Doni menatap ke arah Bimo yang sedang menangis sambil menggoyangkan tubuhnya, mata Doni semakin sayu namun dia sempat menoleh memastikan sang tuan muda dalam keadaan baik-baik saja. Doni tersenyum sesaat sebelum kesadarannya benar-benar hilang, Doni pun pingsan.
Saat kayu tadi terjatuh, Doni langsung mendorong Abraham otomatis selimut yang dia pakai untuk menutupi dia dan tuan mudanya pun ikut terseret lepas dari tubuhnya.
"Hiks hiks hiks hiks, Doni bangun," Raung Bimo saat melihat Doni pingsan.
"Hei jangan mewek saja, cepat bantu aku angkat nih kayu," bentak Gre dengan kesal karena melihat Bimo menangis tak penting sedari tadi. Bukannya membantah dia malah Bimo mewek terus.
"Iya," jawab Bimo yang langsung sadar.
Keduanya pun bahu membahu mengangkat kayu besar itu dan menyingkirkannya.
"Duh berat banget sih, aku gak kuat," kata Gre mencoba mengangkat Doni sendirian. Tubuh Doni lebih berisi dan perawakannya tinggi kekar tak ada yang menyangka kalau Doni masih 19 tahun.
Bimo menatap miris Doni, wajah tampan nya melepuh terkena api. Bimo tak yakin luka bakar itu akan sembuh tanpa meninggalkan bekas apapun. Bimo merasa kasihan dengan nasib temannya itu.
"Hei kamu jangan bengong terus, bisa-bisa Doni langsung melayang saat ini juga karena kita telat menolongnya, cepat bantu aku," tegur Gre yang jengah dengan tingkah laku temannya itu.
Bimo langsung menghentikan tangisannya, dia membantu Gre membawa Doni keluar dari vila yang sudah hancur itu.
"Alhamdulillah," kata Gre bersyukur karena dia sudah bisa membawa Doni keluar dengan aman.
Mark dan yang lainnya menghampiri Gre dan Bimo, mereka membantu memapah Doni.
"Ha kenapa Doni bisa begini?" Tanya Mark dengan kaget saat dia tak sengaja melihat wajah Doni yang terkena luka bakar itu.
"Hiks hiks hiks hiks hiks," tangis Bimo pecah saat melihat wajah Doni.
"Hei mewek terus, buat pusing saja," grutu Gre yang jengah dengan kelakuan Bimo yang seperti perempuan karena sedari tadi menangis terus.
"Hei aku kan sedih melihat wajah Doni seperti ini," protes Bimo.
"Hei jangan berantem, ayo cepat kalian masukkan Doni ke mobil dan kita harus cepat membawanya ke rumah sakit," perintah Mark yang kesal keduanya bukannya segera membawa Doni masuk malah berdebat tak jelas.
"Tuan muda mana?" Tanya Bimo yang baru ingat kalau tadi Doni berada di sana tidak sendirian melainkan dengan tuan muda Abraham.
"Apa dia baik-baik saja?" Tanya Bimo sekali lagi.
"Tuan muda Abraham sudah di bawa ke rumah sakit, tuan muda sepertinya cuma pingsan akibat banyak menghirup asap," jawab Mark.
"Syukurlah," kata Bimo dengan lega, perjuangan temannya itu tak sia-sia karena tuan mudanya itu bisa selamat.
Bimo terdiam sesaat, dia tak bisa bayangkan bagaimana nanti kalau Doni sudah bangun.
"Hei jangan melamun terus, Doni pasti baik-baik saja," kata Mark mencoba menghibur Bimo sepertinya dia begitu terpukul melihat temannya itu.
"Iya, Doni orang yang hebat pasti dia mampu melewati semua ini," sahut Gre.
Bimo tersenyum miris.
Akhirnya mobil yang mengangkut Doni pun sampai di rumah sakit tak jauh dari sana.
Doni segera di bawa ke IGD, dokter yang mengetahui siapa Doni pun langsung bergerak cepat menanganinya. Mengingat rumah sakit ini masih milik keluarga Abraham.
Sedangkan di atas ranjang rumah sakit, pemuda tampan itu sudah terbangun.
"Haus...." Lirihnya.
Dengan sigap Vero langsung mengambilkan minuman untuk dirinya.
"Ini tuan muda, minumlah," kata Vero yang sudah menyodorkan sedotan ke arah bibir sang tuan muda, karena kondisi Abraham masih begitu lemas.
Gluk gluk gluk....
