"Aku mau pergi dulu," pamit Reza kepada Bimo dan temannya.
"Kamu mau kemana?" Tanya Gre menatap penuh curiga ke arah Reza.
"Biasa mau isi BBM dulu," jawabnya sambil nyengir tak lupa mengelus perutnya membuat Bimo menatap Reza binggung.
"Oh aku ikut," sahut Gre dengan cepat karena dia juga sudah merasa lapar.
Sedangkan Bimo menatap binggung ke arah keduanya.
"Kalian mau beli berdua, tetapi perasaan tadi kita ke sini naik mobil deh bareng-bareng terus kamu isi BBM mobil siapa?" Ceplos Bimo dengan polosnya.
Gre melotot ke arah Bimo bersiap untuk mencekik Bimo andai saja kalau bukan temannya.
"He he he he he, sabar Gre maklum pas pembagian otak dia datang telat," bisik Reza di telinga Gre.
Gre pun mendengus kesal, melirik malas ke arah Bimo. "Kamu aja yang jelaskan," grutu Gre sambil berlalu pergi meninggalkan keduanya.
"Bimo yang paling tampan, aku kasih tahu ya maksudku tadi bukan BBM itu maksudku bahan bakar makanan untuk perut kami lah. Tuh dah jam 7 masa kamu gak lapar," jelas Reza mencoba menahan kesal juga sih.
"Oh, bilang dong gitu aja muter-muter pake singkatan. Bilang saja aku lapar mau makan," grutu Bimo.
"Ya suka-suka aku lah mulut-mulut ku," jawab Reza dengan cuek.
"Hei kenapa Gre pergi duluan katanya bareng," kata Bimo menunjuk ke arah Gre tanpa memperdulikan jawaban dari temannya itu.
"Ya kamu sih buat dia kesel," jawabnya.
"Kok aku? (Bimo menunjuk ke arah wajahnya sendiri) Aku kan tidak melakukan apa-apa," kata Bimo dengan polosnya.
"Ck sudahlah aku mau pergi, lama-lama darah tinggi ku kumat," batin Reza di dalam hati, kalau saja dia keceplosan berbicara seperti itu di depan Bimo bisa-bisa semakin lama dia berada di sini dan pastinya tidak akan makan-makan.
Mereka berdua pun meninggalkan Doni yang masih terpejam belum sadarkan diri di atas ranjang bersama Bimo yang setia di sampingnya.
"Kamu titip makanan tidak?" Tanya Reza dengan sedikit berteriak, Reza sengaja balik lagi karena dia juga baru ingat kalau Bimo juga belum makan.
Bimo mengelengkan kepalanya, tanda dia tidak ingin makan.
"Oh ok," jawab Reza, dia tahu Bimo mungkin masih memikirkan kondisi Doni jadi mungkin nanti Reza berinisiatif untuk membawakan Bimo makanan.
Bimo masih setia duduk di samping ranjang Doni, dia menatap wajah Doni yang sudah di perban oleh dokter. Bimo membayangkan bagaimana hancurnya Doni nanti, Bimo ingat wajah tampan Doni saat tersenyum sering membuat art perempuan di mansion baper, ah mengingat itu membuat Bimo semakin sedih tanpa sadar air mata itupun menetes kembali.
Bagaimana nanti reaksi semuanya saat tahu wajah tampan itu terluka, ah lebih tepatnya telah hilang dari pandangan mereka nanti. Akankah mereka mengejek Doni ataupun mengucilkannya. Bimo tak sanggup membayangkan bagaimana rasa sakit yang akan Doni rasakan saat dia sadar dan tahu kenyataan ini.
Hiks hiks hiks hiks hiks hiks.... Isak tangis Bimo tanpa sadar pun pecah.
DI BAWAH ALAM SADAR DONI.
Doni yang saat ini sedang tak sadar, dia sedang tersenyum menatap adik perempuannya yang telah lama pergi meninggalkan Doni selamanya.
"Tunggu....." Teriak Doni.
"Kakak.... Ha ha ha ha, kak Doni," kata gadis kecil itu berlari dengan riang.
"Hei Asha tunggu kak Doni," kata Doni berteriak memanggil nama sang adik yang telah tiada. Doni berlari mengejar Asha namun Doni masih saja tak bisa menggapainya.
