5. Doni merasa sedih

"Aku mau pergi dulu," pamit Reza kepada Bimo dan temannya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Gre menatap penuh curiga ke arah Reza.

"Biasa mau isi BBM dulu," jawabnya sambil nyengir tak lupa mengelus perutnya membuat Bimo menatap Reza binggung.

"Oh aku ikut," sahut Gre dengan cepat karena dia juga sudah merasa lapar.

Sedangkan Bimo menatap binggung ke arah keduanya.

"Kalian mau beli berdua, tetapi perasaan tadi kita ke sini naik mobil deh bareng-bareng terus kamu isi BBM mobil siapa?" Ceplos Bimo dengan polosnya.

Gre melotot ke arah Bimo bersiap untuk mencekik Bimo andai saja kalau bukan temannya.

"He he he he he, sabar Gre maklum pas pembagian otak dia datang telat," bisik Reza di telinga Gre.

Gre pun mendengus kesal, melirik malas ke arah Bimo. "Kamu aja yang jelaskan," grutu Gre sambil berlalu pergi meninggalkan keduanya.

"Bimo yang paling tampan, aku kasih tahu ya maksudku tadi bukan BBM itu maksudku bahan bakar makanan untuk perut kami lah. Tuh dah jam 7 masa kamu gak lapar," jelas Reza mencoba menahan kesal juga sih.

"Oh, bilang dong gitu aja muter-muter pake singkatan. Bilang saja aku lapar mau makan," grutu Bimo.

"Ya suka-suka aku lah mulut-mulut ku," jawab Reza dengan cuek.

"Hei kenapa Gre pergi duluan katanya bareng," kata Bimo menunjuk ke arah Gre tanpa memperdulikan jawaban dari temannya itu.

"Ya kamu sih buat dia kesel," jawabnya.

"Kok aku? (Bimo menunjuk ke arah wajahnya sendiri) Aku kan tidak melakukan apa-apa," kata Bimo dengan polosnya.

"Ck sudahlah aku mau pergi, lama-lama darah tinggi ku kumat," batin Reza di dalam hati, kalau saja dia keceplosan berbicara seperti itu di depan Bimo bisa-bisa semakin lama dia berada di sini dan pastinya tidak akan makan-makan.

Mereka berdua pun meninggalkan Doni yang masih terpejam belum sadarkan diri di atas ranjang bersama Bimo yang setia di sampingnya.

"Kamu titip makanan tidak?" Tanya Reza dengan sedikit berteriak, Reza sengaja balik lagi karena dia juga baru ingat kalau Bimo juga belum makan.

Bimo mengelengkan kepalanya, tanda dia tidak ingin makan.

"Oh ok," jawab Reza, dia tahu Bimo mungkin masih memikirkan kondisi Doni jadi mungkin nanti Reza berinisiatif untuk membawakan Bimo makanan.

Bimo masih setia duduk di samping ranjang Doni, dia menatap wajah Doni yang sudah di perban oleh dokter. Bimo membayangkan bagaimana hancurnya Doni nanti, Bimo ingat wajah tampan Doni saat tersenyum sering membuat art perempuan di mansion baper, ah mengingat itu membuat Bimo semakin sedih tanpa sadar air mata itupun menetes kembali.

Bagaimana nanti reaksi semuanya saat tahu wajah tampan itu terluka, ah lebih tepatnya telah hilang dari pandangan mereka nanti. Akankah mereka mengejek Doni ataupun mengucilkannya. Bimo tak sanggup membayangkan bagaimana rasa sakit yang akan Doni rasakan saat dia sadar dan tahu kenyataan ini.

Hiks hiks hiks hiks hiks hiks.... Isak tangis Bimo tanpa sadar pun pecah.

DI BAWAH ALAM SADAR DONI.

Doni yang saat ini sedang tak sadar, dia sedang tersenyum menatap adik perempuannya yang telah lama pergi meninggalkan Doni selamanya.

