Nadira menatap seksama wajah laki-laki yang tertidur pulas itu. Ia akan selalu mengingat wajah itu, dan tidak akan pernah mau bertemu dengannya lagi. Nadira merasakan nyeri pada bagian bawahnya, namun laki-laki itu dengan mudahnya langsung tertidur.
Nadira memungut pakaiannya walaupun bajunya sudah sobek, terpaksa ia harus mengenakan kemeja Raihan. Dengan wajah yang basah karena air mata dan langkah tertatih, ia mulai meninggalkan ruangan itu. Dan berjanji tidak akan pernah memasuki ruangan ini lagi.
Hiks.. Hikss.. Hikss..
Di tengah gemerlapnya malam ia mencari kendaraan umum untuk membawanya pergi, bukan rumahnya nya yang menjadi tujuannya, tapi rumah Meysa. Sahabatnya. Setelah setengah jam lamanya menunggu, akhirnya ia mendapat satu angkutan umum arah ke rumah Meysa.
Tok.. Tok. Tokk..
"Iya sebentar," sahut seseorang di dalam sana
Cklekk...
"Nadira."
Meysa dengan setengah sadar menatap Nadira dengan prihatin, baju kemeja kebesaran, rambut sedikit acak-acakan, dan mata yang sembab. "Lo kenapa? Ayo masuk dulu, lo pasti kedinginan," sambungnya
Meysa membawa sahabatnya itu untuk duduk di kursi ruang tamu, mencoba menenangkannya dan memberikannya minum.
"Dir, sekarang lo cerita, lo kenapa? Kenapa sampe bisa kayak gini? Siapa yang udah nyakitin lo?" tanya Meysa secara beruntun
"Hiks.. Hiks.. Gue udah kotor Mey, gue udah gak berharga, semuanya udah hilang," ujar Nadira terdengar putus asa
"Hey, lo gak boleh ngomong gitu, terlepas dari apa yang terjadi sama lo malam ini, lo berharga," tegas Meysa sambil menatap Nadira, "kalau lo gak siap cerita, gapapa," lanjutnya
Terjadi keheningan beberapa saat. "Gue di perkosa Mey," lirih Nadira dengan sangat pelan namun masih bisa terdengar oleh orang di sampingnya
Meysa tertegun dan sontak meneteskan air mata. Ia merasa sangat kasihan kepada sahabatnya, entah apa yang akan terjadi setelah ini.
"Gue kotor kan Mey, gue udah gak berguna! Semua yang udah gue jaga, hilang begitu aja!" teriak Nadira yang langsung mendapat pelukan dari Meysa
"Dengerin gue, lo gak kotor, lo tetep berharga, sekarang lo istirahat, jangan mikirin apapun dulu." Meysa kini membawa Nadira ke kamarnya lalu memberikan baju ganti, dan ia memberikan waktu sendiri untuk sahabatnya.
Setelah Meysa keluar dari kamar, Nadira menangis sejadi-jadinya, ia merasa kecewa terhadap dirinya sendiri. Ia menyesal telah mempercayai orang dengan mudah, ia menyesal karena tidak berusaha lebih untuk kabur, namun nyatanya ia akan tetap kalah karena tenaga laki-laki itu lebih besar.
Semua yang telah ia jaga kini hilang, mahkota yang ia jaga untuk suaminya kelak, kini direnggut oleh seseorang yang sama sekali ia tidak kenal. Setelah kehilangan kedua orang tuanya dan hidup sebatang kara dan kehilangan mahkotanya secara paksa, entah apa lagi cobaan yang akan Tuhan berikan kepadanya.
"Gue kotor hiks.. gue udah gak guna buat hidup, gue pengen mati aja."
Tangisannya membawa Nadira ke dalam lelapnya tidur. Semua yang terjadi hari ini sangat melelahkan, dan sebelum ia tertidur tadi Nadira berharap tidak akan pernah bangun lagi.
***
Bulan telah berganti dengan Mentari pagi yang memancarkan sinarnya, lelaki yang sedang tertidur tanpa pakaian itu merasa sedikit terganggu. Ia mulai membuka matanya secara perlahan dan mengernyitkan kedua alisnya, merasa pusing pada bagian kepalanya.
"Gila, gue hari ada meeting lagi," ujarnya setelah melihat jam di ponselnya, lalu ia langsung menekan nomor asistennya.
"Halo bos."
"Hari ini gue gak masuk, lo tolong handel semuanya termasuk meeting nanti siang,"
"Baik bos," ujar seseorang di seberang sana yang bisa dipastikan langsung mengerjakan pekerjaannya
Raihan menghela nafas panjang, semua kejadian semalam memutar terus di kepalanya. Tapi ada satu yang mengganjal di pikirannya, setelah mendapat notifikasi dari handphonenya.
