"Kepala Bapak pusing lama-lama karena kalian."
Kedua gadis itu saling tatap bingung, mereka merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa bagaimana bisa membuat pusing.
Pintu pun terbuka menampakkan sosok Bu Santi orang yang satu ruangan, mereka langsung menghampiri wanita paruh baya itu. "Bu, Ibu tahu siapa Arka?"
"Ha?"
Bu Santi pun tidak menyangka jika gadis di hadapannya ini tidak tahu siapa itu Arka, ada sebuah isyarat dari Pak Harun membuat dia mengurungkan niatnya ingin memberi tahu.
"Bu," rengek kedua gadis itu.
"Coba kalian cari tahu," kata Bu Santi.
"Huft, tidak ketemu!"
"Ya udahlah, Liv mending bantuin sini. Nanti saja mikiri kaya gitu."
Mau tidak mau Oliv menuruti perkataan sahabatnya itu, meski pun diam ketahuilah otaknya sedang berpikir. Mencari jawaban siapa sebenarnya Arka, kenapa seperti dirahasiakan begitulah pikiran mereka.
Saat jam istirahat kedua gadis itu bergegas ke Mushola kantor, tidak salah dengan kantor ini selain megah dan mewah. Musholanya juga indah. "Busyet ini mushola gede amat, ya," kata Oliv takjub.
"Biasa saja euy, banyak yang lebih dari sini."
Mendengar tidak ada pembelaan dari sahabatnya itu Oliv cemberut kesal, keduanya pun khusyuk dalam berwudhu kemudian memasuki mushola dengan bersamaan. Sebenarnya kedua gadis itu risih dengan baju yang mereka pakai, bagaimana tidak baju kemeja putih dipadukan dengan celana dasar hitam.
Itulah membuat mereka kadang geli sekaligus ilfil dengan diri sendiri. Mereka merasa seperti gadis tidak benar saja, sebenarnya ada banyak rencana di kepala kedua gadis itu. Sayangnya mereka suka lupa.
Saat keduanya usai salat dan sekarang bersiap ke kantin, Arka yang melihat mereka beda sendiri bajunya. Langsung mengikuti kedua gadis itu, seperti ada magnet tersendiri. Khususnya gadis yang memiliki warna reddish brown di rambutnya, Arka tahu itu asli karena sesuai warna kulit gadis itu.
Siapa sih yang tidak kenal seorang Olivia saat disekolahan, yap dia dan Gita adalah primadona yang bisa membuat mata tidak berkedip menatap saat keduanya tertawa. Sayangnya tingkah mereka membuat guru BK pusing, meski pun begitu para guru tidak bisa mengeluarkan mereka. Sebab keduanya adalah aset berharga disekolah, yang selalu menjuarai olimpiade matematika dan fisika. Belum lagi dari lomba nyanyi yang selalu berhasil membawa SMK Permata menjadi juara satu.
Selain itu ada banyak fakta tentang mereka yang akan membuat kita terbelak kaget, next bab akan diungkap apa saja kelebihan mereka. Sekarang kita kembali fokus pada Arka yang tidak biasanya ke kantin, kini malah ke kantin. Hal itu membuat para wanita langsung senyum-senyum sendiri.
"Ini ada apa sih, Git kok pada senyum-senyum aneh?" tanya Oliv bergidik ngeri sendiri.
"Biasa lagi kena di bibir kali," jawab Gita asal.
Mereka malah acuh dan memesan makanan, ternyata Pak Harun dan Bu Santi ada di sana juga. Kedua gadis langsung berjalan ke arah sana, sambil berpesan untuk mengantarkan makanan. Ternyata Arka memilih duduk tidak jauh dari mereka, diikuti sekretarisnya yang seolah mencari perhatian.
"Pak," sapa keduanya membuat Pak Harun kaget.
Bu Santi yang melihat itu hanya mampu geleng-geleng kepala, dia tidak habis pikir dengan tingkah ajaib kedua gadis tersebut. "Kalian!" Geram Pak Harun.
"Viss," ujar keduanya menyusun jari membentuk huruf V.
"Kalian sudah pesan?" tanya Bu Santi lembut.
"Duh mama jadi kangen," kata Oliv tanpa sadar sambil menatap Bu Santi.
Sosok lembut juga mata yang memancarkan kasih sayang, membuat Oliv senang dengan nada lembut wanita paruh baya itu.
"Emang mama kamu kemana, Nak?"