"Ha ha ha ha ha ha...." Gadis kecil itu masih sibuk tertawa sesekali menengok ke belakang.
"Hei tunggu, jangan tinggalkan kakak...." Doni masih berteriak tak putus asa.
"Kakak jangan ikut, kakak masih harus di sana. Masih ada yang membutuhkan kak Doni," jawab gadis itu di akhiri senyuman manis.
Namun tiba-tiba bayangan gadis itu semakin lama semakin memudar dan hilang di telan angin.
"Asha Asha Asha Asha tunggu kakak, tunggu....." Teriak Doni.
Tiba-tiba cahaya putih menyilaukan mata Doni.
BLAMMM....
"Asha.... Tunggu...." Teriak Doni yang akhirnya sadar.
Doni langsung duduk dengan cepat saat menyebut nama sang adik yang begitu dia rindukan.
"Doni...." Teriak Bimo dengan senang, dia langsung mengusap wajahnya yang sudah basah kena air mata tadi.
Hos hos hos hos hos hos..... Doni mengatur nafasnya yang masih memburu, seakan dia habis berlari kencang mengejar sesuatu.
Doni menatap sekeliling ternyata dia berada di dalam ruangan. "Sepertinya ini rumah sakit," batin Doni menatap sekeliling dan menatap dirinya saat ini yang sedang duduk di atas ranjang pasien.
Bimo langsung memegang pundak Doni dan memeluknya. "Hiks hiks hiks hiks hiks hiks, akhirnya kamu sadar Doni," kata Bimo merasa lega melihat sahabatnya itu sudah sadar.
"Bimo..." Lirih Doni saat melihat Bimo memeluknya dengan erat seakan pria itu takut kehilangan sahabatnya itu.
"Uhuk uhuk uhuk uhuk...." Doni terbatuk karena pelukan erat dari Bimo yang cukup membuatnya sesak.
"Hei lepaskan aku...." Teriak Doni menepuk pundak Bimo sedikit kesal.
Bimo dengan cepat melepaskan pelukannya, dan menatap Doni cengengesan.
"He he he he he he.... Maaf aku lupa saking senangnya lihat kamu sudah sadar," jawabnya menyengir seolah tak merasa bersalah.
"Ck...." Doni berdecak kesal.
"Apa kamu mau minum?" Tawar Bimo mengalihkan pembicaraan karena sepertinya Doni merasa kesal.
"Hm..." Jawab Doni mengangguk.
Bimo pun membantu Doni untuk minum. Setelah itu Doni pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang, entah kenapa badannya terasa pegal-pegal.
Saat Doni mau memejamkan matanya, dia menyerngit heran saat merasakan wajahnya sedikit perih, Doni pun meraba wajahnya. Tangannya mulai merasakan sesuatu yang aneh. "Perban," batinnya.
Seketika Doni pun ingat sesuatu.
"Wajah ku," guman Doni dengan lirih.
"Don, tenang...." Kata Bimo menenangkan Doni yang sepertinya kaget.
"Wajah ku baik-baik saja kan," tanya Doni menatap Bimo.
Bimo terdiam binggung, tak tahu harus berbicara apa.
"Jawab Bimo! Wajahku baik-baik saja kan. Jawab bimmmmm....." Lirih Doni dengan suara keras namun nadanya langsung menjadi lemah saat meminta Bimo untuk menjawab.
"Kata dokter kemungkinan wajah kamu tidak bisa kembali seperti semula," lirih Bimo menunduk sedih.
"Ha ha ha ha ha ha ha, jangan bilang kalau wajah ku akan cacat," kata Doni tertawa sumbang. Setelah itu Doni menunduk sedih, sepertinya Doni terpukul.
"Doni yang sabar, aku yakin pasti nanti kamu bisa sembuh," bujuk Bimo.
Doni menggeleng lemah.
"Wajah ku Bim...."
"Wajah ku hancur...."
"Ha ha ha ha ha ha," Doni tertawa miris membuat Bimo tak tahan melihat kesedihan temannya itu.
Ceklek..... Terdengar suara pintu terbuka, Bimo maupun Doni menoleh bersamaan.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Maharany_dhewi
yahh ikutan sefih nih karna babang doni
2023-08-04
3