Save My Mother

"Ada virus yang masuk! Seluruh jaringan komputer kita lumpuh!" Ucap salah seorang ahli IT, memakai earphone. Jemari tangannya bergerak cepat, benar-benar cepat.

Ketegangan yang benar-benar terjadi. Banyak data perusahaan yang dapat diakses oleh sang hacker. Tapi apa tujuan hacker ini?

Benar-benar panik, tidak ada yang tidak panik. Seluruh tim IT dikerahkan, termasuk menghubungi tim IT bayaran. Sungguh tindakan gila, sudah satu jam berlangsung namun keadaan tidak dapat diatasi belasan orang dewasa dengan pendidikan dan pengalaman puluhan tahun.

Lumpuh, itulah kondisi seluruh jaringan komputer di perusahaan ini. Tidak ada karyawan yang dapat bekerja. Data diakses, oleh sang hacker profesional.

Seperti apa wujud sang hacker? Semua orang penasaran, tapi dapat mereka bayangkan. Mungkin yang mereka hadapi adalah tim hacker yang menggunakan teknologi canggih.

Tidak menyadari hanya jari kecil dengan komputer warnet yang lemot mereka hadapi. Suara game terdengar, setengah komputer warnet mengalami kelambanan akses. Karena siapa? Tentu saja karena Zeyan yang memerlukan kecepatan akses yang tinggi.

"Nak sudah satu jam." Ucap sang penjaga warnet. Tapi tangan kecil Zeyan memberikan beberapa lembar uang lima ribuan lagi.

"Sebentar lagi, Zeyan sedang bermain game." Kalimat yang terucap dari sang pemilik pipi tembem super manis.

"Nak, sepertinya kamu salah tekan. Biar aku keluarkan ya?" Ucap sang penjaga warnet menatap layar monitor, tidak mengerti dengan apa yang dilakukan sang anak.

"Tidak! Tidak boleh! Ini game!" dusta Zeyan, memeluk monitor komputer erat.

Sang penjaga warnet hanya dapat menghela napasnya sembari menahan tawa. Pria yang kembali duduk di kursinya bermain mobile legend tidak mempedulikan apa yang dilakukan sang anak.

*

Bip!

'Internal server eror!'

Seluruh komputer terdapat tulisan yang sama.

Seorang pria berjalan menelusuri lobby melihat karyawan-karyawannya ada dalam kepanikan. Memberi salam padanya terburu-buru, suara mesin printer terdengar tanpa henti. Mencetak dokumen melalui komputer yang masih berfungsi. Walaupun tidak banyak, harus ada copy salinan data.

Ini gila, benar-benar sebuah kegilaan. Pria yang cukup tinggi, bentuk tubuh proporsional, memiliki wajah rupawan tanpa senyuman itu berjalan. Pemilik sekaligus CEO perusahaan ini, Fabian, itulah namanya. Seorang pemuda berusia 28 tahun.

Memakai setelan jas hitam yang terkesan modern, beberapa karyawan yang berpapasan dengannya menunduk memberi hormat.

"Tuan..." Seseorang membukakan pintu untuknya. Sekretarisnya, seorang pria berusia 50 tahun, Cakra itulah namanya.

"Apa yang terjadi!?" satu pertanyaan keluar dari mulut Fabian pada salah seorang ahli IT bayaran.

"Bos! Keamanan perusahaan kita dibobol seseorang!" Jawaban dari sang ahli IT.

"Kalian ada belasan orang! Kenapa hanya mengatasi seorang hacker saja tidak bisa!?" Satu pertanyaan dingin tanpa ekspresi dari Fabian.

Benar-benar kesal rasanya melihat sampah-sampah ini. Data perusahaan senilai puluhan miliar bisa saja diakses bebas oleh sang hacker saat ini.

Tapi apa tujuannya? Itulah yang ada dalam fikiran Fabian saat ini. Apa mafia? Mungkin perusahaan musuh? Bukan satu orang, mungkin satu tim IT lainnya yang membuat orang-orang profesional kelabakan seperti ini.

