"Hei lihat tuh," tunjuk Doni ke arah pria yang tak jauh dari mereka.
"Apa?" Kata Bimo yang masih menatap ke arah cewek-cewek cantik tak jauh dari mereka.
"Itu," tunjuk Doni.
"Mana?" Tanya Bimo yang tak mengerti, dia pun clingak-clinguk mencari apa yang di tunjuk dengan tangan Doni itu.
"Ck tuh, kamu tidak lihat apa itu ada pria pakai baju biru yang begitu mencurigakan," kata Doni mendengus dingin karena temannya itu tak melihat ke arah pria yang dia tunjuknya sedari tadi.
"Mana sih?" Grutu Bimo yang masih belum menemukan pria yang di tunjuk oleh Doni.
"Ck mata kamu di taruh di kaki ya," grutu Doni yang kesal temannya itu.
"Sialan kamu," sungut Bimo yang tak terima di katain oleh Doni.
Doni yang kesal tanpa basa-basi lagi langsung memegang kepala Bimo dan memutarnya ke arah pria tadi, agar Bimo tahu pria yang di maksud oleh Doni itu.
"Hei apa-apaan sih," awalnya Bimo protes kepada Doni namun tepat saat dia bisa melihat pria yang di maksud Doni pun, Bimo terdiam.
"Hei dia sepertinya tahu kalau kita curiga kepadanya," kata Bimo.
"Wah gawat, dia kabur tuh," kata Bimo dengan cepat.
"Fiks... Dia benar-benar punya niat niat yang tak baik," kata Bimo yang masih mengamati pria tadi.
"Ayo...." Doni langsung menyeret Bimo membuat Bimo yang tadi terpaku di tempatnya pun ikut berlari karena Doni menarik dirinya untuk mengejar pria tadi.
Doni melepaskan tangan Bimo, dia berlari cepat untuk mengejar pria tadi, kalaupun pria itu tak punya niat jahat untuk apa dia kabur, itulah yang Doni pikirkan saat ini.
"Hei tunggu," teriak Bimo yang sedikit ngos-ngosan.
Bughhh.... Pria itu tersungkur akibat tendangan dari Doni.
Doni menendang pria itu saat dia sudah berada di dekatnya.
"Brengsek....!! Apa maksud kamu menendang ku," teriak pria itu sambil mengeram kesakitan.
"Ck kamu jangan bertingkah seperti pria yang bodoh," ejek Doni.
"Sialaaaaan..." Pria itu berdiri hendak menyerang Doni namun lagi-lagi dia harus tersungkur ke belakang akibat tendangan, namun bukan Doni pelakunya melainkan Bimo.
"He he he he he, aku tidak telat kan," kata Bimo cengengesan.
"Ck dasar lelet," grutu Doni.
"Ya kan kamu tahu kalau aku paling malas kalau di suruh lari," elak Bimo.
Pria itu melihat keduanya berdebat pun langsung mengambil kesempatan untuk kabur.
Tap tap tap tap tap tap tap....
Doni maupun Bimo menoleh karena mendengar suara yang tak asing menurut keduanya.
" Sialan dia kabur," umpat Doni kesal, dia pun menendang baru yang ada di depannya sebagai pelampiasan karena tak mungkin dia bisa mengejar pria itu yang sudah jauh darinya.
"Gara-gara kamu, dia kabur," Doni yang kesal pun menyalahkan Bimo.
"Kok aku," protes Bimo.
"Ya siapa lagi karena kamu yang ada di sini," jawab Doni dengan telat, lalu Doni pergi berjalan meninggalkan Bimo yang terpaku di tempatnya.
Menyadari Doni meninggalkan dirinya. Bimo pun berlari menyusul Doni.
"Hei tunggu aku," teriak Bimo.
"Cepat jangan lelet,"
"Dasar teman gak ada sayang-sayangnya sama teman," ceplos Bimo membuat Doni yang mendengarnya heran, apa hubungannya.
"Aku masih normal tidak suka terong," jawab Doni asal.
"Aku juga masih normal," protes Bimo.
"Kenapa kamu bilang sayang," protes Doni.
"Ya kan keceplosan," elak Bimo.