Setelah Abraham memberi kode melalui tangan kalau dia sudah selesai minum, Vero dengan cepat mengambil minuman dan menaruhnya di meja kembali tak lupa menutupnya.
"Bagaimana keadaan Doni?" Tanya Abraham.
"Maaf tuan, saya belum tahu karena tadi saya langsung membawa anda ke rumah sakit," jawab Vero apa adanya.
Abraham menghela nafas panjang, dia ingat tadi Doni mendorongnya sebelum akhirnya pingsan.
"Kamu cari tahu kabar Doni sekarang," perintah Abraham.
"Siap tuan muda," jawab Vero menunduk patuh, setelah itu dia pamit untuk keluar.
Abraham menatap ke arah langit-langit kamar nya saat ini. "Doni semoga kamu baik-baik saja, berkat kamu aku masih hidup," gan Abraham dengan lirih mengingat bagaimana Doni menyelamatkan dirinya.
Tok tok tok tok tok....
"Tuan muda...."
"Masuklah...."
"Ada apa?" Tanya Abraham.
"Tuan dan nyonya besar tidak bisa pulang hari ini, mereka baru bisa pulang besok," jelas Pras menyampaikan pesan dari tuan besarnya.
"Iya tidak apa-apa," jawab Abraham sambil menghela nafas panjang, kesibukan kedua orang tuanya membuat dia tak punya banyak waktu bersama keduanya. Mereka terlalu sibuk dengan bisnis mereka.
DI RUANGAN LAIN
Lebih tepatnya ruang di mana Doni tengah di tangani saat ini.
Pintu terbuka, dokter keluar dengan wajah yang lelah.
"Bagaimana keadaan teman saya dok?" Tanya Bimo yang langsung bangkit dan menghampiri dokter tersebut.
"Keadaan pasien Alhamdulillah sekarang baik-baik saja, masa kritisnya sudah lewat. Cuma...." Kata dokter itu menggantung, ragu untuk menjelaskan.
"Cuma apa dok," sahut Reza yang juga ikut penasaran bagaimana kondisi temannya itu.
"Luka bakar di wajahnya cukup serius namun kalian tidak perlu khawatir karena semua sudah saya obati dan sekarang sudah di perban, mungkin tidak sampai satu bulan lukanya akan sembuh namun saya khawatir wajah itu nanti kalau sudah sembuh tidak akan bisa seperti dulu.....( Dokter menjeda ucapannya dia menghela nafas panjang sebelum melanjutkan berbicara) kemungkinan dia akan cacat," jelas dokter sedikit merasa bersalah karena tidak bisa membuat wajah pria malang itu benar-benar sembuh (cacat).
Bimo begitu terpukul, dia langsung terduduk di lantai sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, dia tak sanggup membayangkan bagaimana keadaan Doni nanti kalau dirinya sudah sadar. Bimo meraup wajahnya kasar.
"Hiks hiks hiks hiks hiks hiks, Doni," hanya itu yang bisa Bimo lakukan, menangisi nasib sahabatnya saat ini.
Dokter pun pergi setelah menjelaskan semuanya.
Gre ikut terdiam di samping Reza, dia juga ikut terpukul. Mengingat Doni nantinya, wajah yang dulu begitu tampan akan berubah, ah keduanya pun tak mampu membayangkan kesedihan temannya itu.
Ketiganya larut dengan pemikiran masing-masing.
Tak lama perawat mendorong ranjang keluar dari ruangan tadi.
"Mau di bawa kemana teman saya," tanya Bimo yang sudah sadar kalau dia tak bisa terus-terusan sedih, dia harus kuat demi temannya itu.
"Tuan Mark sudah mengurus kamar untuk tuan Doni, jadi kami akan memindahkan tuan Doni ke kamar rawat inap," jelas perawat tadi.
Ketiga temannya itupun mengikuti dari belakang, kemana perawat itu mendorong ranjang Doni.
Di sini cuma ada 3 orang itu saja karena yang lainnya sedang menjaga tuan muda Abraham yang masih di rawat, keduanya (Doni dan Abraham ) di bawa ke rumah sakit yang sama, rumah sakit milik keluarga Abraham.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Mr. Dirg Ant
karya ini bagus. alurnya bagus. ide ceritanya aku baru nemu. sip lah.
2023-12-20
1
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •
iyaaa bekas jerawat aja gak ilang2 apalagi bekas melepuh🥺
2023-08-28
2
ℋℐᎯτυs
Jangan lupa VOTE ya😅🏃🏃🏃🏃
2023-08-03
4