Sebenarnya, Bram sangat perduli pada putrinya, sayangnya, ia enggan menunjukkan dan memilih seolah abai.
Sakit, lagi-lagi sakit yang Bram rasakan ketika melihat Keyra, ditambah lagi Keyra sangat mirip dengan Zahra dan itu membuat Bram semakin terluka.
Sekarang, baru saja Bram naik ke mobilnya, ia baru saja makan malam bersama kliennya di sebuah restoran mewah.
Selama perjalanan, ia bertanya-tanya dalam hati, "Sudah beberapa tahun ini Zahra tidak mengirimiku surat lagi, apa dia sudah melupakanku?"
Ya, pertanyaan itu selalu mengganggu pikirannya, walaupun tiada surat yang ia baca, tetapi, Bram selalu menunggu kedatangan surat tersebut.
Bram berniat akan membuka surat-surat itu setelah ajal menjemput Marini dan Bram berniat akan kembali padanya.
Tetapi, dengan tidak ada lagi surat darinya, membuat Bram semakin kecewa, kecewa pada dirinya, pada takdir hidupnya yang tidak berpihak padanya.
Beberapa saat kemudian, sekarang, Bram sudah sampai di kediamannya dan Bram melihat Celine di ruang keluarga sedang menjewer Keyra.
"Mama sudah bilang, jangan kamu pakai milik Ele, kamu harus pakai milikmu sendiri, paham!" bentak Celine seraya sedikit mendorong Keyra.
Keyra menangis dan menatap Bram yang sedang menatapnya.
Tatapan Keyra seolah memohon pertolongan dan karena sikap diamnya Bram, Keyra memilih memeluk suster yang ikut menangis.
Bram berjalan melewati Celine yang terdiam dan saat itu juga Bram menyuruh istrinya untuk menyusul ke kamar.
"Sial, kenapa Bram harus melihat ini," gerutu Celine dalam hati.
Dengan perasaan cemas dan takut, wanita yang memakai dress tanpa lengan berwarna biru muda itu menyusul suaminya.
Celine membuka pintu dan melihat Bram sedang duduk di sofa panjang seraya menyulut rokoknya.
Kemudian, Bram bangun dari duduk, ia berjalan ke arah Celine berdiri.
"Aku bisa jelaskan, Mas." Celine menatap Bram seraya tangannya menyentuh pergelangan tangan Bram.
Dan Bram meraih tangan itu, ia menatap tangan putih nan mulus tersebut yang sudah berani menyentuh putrinya.
"Kamu memiliki tangan yang indah, tetapi, bukan untuk melukai putriku!" kata Bram dengan datar.
Bram menatap Celine, begitu juga dengan Celine yang tidak lama kemudian wanita berambut pendek sebahu itu berteriak.
"Aaaaaaaa, sakit, Mas. Panas!" teriak Celine seraya berusaha melepaskan tangannya dari tangan Bram. Ya, Bram meletakkan rokok yang menyala itu dan membuat Celine menggenggamnya.
Dan karena kamar yang kedap suara membuat tiada siapapun yang mendengar jeritan Celine.
"Panas?" tanya Bram dan Celine yang kesakitan itu sekarang sudah berjongkok, ia menangis merasa tidak tahan dengan siksaan Bram malam ini.
"Ini hukuman untukmu jika berani menyentuh putriku!" ucap Bram seraya melepaskan tangan Celine.
Segera Celine berlari ke arah kamar mandi untuk menyiram lukanya menggunakan air dingin dan karena terburu-buru bukannya keran air dingin yang terbuka justru keren air panas lah yang terbuka.
"Setan, bajingan!" teriak Celine dan umpatan itu dapat di dengar oleh Bram.
Bram yang sedang melepaskan dasi itu tersenyum tipis, ia merasa memiliki kesenangan tersendiri saat melihat Celine menangis dan menderita.
****
Esok harinya, setelah mengantar Ele ke sekolah, Celine pergi ke rumah temannya dan di sana Celine mendapatkan pertanyaan atas tangannya yang di perban.
"Aku membuatkan kopi untuk suamiku dan tidak sengaja terkena air panas," jawab Celine seraya menyulut rokok dan secepat kilat temannya yang bernama Belinda itu mengambilnya.
"Tidak baik merokok, buang ini!" kata Belinda dan Celine menarik nafas, ia menyenderkan punggungnya ke sofa dan matanya seolah mencari sesuatu, Belinda yang menyadari itu pun bertanya, "Cari apa,Cel?"
"Dimana Arsen, Bel?" jawab Celine dengan sebuah pertanyaan.
"Dia sedang pemotretan di luar kota, kenapa?" tanya Belinda seraya bangun dari duduk. Ia mengambil tas kerjanya dan mengeluarkan laptop.
"Hanya bertanya," jawab Celine seraya memperhatikan Belinda yang nampak serius dengan pekerjaannya.
"Mungkin hari ini pulang," kata Belinda seraya menutup laptop.
"Cel, aku harus bekerja," kata Belinda seraya bangun dari duduk, ia menatap Celine yang juga menatapnya.
"Aku ingin di sini sampai sekolah Ele selesai," jawab Celine yang masih duduk santai.