"Tunggu....." Teriak Doni.

"Kakak.... Ha ha ha ha, kak Doni," kata gadis kecil itu berlari dengan riang.

"Hei Asha tunggu kak Doni," kata Doni berteriak memanggil nama sang adik yang telah tiada. Doni berlari mengejar Asha namun Doni masih saja tak bisa menggapainya.

"Ha ha ha ha ha ha...." Gadis kecil itu masih sibuk tertawa sesekali menengok ke belakang.

"Hei tunggu, jangan tinggalkan kakak...." Doni masih berteriak tak putus asa.

"Kakak jangan ikut, kakak masih harus di sana. Masih ada yang membutuhkan kak Doni," jawab gadis itu di akhiri senyuman manis.

Namun tiba-tiba bayangan gadis itu semakin lama semakin memudar dan hilang di telan angin.

"Asha Asha Asha Asha tunggu kakak, tunggu....." Teriak Doni.

Tiba-tiba cahaya putih menyilaukan mata Doni.

BLAMMM....

"Asha.... Tunggu...." Teriak Doni yang akhirnya sadar.

Doni langsung duduk dengan cepat saat menyebut nama sang adik yang begitu dia rindukan.

"Doni...." Teriak Bimo dengan senang, dia langsung mengusap wajahnya yang sudah basah kena air mata tadi.

Hos hos hos hos hos hos..... Doni mengatur nafasnya yang masih memburu, seakan dia habis berlari kencang mengejar sesuatu.

Doni menatap sekeliling ternyata dia berada di dalam ruangan. "Sepertinya ini rumah sakit," batin Doni menatap sekeliling dan menatap dirinya saat ini yang sedang duduk di atas ranjang pasien.

Bimo langsung memegang pundak Doni dan memeluknya. "Hiks hiks hiks hiks hiks hiks, akhirnya kamu sadar Doni," kata Bimo merasa lega melihat sahabatnya itu sudah sadar.

"Bimo..." Lirih Doni saat melihat Bimo memeluknya dengan erat seakan pria itu takut kehilangan sahabatnya itu.

"Uhuk uhuk uhuk uhuk...." Doni terbatuk karena pelukan erat dari Bimo yang cukup membuatnya sesak.

"Hei lepaskan aku...." Teriak Doni menepuk pundak Bimo sedikit kesal.

Bimo dengan cepat melepaskan pelukannya, dan menatap Doni cengengesan.

"He he he he he he.... Maaf aku lupa saking senangnya lihat kamu sudah sadar," jawabnya menyengir seolah tak merasa bersalah.

"Ck...." Doni berdecak kesal.

"Apa kamu mau minum?" Tawar Bimo mengalihkan pembicaraan karena sepertinya Doni merasa kesal.

"Hm..." Jawab Doni mengangguk.

Bimo pun membantu Doni untuk minum. Setelah itu Doni pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang, entah kenapa badannya terasa pegal-pegal.

Saat Doni mau memejamkan matanya, dia menyerngit heran saat merasakan wajahnya sedikit perih, Doni pun meraba wajahnya. Tangannya mulai merasakan sesuatu yang aneh. "Perban," batinnya.

Seketika Doni pun ingat sesuatu.

"Wajah ku," guman Doni dengan lirih.

"Don, tenang...." Kata Bimo menenangkan Doni yang sepertinya kaget.

"Wajah ku baik-baik saja kan," tanya Doni menatap Bimo.

Bimo terdiam binggung, tak tahu harus berbicara apa.

"Jawab Bimo! Wajahku baik-baik saja kan. Jawab bimmmmm....." Lirih Doni dengan suara keras namun nadanya langsung menjadi lemah saat meminta Bimo untuk menjawab.

"Kata dokter kemungkinan wajah kamu tidak bisa kembali seperti semula," lirih Bimo menunduk sedih.

"Ha ha ha ha ha ha ha, jangan bilang kalau wajah ku akan cacat," kata Doni tertawa sumbang. Setelah itu Doni menunduk sedih, sepertinya Doni terpukul.

