia pakai malam ini. Tidak lupa ia juga memilih jam tangan branded koleksinya untuk dipakai agar menambah ketampanannya. Suara dering telpon mengalihkan perhatiannya.

"Han, lo dimana sih? Kita udah nunggu lama banget nih." Terdengar suara dari sebrang sana setelah telepon diangkat

"Gue otw sekarang."

"Cepet, jangan lama-lama."

Raihan segera memutuskan sambungan telepon itu. CEO tampan, pewaris tunggal keluarga Adinata itu akan pergi ke sebuah club terkenal di kota ini. Ia bukan tipe laki-laki yang sering keluar masuk club, namun hanya sesekali saja. Hari ini pun karena ia menepati janjinya kepada Gavin untuk menemani minum di club.

Laki-laki itu menyuruh salah satu satpam untuk mengeluarkan salah satu mobil koleksinya yang ada di garasi. Pilihannya jatuh kepada mobil Civic, mungkin harga mobil itu tidak seberapa dengan mobil lainnya. Tapi mobil itu lah yang pertama ia miliki dengan hasil jerih payahnya.

Jalanan kota Jakarta malam ini cukup lenggang, tidak terlalu banyak mobil atau motor yang melintas. Mungkin terdengar cukup mustahil, karena sebentar lagi pasti saja jalanan ini akan dipenuhi berbagai kendaraan. Seolah-olah semesta membiarkan laki-laki bak dewa Yunani itu melaju dengan tenang.

"Lama bener lo sampe, ngejalanin mobil kayak siput ya lo!" semprot Gabriel saat Raihan baru saja keluar dari mobilnya setelah parkir

"Berisik lo," balas Raihan

"Yaudah yuk masuk."

Mereka berempat beriringan berjalan ke dalam tempat berdosa itu. Gavin telah memesan satu tempat VIP di dalam club itu yang telah disiapkan beberapa minuman alkohol. Walaupun tempat VIP tapi masih ada cewek-cewek yang menggoda mereka dan ikut nimbrung berbagi minuman, karena Gavin sengaja melakukan itu.

"Nan, minum dikit napa elah, setetes aja," ujar Gabriel yang dibalas gelengan oleh Afnan

Afnan dari dulu sering menemani teman-temannya ke club, namun ia tidak pernah meminum alkohol. Selain karena ia tahu minuman itu tidak baik untuk tubuh, ia juga terlihat tidak tertarik dengan minuman pembuat mabuk itu.

"Han, lo mau sewa cewek gak? Gur bayarin deh," kata Gavin kepada Raihan yang hanya dibalas senyuman kecil oleh cowok itu

Senyuman itu bukan berarti ia mengiyakan atau mau atas tawaran Gavin, namun senyuman itu berarti ia tidak mau. Gavin ataupun yang lainnya sudah mengetahui itu, Raihan tidak mau menodai dirinya, karena ia pernah berkata kalau seluruh tubuhnya hanya untuk Astrid.

"Kalau Raihan gak mau, buat gue aja Gav, gue mau kok," ujar Gabriel yang sudah mulai terpengaruh alkohol

Waktu belum menunjukkan terlalu malam, mereka juga baru sekitar 30 menit di club ini, tapi mereka sudah mulai mabuk. Club ini sangat private hanya orang orang tertentu yang bisa masuk, pada siang hari pun club ini akan buka.

Melihat teman-temannya yang mulai tak terkontrol Afnan segera menyuruh mereka berhenti minum. Terlebih saat melihat Raihan yang sudah terkapar lemas dan mulai berbicara banyak hal ngelantur.

"Han, pulang yok, gue anter deh," ujar Afnan sambil menegakkan duduk temannya itu

"Gue mau ke hotel aja," balas cowok itu

"Yaudah gue anter."

Raihan melepaskan tangan Afnan dari kedua lengannya, "gak usah, gue bisa dan gue masih sadar, lo tolong urusin mereka berdua aja."

