Melihat kepergian Oliv dan Gita, Arka tersenyum puas berhasil membuat gadis tersebut jengkel. Pak Harun dan Bu Santi yang melihat itu hanya mampu terdiam, apa lagi saat Arka berjalan mendekati mereka.
"Aku butuh data diri mereka berdua," kata Arka dingin.
Usai mengatakan itu dia pergi tanpa mengindahkan keduanya, sepertinya Arka ada rencana untuk mereka berdua.
Mereka tidak sadar jika sudah memasuki ranah orang asing, Arka akan dibuat terkejut setelah tahu tentang Oliv begitu pun sebaliknya. Entahlah apa yang akan terjadi saat mereka tahu siapa diri masing-masing.
Oliv yang tadi masih ditoilet menggeram kesal, tangannya terkepal menahan amarah.
"Udah dong, Liv. Harusnya tadi kamu engga usah samperin cowok itu," bujuk Gita.
Namun, sayang amarah Oliv kalau sudah begini sulit untuk dikendalikan. "Gue akan membuat perhitungan sama tuh cowok," tekad Oliv bulat.
"Selama Oliv di sini dia tidak akan tenang jadi karyawan."
"Masalahnya kita tidak tahu dia ada di ruangan apa, Liv," kata Gita kesal.
"Tenang," kata Oliv misterius.
Gita hanya mengedikkan bahunya acuh, dia sudah mewanti-wanti dari kemarin agar gadis itu tidak bar-bar. Sayangnya kalimat tersebut hanya diiya-iyakan saja.
"Liv, kita harus ingat kalau di sini baru satu hari," tegur Gita.
"Why?"
"Gimana kalau kita taruhan?"
"Ogah!"
"Takut nih?"
"Engga, males aja kalau buat cowok tadi jatuh cinta," kata Oliv yang sudah tahu kemana pikiran sahabatnya itu.
Gita tidak percaya kalau Oliv bisa menebak pikirannya. "Gila Lu kok bisa tahu sih, Liv pkiran Gue?" tanya Oliv takjub.
Oliv hanya tersenyum sinis, tangannya lebih sibuk membuka kran. Mencuci wajahnya dan mulai merapikan rambutnya.
"Git," panggil Oliv lirih.
"Why?"
"Gue mau mau warnai rambut," kata Oliv mantap.
Sahabatnya itu hanya acuh tak acuh membuat kesal dirinya saja. "Engga usah aneh-aneh deh, Liv. Rambut Lu dah bagus dari lahir engga usah diubah!'
"Gue hanya benci dengan warna ini, kenapa rambut Gue engga kaya yang lainnya?"
Gita yang paham perasaan sahabatnya itu hanya mampu menenangkan. Mereka berdua memiliki warna rambut berbeda, jika rambut berwarna reddish brown maka Gita berwarna black brown.
Hal itu tentu saja membuat mereka menjadi pusat perhatian, apa lagi keduanya adalah sahabat sejak masih kecil. Jadi Gita hapal luar dan dalam tentang Oliv.
"Sudahlah, ayo balik lagi," ajak Gita sambil menyeret sahabatnya itu.
Saat mereka akan keluar sekretaris Arka datang menghalangi mereka.
"Kalian itu anak bau kencur, jadi jangan sok!"
Sayangnya Oliv hanya menanggapinya dengan sinis, sambil menyenggol kuat badan sekretaris tadi. Sekedar info mereka berdua memiliki body yang profesional, meski pun wajah baby faces. Tetapi, jangan remehkan kedua gadis itu.
Sekretaris tadi kesal sendiri karena tindakan mereka, dengan menahan kesal dia menaiki lift. Kembali ke Oliv dan Gita, sekarang mereka sudah sibuk dengan tugas dari Pak Harun.
"Bapak, minta kalian jangan mencari masalah dengan Arka."
"Arka? Arka siapa, Pak?" tanya keduanya.
"Astaghfirullah kalian sudah lupa lagi? Arka itu cowok yang tadi kamu hampiri Oliv!"
Kedua gadis itu hanya beroh ria membuat Pak Harun mencemaskan keduanya.
"Kalian jangan anggap remeh Arka, berhati-hatilah," kata Bu Santi menengahi.
Mendengar itu Oliv justru tertawa. "Berhati-hati? Memang dia siapa seorang Olivia tidak akan pernah takut," ujarnya tegas.
Saat mengatakan itu Pak Harun kaget, cara nada bicara Oliv dia seperti mengenal. "Dengar, Pak. Selama kami di sini maka dia akan merasakan seperti di neraka," tekad Olivia.
"Berani bermain itu artinya berani terjatuh," sambung Gita.
