...Kasih ibu bagaikan sayap kupu-kupu...
...Berusaha kuat kala sayap rapuh itu melawan badai, melawan kematian terbang berhati-hati....
...Kasih ibu bagaikan sayap kupu-kupu....
...Kala sayap itu mengepak, itulah kesabaran untuk membesarkan anaknya. Tidak peduli setiap lembaran sayapnya terkoyak. Tapi dirinya harus tetap terbang untuk bertahan....
...Kasih ibu bagaikan sayap kupu-kupu...
...Aku melihat sayap itu robek, jatuh ke dalam air. Mati tidak berdaya. Namun, dalam hatinya ada kebanggaan, telah mengerahkan jiwanya terbang menyapu angin... hanya untuk dapat bertelur, memastikan anaknya tumbuh dan memakan daun terbaik......
...Kasih ibu bagaikan sayap kupu-kupu......
...Karena terlalu hangat, untuk tidak dirindukan......
Zeyan.
Jemari tangan kecilnya gemetar harapan hidup satu-satunya hanya sang ayah yang tidak bersedia bertanggung jawab. Otak kecil dari wajah rupawan, manis itu mulai berfikir. Dirinya harus membuat ayahnya tidak sadarkan diri, kemudian mengambil sum-sum tulang belakangnya.
Anak yang licik? Itulah dirinya. Namun, wajahnya menegang kala melihat Sesilia menghapus air matanya, menyadari keberadaan Zeyan.
Bertingkah manis? Itulah yang dilakukan olehnya sebagai anak yang benar-benar normal. Lebih tepatnya iblis berwajah malaikat dengan jemari tangan dan kaki kecilnya yang berkulit putih tipis nan lembut.
"Ibu!" Ucapnya tersenyum, masih membawa tongkat besi dengan infus yang tergantung.
Sesilia menghapus air matanya, dirinya berusaha tegar sebisa mungkin. Dirinya tidak mengetahui siapa sebenarnya pria yang menghamilinya. Benar-benar tidak mengetahui, enam tahun lalu dirinya masih mengalami kebutaan akibat kecelakaan.
Kala itulah ada seorang pria yang melecehkannya. Almarhum kakaknya Triton yang menjaganya. Seorang detektif swasta yang genius, tapi sayangnya Triton meninggal saat menjalankan misi, kala dirinya melahirkan Zeyan. Triton, sang kakak yang sudah meninggal lah, pada akhirnya menjadi donor kornea baginya.
Kini dirinya benar-benar sendiri dengan Zeyan, mengapa Tuhan begitu tidak berwelas asih padanya? Setelah kakaknya Triton, satu-satunya anggota keluarganya yang masih hidup meninggal. Kini putranya akan menyusul.
Tidak ada harapan, dirinya menyadari itu. Apa tubuh kecil putranya akan bertahan dengan proses kemoterapi yang begitu menyakitkan? Jikapun bertahan, apa ada kemungkinan sembuh? Atau mungkin tubuh putranya hanya akan semakin lemah.
Sesilia berjalan menghampiri putranya."Kamu ingin makan sesuatu!? Biar ibu belikan ya?" Ucap Sisilia antusias. Jika difikir-fikir untuk membeli susu UHT kemasan kecil dengan harga 3000 rupiah di warung saja, terkadang dirinya enggan dan berfikir untuk lebih baik membeli sepapan tempe. Tapi kini tidak, hidup putranya terlalu singkat, putranya berhak tersenyum bahagia.
Jemari kecil itu bergerak kemudian, wajahnya tersenyum, membelai pipi ibunya."Aku ingin pepaya. Kita bisa memotongnya dan makan bersama." Kalimat dari mulut kecil putranya, membuat sang ibu semakin terisak.
"Tidak mau susu, kue atau mainan?" tanya sang ibu lagi.
Zeyan menggeleng."Aku ingin pepaya dari rumah pak Subroto (tetangga Sesilia). Nanti bisa disimpan untuk beberapa hari, pak Subroto sudah berjanji akan memberikan pepayanya kalau aku bisa membantu anaknya mengerjakan tugas kuliah." Ucap Zeyan serius.
Tapi tidak dengan Sesilia, anak pak Subroto seorang mahasiswa jurusan hukum. Tidak mungkin Zeyan membantunya mengerjakan tugas kuliah bukan? Hanya menghela napasnya. Menyiapkan uang 20.000, mungkin pak Subroto akan bersedia menjual pepaya untuknya.
"Iya! Tapi kamu tidak apa-apa ibu tinggal sendiri?" tanya sang ibu dijawab dengan anggukan oleh Zeyan. Anak berwajah pucat, dengan rupa yang benar-benar manis itu hanya tersenyum.
"Ibu tidak ada wanita yang bisa menolak pesonaku, ada banyak wanita yang menjagaku," ucapnya.
Entah kenapa Sesilia merasa terhibur. Kata-kata narsis yang biasa diucapkan almarhum kakaknya Triton, sang kakak yang berumur pendek. Mungkin sifat yang ditularkan pada keponakannya.