"M*mpus! Dia mengirimkan virus lagi!" Salah seorang ahli IT berteriak kesal, menjambak rambutnya frustasi, tangan pria itu kembali bergerak cepat.

CEO perusahaan besar, itulah dirinya. Tidak pernah menghadapi situasi mengerikan seperti ini.

"Cakra! Selidiki perusahaan dan jaringan mafia yang memiliki teknologi dan sumber daya manusia dalam bidang IT yang melebihi kita." Ucap Fabian memijit pelipisnya sendiri.

Satu virus berhasil diatasi, maka dua virus lainnya akan dikirimkan. Ini bukan orang sembarangan, yang dihadapi olehnya mungkin saja dapat menghancurkan perusahaannya dalam beberapa jam. Jika data perusahaannya dikirimkan pada perusahaan pesaing.

*

Huk! Huk!

Wajah pucat Zeyan terlihat, menutup mulut dan hidungnya sendiri. Tapi tetap saja darah itu mengalir dari tangan kecilnya. Sang anak yang memasukkan flashdisk pada CPU. Mengirimkan virus yang lebih sulit diatasi. Kemudian pergi ke kamar mandi. Guna mengganti bajunya yang telah berlumuran darah.

Beberapa menit kemudian sang anak keluar menggunakan pakaian taman kanak-kanak. Senyuman terlihat di wajahnya menatap ke arah monitor komputer warnet. Mereka belum bisa mengatasinya, bahkan mengalahkan seorang anak yang tengah sakit parah saja mereka tidak mampu.

Anak yang memang berniat berbicara baik-baik dengan ayah kandungnya. Ada cara tersendiri sang anak dapat mengetahui dan menyelidiki siapa ayah kandungnya. Padahal ibunya sendiri tidak mengetahui wajah orang yang melecehkannya sekitar 6 tahun lalu. Tapi itu adalah rahasia dari anak dengan IQ tinggi ini.

"Kak bantu aku naik!" Ucap Zeyan masih berusaha naik ke atas kursi plastik warnet yang tinggi.

Bukannya membantu, sang penjaga warnet malah merekam bagaimana sang anak kembali kesulitan untuk naik. Mungkin akan dibuatnya viral sebagai anak imut yang kesulitan naik tapi bisa turun sendiri.

"Iya! Kakak bantu, tapi cium dulu!" Penjaga warnet menyodorkan pipinya.

Kesal? Itulah perasaan Zeyan saat ini."Aku memang tampan dan manis, tapi bukan jeruk makan jeruk," batinnya tapi menurut, dengan wajah cemberut yang manis bagaikan Donal duck.

Seperti yang dibayangkan sang penjaga warnet yang sejatinya memiliki anak seumuran Zeyan. Sedikit mencubit pipi Zeyan, barulah membantu sang anak baik ke atas kursi.

Anak berpakaian taman kanak-kanak, mengetik dengan cepat menulis pesan yang akan dikirimkannya ke kantor perusahaan milik sang ayah.

'Ayah br*ngsek! Aku akan mengambil sumsum tulang belakang milikmu!' Itulah pesan yang dikirimkan oleh jari kecil anak itu, anak berusia lima tahun yang tersenyum menyeringai dengan kulit putih pucat.

*

Kala kepanikan terjadi gerakan tangan beberapa ahli IT terhenti. Virus yang dikirimkan hacker terhenti, jaringan komputer kembali seperti semula. Tapi E-mail terkirim dalam semua komputer di tempat ini.

'Ayah br*ngsek! Aku akan mengambil sumsum tulang belakang milikmu!'

Pesan yang terlihat dalam semua layar membuat semua orang tertegun. Termasuk pemilik perusahaan, seorang pria yang menelan ludahnya sendiri.

"Tuan?" Ucap Cakra padanya.

"Apa ayahku memiliki anak lain?" tanya Fabian pada Cakra.