Keduanya berdebat, membicarakan tentang hal yang tak penting sepanjang perjalanan menuju vila mereka. Keduanya bagai tikus dan kucing yang selalu bertengkar mendebatkan sesuatu yang tak penting.
KEESOKAN PAGINYA....
Terdengar suara begitu berisik dari luar, Bimo dan Doni yang masih tertidur pun terusik di buatnya.
Bimo dengan cepat membuka matanya yang masih terasa mengantuk, dia menatap ke arah dinding yang masih menunjukkan pukul 4 dini hari.
Bimo pun melempar bantal ke arah Doni yang masih terlelap tidur.
"Apaan sih Bim," protes Doni yang masih memejamkan matanya yang mengantuk tadi.
"Hei bangun, dasar tukang tidur," teriak Bimo yang sudah turun dari ranjang miliknya.
"Kebakaran...."
Terdengar teriakan dari luar, Bimo pun kaget dengan cepat berdiri dan membuka pintu kamarnya.
Benar saja, terlihat asap mengepul dan api yang berkobar di vila yang di tempati oleh tuan muda dan satu vila yang di tempati oleh senior mereka.
"Doni bangun," teriak Bimo yang berlari ke arah ranjang dan mengguncang tubuh Doni agar dia segera bangun dari tidurnya.
"Apaan sih Bim, ini masih pagi," protes Doni yang belum sadar sepenuhnya.
"Hei vila tuan muda terbakar," teriak Bimo dengan keras di telinga Doni.
"Hah.... Apa!!
Doni yang kaget langsung membuka matanya, dia bergegas pergi menuju vila tuan mudanya.
Bimo yang melihat itu melongo. "Dasar, sekarang aku di tinggal," grutu Bimo, dia pun dengan cepat menyusul Doni.
Sesampainya keduanya di halaman depan vila.
" Lari cepat, semuanya lari."
"Air...."
"Cepat ambil air."
"Api..."
"Kebakaran......"
"Ayo kita selamatkan diri."
Beberapa orang membawa air untuk memadamkan api namun sia-sia saja karena api menjalar dengan cepat melahap bangunan mewah itu.
"Hei kalian mau kemana?" Tanya Bimo kepada beberapa pria yang berprofesi sama dengan dirinya, namun pria itu lebih tua dari nya.
"Bimo, Doni cepat kalian pergi dari sini, vila terbakar," jawab pria itu dengan mengatur nafasnya yang ngos-ngosan karena berlari.
"Tetapi bagaimana kalau ada orang di dalam?" Tanya Bimo dengan khawatir.
"Sudah ayo kita selamatkan diri kalian dulu, mungkin di sana sudah tidak ada orang karena kita tak mendengar orang meminta tolong," jawab Mark teman pria tadi yang di tanyain oleh Bimo.
"Benar tidak ada orang lain lagi?" Tanya Doni yang berada di samping Bimo memastikan.
"Ck terserah kalian berdua mau percaya atau tidak," kata Hardi.
Terdengar suara begitu pelan, Doni Mampun mendengarnya. Dia pun berlari menuju ke arah bangunan (vila) yang sudah terbakar sepenuhnya.
"Ayo kita pergi Don," Gre dan Reza pun menarik Doni agar menjauh dari sana namun Doni memberontak melepaskan diri dari kedua temannya. Doni yakin masih ada seseorang di sana, hatinya bimbang untuk pergi.
"Don..." teriak Reza yang melihat Doni.
"Doni," teriak Bimo yang melihat temannya itu malah berlari mendekat ke arah kebakaran.
Doni tak menghiraukan mereka, dia mencari air dan menguyur tubuhnya dengan air.
"Doni.... Kembali," teriak Bimo, dia ingin berlari ke arah temannya itu namun Hardi, Gre maupun Reza sudah menarik tubuhnya. Bimo hanya bisa meraung memanggil nama Doni.
"Hiks hiks hiks hiks hiks hiks, Doni cepat kembali," Raung Bimo menangisi Doni teman sekamarnya sekaligus sahabat terbaiknya selama berada di sini.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
mama De
bimo....craying.setia kawan betul bimo
2023-12-09
1
Qodri Kiflie Kiflie
buset si bimo nangis
2023-09-26
0
Maharany_dhewi
momogi ya Thor mo... mo... lagi.. ❤️❤️
2023-08-02
1