Pak Harun yang baru hari pertama menangani mereka, lamgsung memijat kepalanya yang terasa sakit. "Bapak bingung harus memberitahu kalian seperti apa lagi," katanya sambil mengusap wajahnya kasar.
"Kalau bapak tidak ingin bingung, mari katakan siapa itu Arka dan ruangannya di mana," kata Gita mantap.
"Kalian akan terkejut saat mengetahuinya," kata Bu Santi.
Kedua gadis itu hanya acuh dan kembali fokus bekerja, bagi mereka percuma bertanya tidak ada gunanya.
Sedangkan sedari tadi Hp mereka terus bergetar, menandakan ada notifikasi masuk.
"Gue heran deh dari tadi ini Hp getar mulu," kata Oliv sambil mengambil Hpnya.
"Gila, Liv notifikasi Gue jebol euy," ujar Gita heboh.
Pak Harun dan Bu Santi yang melihat keduanya itu hanya bisa menahan napas, sungguh mereka bingung akan kelakuan ajaib kedua gadis itu.
"What!" pekik mereka bersamaan.
Keduanya saling pandang dan menutup mulut, entah apa yang membuat kedua gadis itu kaget. Ternyata di postingan tadi banyak orang mengatakan mereka beruntung, bisa berfoto dengan CEO dari perusahaan Start.
"Tamatlah kita."
"Kali ini kita habis."
"Huaaaa ... Bagaimana ini Gita?"
Kedua gadis itu langsung berpelukan seperti saling menguatkan, Pak Harun dan Bu Santi lebih memilih kembali fokus pada kerjaan.
"Lama bisa gila melihat mereka," kata Pak Harun kesal sendiri.
"Semoga murid seperti mereka tidak ada lagi," kata Bu Santi berdoa penuh kekhusyukan.
Saat baru saja akan fokus lagi-lagi mereka membuat ulah.
"Kenapa Bapak dengan Ibu tidak berkata sebenarnya pada kami?" tanya Oliv nelangsa.
Entah kemana sifat bar-barnya tadi, kini mereka berdua malah masang sifat seperti kalah berperang.
"Jika sudah diingatkan jangan dilanggar, rasa ingin tahu kalian itu membuatnya begini."
"Jadikan peringatan sebuah pertanda agar kalian lebih hati-hati," kata Bu Santi menyambung perkataan Pak Harun.
Kedua gadis itu langsung terdiam membenarkan ucapan mereka, tapi itu hanya sebentar saja. Karena mereka kini sudah memasang wajah menyebalkan kemabali.
"Apa perlu kita buat seperti perusahaan sebelumnya?" tanya Gita berbisik pelan.
Oliv menggelengkan kepala, meski pun itu bisa dilakukan. Dia tetap punya nurani dan Oliv tahu kalau perusahaan ini baik. "Jangan gegabah masih banyak yang lain."
Gita hanya mengangguk saja, meski pun begitu dia menjadi penasaran ada apa dengan sahabatnya. Biasanya akan langsung mengambil saham perusahaan yang dibenci tanpa belas kasih.
Jangan bingung dan bertanya siapa mereka, yang jelas mereka bukan orang sembarangan seperti bayangan Arka.
"Kalian kalau sudah nanti bantu buatkan Ibu desain," kata Bu Santi.
Yah, mereka berdua sangat pintar dalam hal tersebut meski pun masih sangat muda dan belia.
"Bu, apa ini perusahaan terbesar di sini?" tanya Oliv penasaran.
"Iya, ini perusahaan terbesar dan terkuat keamanannya. Baik secara internal mau pun eksternal," jelas Bu Santi.
"Iya, meski pun begitu kota harus tetap waspada dengan organisasi yang akhir-akhir ini meresahkan," kata Pak Harun menabahkan.
"Organisasi?" tanya keduanya bingung.
Pak Harun hanya mengangguk, tapi saat di tanya organisasi apa mereka hanya diam. Tentu saja hal itu membuat jiwa kepo kedua gadis itu menjadi.
"Kalian harus minta maaf pada Arka," kata Pak Harun mengingatkan keduanya.
Tentu saja hal itu membuat mood mereka turun, dengan menghela napas keduanya mengangguk. Sesaat kemudian mereka saling pandang, sudah bisa ditebak kalau keduanya ada rencana masing-masing. Rencana yang akan membuat mereka bertahan di perusahaan ini, atau kembali ke sekolah mencari tempat magang lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Chaniezs
titip jejak dek.
2023-08-24
1
Yusi Lestari
masih memahami alur ceritanya.lanjut thoorrrr👍
2023-08-09
0