"Ibu pergi, nanti kalau infusnya habis..." Kalimat sang ibu disela.
"Jika makanannya datang, aku akan habiskan. Jika Infusnya habis, tinggal katakan pada suster yang ada di ujung lorong." Ucap sang anak mandiri itu sungguh-sungguh.
"Pintar!" Sesilia tersenyum, mengecup kening putranya. Sebuah keberuntungan baginya mendapatkan putra semandiri dan secerdas ini.
Tapi apa benar? Wajah anak itu diam-diam tersenyum bagaikan iblis dalam pelukan ibunya. Sama sekali tidak disandari oleh Sesilia.
*
Dan benar saja, waktu sudah diukur oleh Zeyan semenjak kepergian ibunya. Setidaknya diperlukan waktu sekitar tiga jam untuk ibunya kembali. Segala rencana disusunnya.
Berpura-pura tertidur hal yang pertama dilakukannya. Wajah imut dengan pipi putih chubby itu terlihat menggemaskan dengan matanya yang tertutup. Sang suster segera meninggalkannya, hanya menatap kagum pada anak laki-laki yang tertidur bagaikan malaikat.
Kala itulah anak itu bangkit, tersenyum layaknya iblis kecil yang lucu.
Srash!
Jarum infus dicabutnya paksa. Menyiapkan alkohol, perban dan kapas untuk membalut kembali lukanya, hal yang didapatkannya setelah mencuri beberapa benda stok rumah sakit. Tujuannya? Tentu saja untuk menemukan ayah br*ngseknya. Tangan kecil itu cekatan membalut luka di pergelangan tangannya. Mengganti baju pasien yang dikenakannya.
Memakai ransel dan topi, anak yang keren, benar-benar keren. Jika dia orang dewasa mungkin akan membuat para wanita tergila-gila. Tapi walaupun anak-anak wajahnya saja dapat membuat wanita dewasa tergila-gila saking manis dan imutnya.
Mengendap-endap bagaikan tokoh mata-mata pinguin di film tentang pinguin yang tinggal di Madagaskar. Anak manis dengan wajah serius, berjalan mengenakan topi menelusuri lorong.
Kini saatnya mencari warnet terdekat. Untuk apa? Tentu saja untuk meretas jaringan komputer perusahaan milik ayah kandungnya. Anak yang bagaikan seorang detektif, sudah mengetahui siapa sebenarnya ayah kandungnya.
Cukup mudah untuknya menemukan ayahnya dengan IQ-nya yang dipastikan di atas 190. Anak yang tersenyum menyeringai, menghela napas kasar, mendekati seorang petugas kepolisian yang berada di sekitar area rumah sakit.
"Pak! Saya tersesat..." ucapnya menangis dengan akting yang mempuni. Entah makan apa anak ini, mungkinkah anak ini tidak sengaja menelan piala Oscar hingga dapat berakting sesempurna ini.
"Tersesat? Orang tuamu siapa dan dimana?" tanya sang petugas kepolisian iba, pada anak yang mengeluarkan aura semanis permen ini.
"Tidak ingat, tapi ayah menitipkan saya pada kakak penjaga warnet. Warnetnya dekat sini, saya lupa jalannya..." teriaknya menangis semakin kencang.
Pada akhirnya petugas kepolisian itu menggendongnya."Biar bapak antar ya? Jangan menangis...." Ucap sang petugas kepolisian tidak tega.
Sedangkan senyuman menyeringai di wajah sang anak dalam gendongan petugas kepolisian."Tumpangan gratis," batinnya yang tentunya tidak ingin berjalan kaki.
*
Benar-benar anak berusia lima tahun, bahkan dirinya kesulitan untuk naik ke kursi warnet."Kak! Bantu aku naik!" ucapnya pada penjaga warnet, yang dari tadi mengambil gambar anak manis itu. Mungkin akan menjadi video lucu viral dimana seorang anak dengan kelucuan tingkat tinggi kesulitan menaiki kursi.
Namun diluar dugaan, setelah dibantu untuk naik ke kursi. Tangan anak berwajah pucat itu bergerak dengan cepat. Earphone terpasang di telinganya. Layar komputer warnet memperlihatkan beberapa hal yang aneh. Gila! Anak ini seorang hacker.
Senyuman mengembang di wajahnya, data informasi lengkap tentang ayah kandung dan perusahaan milik ayahnya terlihat. Senyuman yang benar-benar dingin. Seorang anak yang ingin hidup bahagia dengan ibunya. Akan melakukan apapun, untuk bertahan, bahkan jika harus mencuri sumsum tulang belakang ayahnya. Anak manis, cerdas yang bar-bar dan sadis bukan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Dewi Kania
wow licik tenan 🤣🤣🤣
2023-12-08
2
Dewi Kania
ada ada ajja Thor 🤣🤣🤣
2023-12-08
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kl bisa kata manis dan imut nya jngn trus di ulang" donk Thor kesannya jadi gimana gitu
2023-12-03
0