"Doni yang sabar, aku yakin pasti nanti kamu bisa sembuh," bujuk Bimo.

Doni menggeleng lemah.

"Wajah ku Bim...."

"Wajah ku hancur...."

"Ha ha ha ha ha ha," Doni tertawa miris membuat Bimo tak tahan melihat kesedihan temannya itu.

Ceklek..... Terdengar suara pintu terbuka, Bimo maupun Doni menoleh bersamaan.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Maharany_dhewi

Maharany_dhewi

yahh ikutan sefih nih karna babang doni

2023-08-04

3

lihat semua
Episodes
1 1. Awal pertemuan Doni dan Bimo.
2 2. Kebakaran....
3 3. Arti ketulusan
4 4. Nasib malang Doni
5 5. Doni merasa sedih
6 6. Persahabatan
7 7. Pulang
8 8. Ulah Bimo
9 9. Rasa yang patah sebelum berkembang
10 10. Rasa bersalah Tuan Muda
11 11. Kesedihan
12 12. Perubahan Doni
13 13. Ketegasan Tuan Muda
14 14. Ketidak sukaan Doni
15 15. Rencana Bimo dan Doni
16 16. Awal rencana
17 17. Semakin penasaran
18 18. Membuntuti
19 19. Masih teka-teki
20 20. Ketiduran....
21 21. Ternyata
22 22. Kabar buruk
23 23. Lihatlah aku
24 24. Menipu Tikus kecil
25 25. Dalang sebenarnya
26 26. Menjalankan rencana sang tuan muda.
27 27. Pengakuan
28 28. Bimo yang malang
29 29. Wanita bayaran untuk tuan muda
30 30. Kemarahan tuan muda
31 31. Tuan muda ngidam? Aku yang pusing
32 32. Bertemu gadis galak
33 33. Akhirnya Tuan muda bertemu dengan wanita itu
34 34. Doni yang tak bisa berkutik
35 35. Nasehat Doni
36 36. Mendadak menikah??
37 37. Awal yang baru
38 38. Pergi berdua
39 39. Obrolan Bimo dan Doni (mengenang masa lalu).
40 40. Tidur seranjang
41 41. Pelukan hangat
42 42. Berkemas
43 43. Pulang kampung.
44 44. Gugup
45 45. Menerima
46 46. Terpaksa berbohong
47 47. Adik
48 48. Kagum
49 49. Ajakan Doni
50 50. Tetangga
51 51. Ngakak
52 52. Ulah Adit
53 53. Gara-gara mantan
54 54. Siapa lagi sih??
55 55. Benar ini kak Doni?
56 56. Telepon penting
57 57. Doni pamit pulang
58 58. Misi mencari penghianat
59 59. Cemas
60 60. Bimo mengamuk
61 61. Pusing
62 62. Rindu
63 63. Kabar bahagia.
64 64. Mengerjai suami
65 65. Pulang ke rumah
66 66. Mulai posesif
67 67. Kedatangan mertua
68 68. Olahraga
69 69. Mesra
70 70. Ke pesta
71 71. Apa salahnya dengan wajah ku
72 72. Cemburu...
73 73. Tina merasa malu
74 74. Kebaikan Doni
75 75. Lega
76 76. Cemas
77 77. Pamit.
78 78. Percakapan dalam pesawat
79 79. Ke rumah sakit
80 80. Wajah ku sendiri
81 81. Rindu
82 82. Melepas Rindu Meski Lewat Telepon
83 83. Hotel
84 84. Gara-gara kangen
85 85. Pulang
86 86. Mengetes cinta istri
87 87. Mbak Nana selingkuh?
88 88. Penjelasan Doni
89 89. Menjelaskan kepada mbak Retno dan mbok Jum
90 90. Rencana 7 bulanan
91 91. Rahasia...
92 92. Kenapa sih suamiku ganteng banget...
93 93. Acara 7 bulanan
94 94. Bimo menuntut kejelasan
95 95. Penjelasan
96 96. Adit kesal
97 97. Adit punya pacar?
98 98. Pak perut Nana sakit...
99 99. Laki-laki?
100 100. Dia mirip mas Doni
101 101. Keluarga kecil Doni.
Episodes

