"Kau sudah datang," ucap pria yang tengah duduk membelakangi pintu kamar itu.
"Hmm."
Pria itu beranjak dari tempatnya dan saat pria itu berbalik ke arah Hyuna, Hyuna sedikit terkejut, karena pria yang akan membayarnya malam ini masih terlihat sangat muda. Sepertinya usianya tidak jauh berbeda darinya.
"Kenapa? Apa aku terlihat tampan?" ucap pria itu yang menyadari ekspresi terkejut Hyuna.
Ya, Hyuna berfikir pria yang akan membayarnya adalah pria tua dengan perut buncit, dan mungkin berkumis tebal, tapi nyatanya pria itu jauh berbeda dari bayangannya.
"Kau, kau yang akan membayarku?"
"Hmm, 20 juta? Apa kau yakin kau masih tersegel? Jika ternyata kau berbohong, aku tidak akan membayarmu." Tatap pria itu dengan tangannya yang mulai membelai wajah Hyuna.
Tubuh Hyuna menegang karena takut, debaran jantung Hyuna semakin kuat, tapi dirinya tidak bisa mundur lagi.
"Apa kau takut? Suara detak jantungmu sampai terdengar olehku," ejek pria itu.
"Tidak! Cepat lakukan, aku harus segera pergi membawa uang itu."
Pria itu tertawa kecil mendengar ucapan Hyuna, karena seharusnya Hyunalah yang memulainya dan memuaskannya.
"Baiklah, karena ini pertama kalinya untukmu, aku akan memakluminya."
Perlahan namun pasti, pria itu memulai permainannya. Hyuna yang awalnya merasa takut, kini mulai menikmati permainan pria itu. Tidak butuh waktu lama untuk pria itu berhasil membuka segel yang selama ini Hyuna jaga.
Suara lenguhan Hyuna membuat pria itu semakin menjadi, bahkan pria itu tidak memberi Hyuna waktu untuk menarik nafas. Permainan yang sangat nikmat tapi Hyuna tetap tidak bisa menerimanya.
Setelah selesai dengan pelayanannya, entah mengapa air mata Hyuna tiba-tiba menetes. Ada sedikit rasa penyesalan tapi semua sudah terjadi.
Hyuna beranjak dari ranjangnya, memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Hyuna menangis di bawah air yang mengalir dari shower, agar suara tangisannya tak terdengar hingga keluar.
Setelah puas menangis dan membersihkan tubuhnya, Hyuna segera keluar dari kamar mandi. Sementara pria itu masih berbaring santai dengan pakaian tidurnya.
"Mana uangku?"
Pria itu beranjak dari ranjangnya, berjalan mendekati Hyuna dan tiba-tiba memeluk Hyuna dari belakang. Tubuhnya tersentak kaget tapi dia tidak berusaha untuk melepas pelukan pria itu.
"Siapa namamu?" Tanya pria itu penasaran, tapi Hyuna enggan untuk memberi tahunya.
"Aku tidak boleh tahu? Baiklah, sepertinya kau juga tidak penasaran dengan namaku." Pria itu melepas pelukannya dan berjalan perlahan berdiri di hadapan Hyuna "Berikan ponselmu?"
"U-untuk apa?" tanya Hyuna penasaran."
Pria itu memintanya sekali lagi, dan Hyuna memberikan ponselnya pada pria itu. Ya, pria itu menginginkan nomer ponsel Hyuna. Setelah mendapatkan nomer ponsel Hyuna, pria itu memberikan uang yang dia janjikan pada Hyuna.
"Aku memberimu bonus dan jika kau membutuhkan uangku lagi, kau bisa menelfonku," ucap pria itu dengan tatapan nakalnya.
Hyuna tidak menghiraukannya dan langsung pergi meninggalkan kamar dan hotel itu. Hyuna kembali ke rumah sakit dengan menaiki taksi. Di sepanjang perjalanan, dirinya mencoba untuk tidak memikirkan apa yang baru saja ia lakukan.
Hyuna mengalihkan pikirannya dengan memikirkan keadaan adiknya Dita. Sesampainya di rumah sakit, Hyuna masuk ke ruangan adiknya untuk melihat Adik dan Mamanya, ternyata mereka sudah tertidur pulas.
Hyuna menyentuh pipi adiknya dan mengatakan dalam hati, "Kau akan baik-baik saja." Hyuna lalu pergi ke ruang administrasi malam itu juga dan langsung menandatangani surat persetujuan operasi adiknya.
Besok Dita akan langsung di operasi, mengingat kondisinya yang semakin memburuk. Malam ini Hyuna tidak bisa memejamkan matanya. Disatu sisi dia merasa senang karena adiknya akan di operasi besok, tapi di sisi lain, Hyuna masih belum bisa menerima dirinya yang sekarang ini. Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan itu panggilan masuk dari sahabatnya Vina.
