⚠️Biasakan komen untuk membuat author semangat nulis⚠️
Setelah menimbang, mengingat dan memutuskan. Akhirnya Oliv mengangguk setuju, tapi hal itu sebuah firasat buruk bagi Gita. Mana mungkin seorang Oliv mau minta maaf. "Lu yakin?" tanya Gita penasaran.
"Just planing, gaes," jawab Oliv santai.
"Astaga Lu gila!"
"Kalo mau ngucap jangan setengah setengahlah," tegur Oliv santai.
Gadis itu sama sekali tidak peduli omelan sahabatnya itu, dia malah sibuk mengetik. Dikepalanya sudah banyak rencana untuk seorang Arka, membayangkan rencana itu dia senyum-senyum sendiri.
Gita yang melihat itu bergidik ngeri, dia yakin pasti sahabatnya itu punya rencana konyal. Gita tidak habis pikir pada Olivia, entah kenapa sahabatnya itu hobi membuat kerusuhan. Eh, dirinya juga.
"Kenapa Lu cekikikan?" tanya Oliv heran.
"Engga," kata Gita langsung tertawa.
Merasa ada yang aneh Oliv langsung meletakkan tangannya di kening, dia langsung menatap aneh sahabatnya itu. "Lu kaga sakitkan?"
"Gue ..." Belum selesai bicara tawa Gita kembali pecah.
"Gita!" pekik Oliv sambil menjitak sahabatnya itu.
"Sakit, Nyet!" sungut Gita tidak terima.
"Makanya jangan kaya kunti Lu ketawa."
Para kunti pasti tersinggung mendengar ini, untung siang jadi mereka tidak akan diganggu. Ada ada saja tingkah mereka ini, enak sekali di jitak, eh jangan mereka itu pantas di sayang.
Oke, skip. Lanjut ...
"Gue baru sadar kalo sifat rusuh itu virus Lu, Nyet."
"Wuasem!"
"Kan bener ih, jujur saya mah," kata Gita bangga.
"Sabodo teuing."
Gita memayunkan bibir membuat gemas Oliv tidak tahan menyentil bibir sahabatnya itu. "Oliv!"
Pak Harun dan Bu Santi berusaha menulikan telinga, sayangnya kedua anak itu tetap saja ribut.
"Sakit dodol."
"Makanya tuh bibir jaga, ga ada juga yang mau nyium Lu."
"Heeh emang situ udah ada yang nyium?"
"Belum sih," jawab Oliv polos.
Mereka pun tertawa menyadari kekonyalan itu, kemudian menghadap ke arah Pak Harun dan Bu Santi sembari membentuk jari menjadi huruf V.
Kedua orang dewasa itu hanya bisa menepuk jidat, ulah mereka benar-benar membuat pusing. Padahal baru satu hari di sini, mereka tidak bisa membayangkan, bagaimana melewatkan hari-hari berikutnya.
Kini Oliv dan Gita sudah tenang, meski pun sekali-kali mereka jahil. Namanya juga segklek ada-ada saja tingkahnya, kalau tidak membuat ulah. Mungkin sakit, ya?
Oliv lebih dulu menyelesaikan tugasnya, kemudian menyerahkannya pada Pak Harun. Pembimbingnya itu tersenyum senang, ternyata kerjaan Oliv rapi dan cepat.
"Lelet, Lu," ejek Oliv.
"Gue udah, ya," kata Gita tidak mau kalah.
"Pak, kami istirahat bentar, ya," kata Oliv.
"Silahkan."
Keduanya pun turun ke lantai, sembari saling memunggungi. "Gue laper, Git."
"Sama, Nyet."
"Cari makan, yok."
"Bentar ... Pak, kami laper," kata Gita pada Pak Harun.
"Ya udah makan saja," jawab Bu Santi dan Pak Harun.
"Boleh?" tanya Oliv semangat dan langsung bangkit, hal itu membuat Gita terguling ke lantai.
"Monyet, Lu," umpat Gita kesal dengan segera dia bangun.
"Kenapa, Lu?" tanya Oliv heran.
Namun, Gita tetap acuh. Untung sahabat pikirnya kalau tidak sudah lama dieksskusinya.
"Kita mau pesan makanan engga nih?"
"Bayarin," rajuk Gita.
Oliv terkekeh mendengar itu, kemudian mengangguk dan langsung mengotak atik Hpnya. Mereka berdua sibuk dengan Hp masing-masing, entah apa yang dilihat. Terkadang mereka saling melihat dan meatap seakan kode, tapi Pak Harun dan Bu Santi tidak masalah. Selama mereka diam itu lebih baik.