Updated 101 Episodes

1
1. Awal pertemuan Doni dan Bimo.
2
2. Kebakaran....
3
3. Arti ketulusan
4
4. Nasib malang Doni
5
5. Doni merasa sedih
6
6. Persahabatan
7
7. Pulang
8
8. Ulah Bimo
9
9. Rasa yang patah sebelum berkembang
10
10. Rasa bersalah Tuan Muda
11
11. Kesedihan
12
12. Perubahan Doni
13
13. Ketegasan Tuan Muda
14
14. Ketidak sukaan Doni
15
15. Rencana Bimo dan Doni
16
16. Awal rencana
17
17. Semakin penasaran
18
18. Membuntuti
19
19. Masih teka-teki
20
20. Ketiduran....
21
21. Ternyata
22
22. Kabar buruk
23
23. Lihatlah aku
24
24. Menipu Tikus kecil
25
25. Dalang sebenarnya
26
26. Menjalankan rencana sang tuan muda.
27
27. Pengakuan
28
28. Bimo yang malang
29
29. Wanita bayaran untuk tuan muda
30
30. Kemarahan tuan muda
31
31. Tuan muda ngidam? Aku yang pusing
32
32. Bertemu gadis galak
33
33. Akhirnya Tuan muda bertemu dengan wanita itu
34
34. Doni yang tak bisa berkutik
35
35. Nasehat Doni
36
36. Mendadak menikah??
37
37. Awal yang baru
38
38. Pergi berdua
39
39. Obrolan Bimo dan Doni (mengenang masa lalu).
40
40. Tidur seranjang
41
41. Pelukan hangat
42
42. Berkemas
43
43. Pulang kampung.
44
44. Gugup
45
45. Menerima
46
46. Terpaksa berbohong
47
47. Adik
48
48. Kagum
49
49. Ajakan Doni
50
50. Tetangga
51
51. Ngakak
52
52. Ulah Adit
53
53. Gara-gara mantan
54
54. Siapa lagi sih??
55
55. Benar ini kak Doni?
56
56. Telepon penting
57
57. Doni pamit pulang
58
58. Misi mencari penghianat
59
59. Cemas
60
60. Bimo mengamuk
61
61. Pusing
62
62. Rindu
63
63. Kabar bahagia.
64
64. Mengerjai suami
65
65. Pulang ke rumah
66
66. Mulai posesif
67
67. Kedatangan mertua
68
68. Olahraga
69
69. Mesra
70
70. Ke pesta
71
71. Apa salahnya dengan wajah ku
72
72. Cemburu...
73
73. Tina merasa malu
74
74. Kebaikan Doni
75
75. Lega
76
76. Cemas
77
77. Pamit.
78
78. Percakapan dalam pesawat
79
79. Ke rumah sakit
80
80. Wajah ku sendiri
81
81. Rindu
82
82. Melepas Rindu Meski Lewat Telepon
83
83. Hotel
84
84. Gara-gara kangen
85
85. Pulang
86
86. Mengetes cinta istri
87
87. Mbak Nana selingkuh?
88
88. Penjelasan Doni
89
89. Menjelaskan kepada mbak Retno dan mbok Jum
90
90. Rencana 7 bulanan
91
91. Rahasia...
92
92. Kenapa sih suamiku ganteng banget...
93
93. Acara 7 bulanan
94
94. Bimo menuntut kejelasan
95
95. Penjelasan
96
96. Adit kesal
97
97. Adit punya pacar?
98
98. Pak perut Nana sakit...
99
99. Laki-laki?
100
100. Dia mirip mas Doni
101
101. Keluarga kecil Doni.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!