Raihan, jangan lupa jemput aku di bandara nanti jam 12 siang ya. Hari ini aku pulang.
Begitulah isi dari notifikasi itu. Kening Raihan mengernyit, jika Astrid baru saja pulang, lantas siapa cewek yang ia tiduri semalam. Raihan mengacak rambutnya asal.
"Sial! Gue mabok berapa gelas sih semalem, sampe linglung kayak gini!" umpat nya
Tidak mau ambil pusing dan memikirkan kejadian semalam, Raihan bergegas turun dari ranjang membawa bajunya karena ia juga harus menjemput Astrid. Orang yang selama ini ia tunggu. Saat akan keluar, matanya teralihkan pada benda di dekat ranjang. Sebuah gelang rantai dengan inisial N di tengah-tengahnya.
Ia menyimpan gelang itu di sakunya dan segera buru-buru keluar. Raihan langsung melajukan mobilnya membelah kota Jakarta. Tujuannya bukan kembali ke rumahnya sendiri, melainkan pergi ke rumah Afnan.
Tok.. Tokk.. Tokkk...
Pintu terbuka memperlihatkan wanita paruh baya sambil tersenyum. "Eh, den Raihan, masuk den," ucapnya sambil membukakan pintu lebih lebar
Pegawai di rumah Afnan memang sudah akrab dengan teman-teman Afnan, terutama Raihan. Bukan hanya sekali dua kali ia berkunjung atau menginap, Raihan bahkan pernah menghabiskan waktunya selama 1 bulan untuk tinggal di rumah temannya itu.
"Afnan di mana bi?" tanya Raihan
"Den Afnan ada di kamarnya, den Raihan mau dibuatin makanan atau minuman?"
"Gak perlu bi, saya langsung ke atas aja," ujarnya langsung berlalu menuju kamar temannya
Cklekk..
Tanpa permisi Raihan langsung masuk ke kamar temannya, terlihat Afnan sedang berkutat dengan laptopnya. Seperti biasa.
Raihan menghela nafas panjang, "gue nidurin cewek," ujarnya yang membuat Afnan langsung menatap ke arahnya
"Gimana bisa? Bukannya selama ini lo ngejaga banget? Terus sekarang ceweknya gimana?" tanya Afnan secara terus menerus
"Satu satu nanya nya bisa?"
Afnan mendelik tak suka, bukan karena apa-apa tapi ia tidak suka temannya tidur dengan sembarang cewek, bisa saja mereka tertular penyakit berbahaya. "Jelasin," titah Afnan
Lalu Raihan mulai menceritakan bagaimana kejadiannya, dari mulai ia memesan salah satu kamar hotel yang menjadi langganan nya, lalu tiba-tiba datang seorang wanita mengetuk kamarnya yang ia yakini itu Astrid, hingga terjadilah hal itu dan saat pagi hari wanita itu sudah tidak ada.
"Dan gue nemuin gelang ini di kamar sebelum gue keluar," kata Raihan sambil menunjukkan gelang rantai yang ia temukan tadi
"Tunggu, gue tau lo kalau mabok selalu inget Astrid, tapi yang gue pikirin kenapa cewek itu bisa ke kamar lo, dan itu kayak gak masuk akal, mungkin gak sih dia dijebak?" ujar Afnan sambil mengamati gelang itu
"Dan itu tujuan gue kesini, gue mau lo bantu gue buat cari siapa cewek itu dan tolong cek cctv di hotel, karena nanti siang gue mau jemput Astrid."
Afnan berdecak kesal, "kalau Astrid udah pulang, buat apa kita cari cewek itu?"
"Gue yang pertama buat dia, dan gue.. ya lo tau lah, gue secara gak sadar lakuin nya," ucap Raihan
"Iya, iya gue tau maksud lo, gak sadar tapi kok sampe keterusan." Afnan kembali mengamati gelang itu, "di gelang ini ada inisial N, berarti nama cewek itu inisialnya N, kalau sampe gue temuin ni cewek, lo mau gimana?" lanjutnya
Raihan mengangkat bahunya acuh, "gak tau."
"Gila ya lo, terus gue cari dia buat apa?!"
"Udah ya Afnan, gue masih pusing, terus nanti siang mau jemput Astrid di bandara, jadi gue mau tidur dulu, tolong cari cewek itu jangan lupa." Raihan langsung menenggelamkan wajahnya pada bantal yang berada di ranjang Afnan. Tertidur nyenyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Aisyah Azzahra
Gak nyangka endingnya bakal begini keren!! 👍
2023-08-02
0
Rafkalia28
Anak tidak bisa tidur karena mau baca chapter baru. Yuk cepetan update, thor!
2023-08-02
0
Yuki Nagato
Lovely banget cerita ini, sukses terus thor! 🎉
2023-08-02
0