Tiba-tiba ada telpon yang mangatakan itu titipan Pak Harun, tentu saja pria paruh baya itu menatap keduanya tajam. Sayangnya gadis tersebut hanya menyengir memasang wajah tidak berdosa. "Bisa tidak jangan gunakan nama orang?" tanya Pak Harun geram.
"Maaf, Pak. Habisnya kitakan baru takutnya nanti dikira lancang," kata Oliv berusaha membela diri.
"Terus kalau saya tidak masalah begitu?"
"Eh, sudah-sudah ambil pesanan kalian," lerai Bu Santi membuat kedua gadis itu tersenyum lebar.
Pak Harun melengos kesal dia benar-benar bisa stres karena ulah keduanya ini. Dengan penuh semangat Oliv dan Gita keluar ruangan.
"Mereka itu hanya anak-anak, Pak. Jangan terlalu keras dalam menegur," kata Bu Santi saat keduanya sudah keluar.
"Ibu tahu sendirikan kelakuan mereka itu seperti apa? Bahkan ini hari pertama saja sudah mencari masalah sama Ceo. Ceo, Bu."
Namun, Bu Santi hanya tersenyum dan mengatakan kalau keduanya itu unik. "Gadis seperti mereka adalah anak yang kuat, apa Bapak tidak merasakan perbedaan antara Oliv dan Gita?"
Pah Harun mengerenyitkan dahinya ada rasa tertarik mengetahui mereka berdua, apa lagi selama ini baru ini siswa magang membuatnya pusing. "Aku melihat ada sisi lain dari Oliv berbeda dengan Gita, keduanya seperti saudara saling melindungi."
"Karena mereka sahabat, Bu," sanggah Pak Harun.
"Tadi aku melihat dia seperti lemah, apa lagi saat menyebut mama."
Pak Harun pun menganggukkan kepalanya, dia paham maksud Bu Santi itu. "Jangan terlalu keras pada mereka, Pak."
Entah kenapa jiwa keibuan dalam diri Bu Santi keluar, apa lagi setelah bertemu kedua anak itu.
"Semoga saja aku bisa sabar," kata Pak Harun sambil terkekeh.
-----
Oliv dan Gita yang keluar dari ruangan berjalan dengan riang, keduanya bercanda dan terlihat begitu bahagia tanpa beban. Sebenarnya bukan mereka saja magang di sini ada sekolah lain juga, tapi beda tempat jadi mereka berdua tidak mengurusi hal itu. Bagi mereka ke sini menjalankan tugas, kemudian senang-senang selama tidak melanggar.
"Lu pesan apa, Beb?" tanya Gita.
"Pesan hati sama empela."
"Dasar gila."
"Lu juga gila, Nyet."
Keduanya pun bertatapan kemudian tertawa. "Benar-benar dah ni kantor bikin Gue takjub, tapi kenapa kita tidak diletakin di atas, ya?" tanya Oliv heran.
Tanpa basa basi Gita menoyor kepala sahabatnya itu, pertanyaan yang tidak bermutu menurutnya. Sudah tahu ruangan Pak Harun di bawah, masih saja sempat bertanya seperti itu. "Makanya otak Lu jangan kerjaan sama cogan mulu."
"He Markonah Lu juga satu," balas Oliv tidak mau kalah.
"Gue ginikan Lu yang rekrut, Nyet."
"Dahlah itu kang antar makanan dah nunggu."
Oliv dan Gita langsung mendekatinya dan memberikan makanan, setelah mendapatkan pesananya. Keduanya langsung kembali lagi keruangan, Oliv memberikan mangkok yang berisi batagor yang masih panas. Juga aqua pada semuanya, Pak Harun dan Bu Santi terpana akan tingkah mereka.
Makanan saja mereka berbagi. "Ayo di makan, Pak, Bu," kata keduanya kompak.
"Lu bisa engga jangan nyamain Gue mulu," cebik Gita.
"Lu yang ikutin Gue dodol."
"Hadeh," kata Pak Harun dan Bu santi menepuk jidat.
Pada dasarnya kedua gadis itu memang begini tingkahnya, tapi Pak Harun tahu kalau perkatana Bu Santi tadi ada benarnya.
Oliv juga mengajak dua orang dewasa itu turun ke lantai saja, agar makan lebih terasa nikmat itu kata Gita.
Oliv juga membuka kerupuk yang tadi dipesannya, mereka makan seperti sebuah keluar. Membuat Oliv tersenyum begitu manis, meskipun hatinya sedang menangis.
-----
Kira kira apa ya yang buat Oliv begitu? Ada yang tahu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Yusi Lestari
jadi penasaran dech sama kehidupan Oliv dan Gita🤔lanjut thoorrr
2023-08-09
0