"Apa kau sudah pulang?"
"Hmm. Besok Dita operasi, aku tidak akan ke sekolah."
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Vina yang menghawatirkan keadaannya.
"Bukankah kau bisa menebaknya dari suaraku?"
"Ahhh, baiklah, kau pasti baik-baik saja."
Setelah memastikan keadaan Hyuna, Vina langsung mematikan panggilannya. Hyuna menghela nafas berat mencoba menahan tangisnya. Entah, rasanya hatinya sangat sakit dengan keputusannya hari ini.
Esok harinya Mamanya menanyakan kenapa dia tidak pergi ke sekolah hari ini.
"Mama bisa menjaga adikmu sendiri, kau tidak perlu menunggunya. Kenapa kau diam saja? Bukankah sudah Mama katakan berulang kali untuk tidak main-main dengan sekolahmu!"
Hyuna hanya diam mendengar ocehan Mamanya tanpa melakukan pembelaan sedikitpun.Tiba-tiba dokter masuk ke ruang Dita dan memberitahu Mamanya, jika siang ini Dita akan di operasi. Mama Hyuna kaget, karena dia belum membayar uang operasi dan bahkan belum menandatangani surat keputusan rumah sakit.
"Tapi aku tidak memiliki uang sama sekali."
"Putrimu sudah membayar dan menandatangani surat keputusan tindakan."
Mamanya menoleh ke arah Hyuna. Tatapan tajamnya membuat Hyuna tidak berani untuk menatap mata Mamanya. Setelah dokter pergi Hyuna harus menjawab pertanyaan dari Mamanya.
"Dari mana kau mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Mama.
"Aku meminjamnya dari Vina."
"Vina? Mama tahu Vina juga tidak lebih kaya dari kita. Apa kau mencurinya?"
"Tidak, Ma. Aku meminjamnya dari Vina."
"Yya! Apa yang kau lakukan di luar sana? Apa kau mencurinya? Jawab aku Hyuna!" Suara Mamanya semakin meninggi.
"Kenapa Mama tidak percaya dengan ucapanku? Aku meminjamnya dari Vina. Aku memintanya untuk menjual hp mahalnya!"
"Ma, hentikan. Jangan bertengkar dengan kak Hyuna," sela Dita.
Tapi Mamanya tetap tidak percaya dengan ucapan putrinya, dengan hati yang kesal Mamanya meninggalkan ruangan itu dan pergi entah kemana. Hyuna masih berdiri dengan air mata yang mulai menetes.
"Kak, Apa kakak benar meminjamnya dari kak Vina?" tanya Dita yang sebenarnya juga tidak percaya dengan ucapan kakaknya.
"Hmm."
Hyuna duduk dan berpaling dari adiknya. Dita tahu, kakaknya sedang berbohong kali ini. Tapi bagaimanapun juga Dita tetap berterima kasih, karena kakaknya sudah berusaha untuk membuatnya tetap hidup.
Satu jam sebelum operasi Mamanya kembali dengan sarapan pagi di tangannya. Mamanya berjalan ke arahnya dan meletakkan sekotak nasi itu di hadapannya.
"Makanlah," ucap Mamanya tanpa melihat ke arah Hyuna.
Tanpa berpikir panjang, Hyuna langsung memakan nasi yang ada di hadapannya itu. Mamanya tidak lagi menanyakan pertanyaan itu, dan membiarkan Hyuna menikmati makan paginya.
Tidak lama dokter masuk untuk membawa Dita ke ruang operasi lebih awal, karena Dita harus melakukan beberapa medical cek up untuk memastikan bahwa dirinya siap untuk di operasi.
Mama dan Hyuna menunggu di luar ruang operasi. Tdak seperti kebanyakan Mama dan putrinya yang duduk berdekatan dan saling menguatkan, Mamanya dan Hyuna memilih untuk duduk dengan jarak beberapa bangku.
Ya, Hyuna lebih nyaman seperti itu. Dari kecil Hyuna sudah terbiasa dengan sikap dinginnya. Dia juga jarang mengekspresikan apa yang di rasakannya di hadapan orang lain.
Operasi di lakukan selama kurang lebih 3 jam. Mama dan Hyuna masih di posisinya, hingga akhirnya dokter keluar dengan membawa hasil operasi Dita.
"Bagaimana, Dok? Apa operasinya lancar?"
Sesuai harapan mereka, Dokter memberikan kabar bahagia tentang kondisi Dita. Hyuna bernafas lega, karena pengorbanannya tidak sia-sia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
sita
lanjut kak.
dan tetap semangat.🌹
2023-08-02
0
Ny Dilla
Lanjut, ceritanya menarik tetap semangat ya✨🌿
2023-08-02
1