"Tidak, anda anak tunggal. Ayah anda saya pastikan tidak pernah berselingkuh." Itulah jawaban dari Cakra, menunduk menuangkan teh pada tuannya."Apa anda memiliki anak?" lanjutnya.

"A...aku? Anak?" Fabian menelan ludahnya. CEO cerdas dalam dunia bisnis itu mencoba mengingat segalanya. Dirinya hanya pernah tidur dengan satu wanita, enam tahun lalu. Seorang wanita buta yang bekerja di toko bunga. Wanita yang memberinya tempat berteduh.

"Tidak tahu..." jawaban darinya penuh rasa bersalah. Apa dirinya memiliki anak? Jikapun ada, bukankah anak itu baru berusia sekitar lima tahun?

Tidak mungkin dapat menjadi hacker. Sesuatu yang mustahil, selain itu selama enam tahun ini dirinya memang dibayangi rasa bersalah. Tidak dapat melupakan wanita buta yang ditidurinya. Atau lebih tepatnya merindukannya? Ketakutan karena tidak berani bertanggung jawab saat itu. Meninggalkan sang wanita buta dengan tubuh dipenuhi bekas kebrutalannya. Hanya menghapus bekas air mata dan mengecup keningnya.

"Sial!" gumamnya mengingat masa lalunya.

Sementara di tempat lain, Zeyan turun dari kursi. Setelah menghilangkan semua jejak. Wajahnya tersenyum, berjalan pergi sambil bernyanyi lagu pelangi-pelangi dan balonku. Sesekali melompat-lompat senang seperti anak sebayanya. Sekarang tinggal menjadi anak yang baik, kembali ke rumah sakit memakan buah pepaya yang dibawakan ibunya.

*

Sesilia, seseorang wanita yang ada dalam ingatan Fabian kini tengah berada dalam kepanikan, mencari keberadaan Zeyan. Putra tunggalnya, hingga anak itu terlihat memakai seragam taman kanak-kanak memasuki lobby rumah sakit.

"Ibu!" teriaknya memeluk Sesilia. Sang ibu yang menangis memeluk putranya, ada rasa takut. Tidak ingin kehilangan malaikat manis yang dititipkan Tuhan padanya.

"Ibu, besok aku ingin sarang madu..." Pinta sang anak dengan mata berkaca-kaca. Sesuatu yang akan membuat ibunya pergi ke luar kota, mungkin memerlukan waktu setengah hari untuk kembali.

"Ta...tapi..." Sang ibu terlihat ragu.

"Ibu tidak mau mengabulkan keinginanku?" tanya Zeyan lagi, sedikit merungut.

Pada akhirnya wanita itu mengangguk, berusaha tersenyum. Kebahagiaan anaknya adalah prioritasnya saat ini."Tapi Zeyan kemana saja?"

"Memberi pelajaran pada harimau..." Candaan Zeyan.

"Lain kali jangan membuatku ibu cemas ya?" pinta sang ibu, dijawab dengan anggukan oleh sang anak.

*

Tapi apa benar? Matahari telah terbit. Kala sang ibu tengah mencari pinjaman untuk membelikannya sarang madu di luar kota, anak itu mendatangi perusahaan ayahnya diantar oleh mobil polisi.

Trik yang sama, anak berusia lima tahun berpura-pura tersesat. Tapi apa yang dilakukannya di gedung ini? Tentu saja mencari cara untuk mencuri sum-sum tulang belakang ayahnya. Anak bar-bar yang ingin hidup untuk melindungi ibunya.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

PENASARAN, GMN ZEYAN ANAK INI BSA TAU SIAPA AYAHNYA..

2024-01-28

2

Honey Elenis

Honey Elenis

luar biasa .. KOHAPU aku baru menemukan tulisan indahmu 3hari belakangan ini.. sekarang kamu salah satu penulis kesayanganku .. dirimu berhasil merebut sebagian hatikuu♡

2024-01-07

1

Dewi Kania

Dewi Kania

semoga berhasil ya nak

2023-12-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!