Afnan hanya menatap punggung temannya itu yang semakin menghilang dan berdoa semua dia baik-baik saja saat di perjalanan. Lalu pandangannya beralih menatap Gabriel dan Gavin. Karena tidak memungkinkan untuk membawanya sendiri, ia meminta bantuan kepada satpam yang bekerja untuk membawanya ke mobil.

Raihan telah sampai di salah satu hotel terdekat dengan selamat. Semesta selalu berada di pihaknya. Dengan segera cowok itu masuk dan meminta kunci, karena Raihan cukup sering ke hotel ini setelah pulang dari club.

Laki-laki blasteran Belanda itu sedikit kesusahan saat membuka kunci sehingga harus dibantu pegawai yang sedang melewati lorong itu. Ia segera membuka kemejanya dan merebahkan dirinya di atas ranjang. Namun itu tak bertahan lama saat ada seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Ck, ganggu banget sih," gerutunya namun tetap membukakan pintu

Cklek..

Masih dalam keadaan mabuk, Raihan terdiam di tempatnya terperangah melihat wajah cantik di depannya. Hanya ada satu yang ada dalam pikiran lelaki itu, Astrid. Cewek yang ia cintai, dan sudah ia incar beberapa tahun ini namun belum dapat juga. Ia mulai melangkahkan kakinya mendekati cewek itu dan mulai memegang tangannya.

"Astrid," lirih nya

Sedangkan Nadira, cewek yang mengetuk pintu tadi kebingungan. Bukankah ini kamar yang di maksud Chelsea? Ia melirik pelan ke arah nomor di samping pintu, memang benar ini kamar nomor 103. Tapi kenapa yang muncul malah lelaki yang dalam keadaan mabuk, lalu menyebutnya Astrid lagi. Jika ini memang benar teman Chelsea, tidak mungkin ketika akan merekrut pegawai dalam keadaan mabuk.

Lama terdiam dengan lamunannya, Nadira tersentak saat Raihan menariknya sedikit lebih maju, masuk ke dalam kamar. Ia segera tersadar. "Eh, maaf saya kayaknya salah kamar," ucapnya

"Kamu ini ngomong apa sih Astrid, yuk masuk, aku udah nungguin dari tadi loh," kata Raihan dengan mata sayunya

"Maaf, saya harus pergi sekarang, permisi." Nadira segera mengambil langkah mundur, namun cekalan di tangannya semakin erat.

Raihan menarik Nadira masuk ke dalam kamar tak lupa mengunci pintunya. Ia mulai membelai wajah cantik Nadira secara perlahan. "Aku udah nunggu kamu lama, kamu sih kelamaan perginya."

Nadira semakin tidak mengerti apa yang terjadi dengan lelaki dihadapannya ini. Entah berapa botol minuman keras yang lelaki ini minum. Hingga tubuh Nadira secara tiba-tiba membeku, ia mendapat serangan mendadak di bibirnya. Raihan, menciumnya.

"Lepasin gue!" teriak Nadira sambil berontak namun tak menghasilkan apa apa

Tangan Raihan tak ikut diam, hingga terjadilah hal yang seharusnya tidak dilakukan. Malam itu, Nadira harus kehilangan mahkota yang telah ia jaga. Ia sudah berusaha sekuat mungkin berontak dan pergi dari ruangan ini, namun tetap berakhir pada dekapan Raihan. Nadira tidak sama sekali menyangka, mahkota yang ia jaga harus hilang dengan cara seperti ini.

Terpopuler

Comments

im_soHaPpy

im_soHaPpy

Keren abis! Thor, kapan lagi bikin karya yang seru kaya gini?

2023-08-02

0

+sakuran+

+sakuran+

Ceritanya sangat menyentuh hati, jangan berhenti menulis thor!

2023-08-02

0

Mochiiz!

Mochiiz!

Satu kata buat cerita ini: keren abis!

2023-08-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!