Belinda mengijinkan dan setelah itu pergi dari rumahnya yang sederhana.
Celine menunggu seraya berbalas chat dengan Arsen.
Arsen yang mengetahui Celine sedang ada di rumah pun bersemangat untuk segera pulang.
"Tunggu aku, sebentar lagi aku pulang," balas Arsen dan Celine tersenyum, ia sudah tidak sabar menunggunya.
Belum sampai bertemu dengan Arsen Celine sudah harus bersiap pergi karena jam sekolah Ele sudah selesai.
Baru saja membuka pintu, Celine sudah bertemu dengan Arsen dan Arsen mengajak Celine untuk kembali masuk.
"Tapi," jawab Celine, ia teringat dengan Ele yang sudah menunggu.
"Bukannya kamu merindukan ku?" tanya Arsen seraya mencium punggung tangan Celine.
"Waktunya tidak tepat, Arsen," jawab Celine seraya melepaskan tangannya.
Dan melihat tangan yang terluka, Arsen pun menanyakannya, "Kenapa, Cel?"
"Bukan apa-apa," jawab Celine seraya tersenyum manis dan senyuman manisnya itu selalu berhasil memikat Arsen.
Cup!
Arsen mengecup bibirnya dan Celine memejamkan mata.
"Kamu tidak pernah mendapatkan ini dari suamimu, sedangkan aku tau bahwa kamu juga membutuhkannya, Cel," bisik Arsen di telinga Celine dan Celine yang merasa geli dengan hembusan nafas Arsen itu mengangguk.
"Waktunya tidak tepat, Arsen. Putri kita sudah menunggu," kata Celine seraya mendorong dada bidang pria yang sedang menghimpitnya.
"Selain Ele, aku juga membutuhkanmu, Cel!" kata Arsen seraya menggenggam tangan Celine.
"Ya, aku pun merindukanmu," jawab Celine dan setelah mendapatkan jawaban, sekarang, Arsen segera membawa Celine ke kamarnya untuk berolahraga di pagi menjelang siang ini.
****
Di sekolah, Ele yang sudah mulai bosan itu mulai mengganggu Keyra.
Ele yang terbiasa melihat perlakuan kasar Celine pada Keyra pun mulai menirunya.
"Key, bukakan ini untukku!" perintah Ele pada Keyra seraya memberikan botol minumnya.
"Kamu bisa membukanya sendiri, El!" jawab Keyra seraya menatap Ele.
Karena Keyra menolak, Ele pun bangun dari duduk, ia mulai menjambak rambut kepang Keyra menggunakan dua tangannya.
Suster yang melihat itu pun segera melerai dan tidak sengaja membuat Ele jatuh duduk saat mencoba melepaskan tangan Ele dari rambut Keyra.
"Astaga, masalah besar, masalah besar kalau Nyonya Celine sampai tau!" batin suster seraya membantu Ele untuk berdiri.
"Astaga, kenapa Nyonya lama sekali," suster Rani bicara dalam hati dan sekarang mereka bertiga sudah menunggu lama di depan kelas dengan Ele dan juga Keyra yang menangis.
Dan yang ditunggunya itu sedang berkeringat di atas ranjang, baru saja melepaskan hasrat terlarangnya bersama kakak dari sahabatnya.
Lalu, Celine segera bangun dan memakai kembali pakaiannya, ia menerima panggilan dari Ele yang menelepon diiringi dengan tangisannya.
Setelah mematikan teleponnya, Arsen pun bertanya, "Apa yang membuatnya menangis?"
"Ini semua karena mu, aku sudah bilang waktunya tidak tepat," jawab Celine dan sekali lagi Arsen memeluknya dari belakang.
"Bukankah kita sama-sama menikmatinya?" bisik Arsen dan Celine tidak menjawabnya.
"Jangan lupa hubungi aku jika kamu inginkannya, aku akan selalu ada untukmu," bisik Arsen dan Celine menjawab, "Hmm."
"Satu yang ku minta dari mu, Arsen. Jangan lakukan ini dengan wanita lain!" kata Celine seraya menatapnya.
"Aku setia, Cel," jawab Arsen dan benarkah demikian?
Bersambung, lanjut ke episode selanjutnya, jangan lupa untuk klik like dan komen, ya.
Terima kasih sudah membaca, 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
♽⃟⑅⃝Ⓡ𝓪ⷦ𝓻ͥ𝓪ⷽ𝓫𝓮𝓵𝓵𝓪hiatus
inget cel..walaupun km tdk mendapat nafkah batin dr suamimu,bukan berarti km harus berzina dg laaki2 lain,walaupun itu kekasihmu
2023-08-21
0
❤️⃟Wᵃf🍾⃝ʀͩᴏᷞsͧᴍᷠiͣa✰͜͡v᭄HIAT
sayang marini udh meninggal ya,kalau blm kan biar dia liat tuh klakuan mantunya. cucu sendiri di abaikan malah curu orang lain di perlakukan bak putri raja
2023-08-14
1
𝓐𝔂⃝❥🦋⃟ℛ강𑜑ιᷛαⷷͷᷟˢᶠ︎ᬊ᭄❀🥀⃞
kesian ele nungguin mak nya selingkuh dulu_-
2023-08-11
1