Gita yang menyadari itu langsung menjawab dengan cepat kalau temannya itu aneh, Oliv diam saja membuat Pak Harun heran. Dia penasaran kenapa saat menyebut mama raut wajah gadis itu langsung berubah, ada banyak pertanyaan dikepalanya membuat dia penasaran tentang dua gadis di hadapannya. Mereka tampak saling melindungi satu sama lain.
Merasa dia diperhatikan Oliv langsung merubah raut wajahnya seperti biasa, sikap tengilnya kembali keluar. "Kenapa natap saya begitu? Cantikkan?" tanya Oliv dengan PDnya.
"Saya rasa kita kedatangan pasien sakit jiwa, Bu," kata Pak Harun kepada Bu Santi.
"Mereka lucu," kata Bu Santi membela keduanya.
Oliv dan Gita yang ada di dua sisi Bu Santi langsung memeluknya. "Sayang, Ibu."
Tentu saja hal itu membuat orang menatap mereka heran, bagaimana bisa seorang siswa magang langsung akrab. Namun, bagi Arka yang tadi memperhatikan mereka itu seperti keindahan, keharmonisan dan kebahagian.
"Sudah-sudah itu makanan kalian datang."
"Yee," sorak gadis itu.
Mereka tidak peduli ada yang memandang sinis atau memandang aneh, mereka makan yang dipesan tadi dengan lahap. Tentu saja itu membuat Pak Harun menggelengkan kepalanya.
"Kalian seperti orang tidak makan berapa hari."
"Emang dari kemarin belum sempat makan, Pak. Cuma nyemil doang si Oliv pelit engga sediain makanan," curhat Gita.
"Hee, enak saja. Lagian Lu yang nginep harusnya bawa makanan ini engga, udah dibilangi isi kulkas engga ada," jawab Oliv kesal.
"Santai Mbak ini Gue yang bayar."
"Ututu best aku kamumah, Beb."
"Heum," jawab Gita malas.
"Entahlah," kata Pak Harun melanjutkan makanannya.
Lama-lama dia juga akan stres kalau begini, setelah usai makan mata Oliv tidak sengaja melihat Arka.
"Git ... Git."
"Gitgit, Lu kira Gue sigit," cebik Gita kesal.
"Ais Lu mah lama," kata Oliv sambil berdiri membuat Pak Harun kaget.
Namun, dengan enjoy dia melangkah pergi dan mendekati meja yang ditempati Arka sendiri. Sekretaris tadi entah pergi kemana.
"Hai, Pak," sapa Oliv membuat Arka menghentikan kegiatan makannya.
"Ingat aku?" tanya Oliv sambil tersenyum manis.
"Heum."
"Duh Bapak ini ganteng-ganteng es kutub," gumam Oliv pelan, tapi masih terdengar oleh Arka.
Dimeja Pak Harun dia hanya bisa menepuk jidat melihat kelakuan Oliv, gadis itu benar-benar nekat.
"Gila si Oliv dekati bapak ganteng itu," kata Gita sambil bangkit.
"Hei kamu mau kemana?" tanya Bu Santi menahan tangan Gita.
"Mau nemuin Oliv, Bu."
"Jangan," ujar Pak Harun dan Bu Santi bersamaan.
"Lah kenapa?"
"Pokoknya jangan! Kamu jangan cari masalah dengan orang di hadapan Oliv," ingat Pak Harun.
Sayangnya gita malah acuh dan meninggalkan mereka berdua. "Ya Allah kenapa bisa aku diberi amanah membimbing mereka," keluh Pak Harun.
"Sabar, Pak," kata Bu Santi berusaha menenangkan.
"Gimana mau sabar mereka pagi ini saja sudah buat ulah, Bu," jelas Pak Harun sambil menunjukkan Hpnya yang ada foto Oliv, Gita sedang bersama Arka.
"Habislah kita kalau begini, Pak," kata Bu Santi lirih.
Kini mereka berdua hanya mampu menatap Oliv dan Gita dari kejauhan, sedangkan di sudut kantin sekretaris tadi belum pergi. Dia sebenarnya diusir oleh Arka, tapi bukannya kembali ke kantor malah menatap Oliv dan Gita dengan pandangan sinis.
"Dasar caper!" gumamnya kesal sebelum pergi.
Kembali ke Oliv dan Gita yang sedang bersama Arka.
"Lu gila ya, Liv mau nemuin Pak Ganteng engga ajak-ajak," bisiknya pelan.
"Lah tadikan sudah diajak Maemunah."
"Mohon maaf, Pak teman saya ini emang agak aneh kalau liat cowok ganteng," kata Gita sukses mendapat toyoran dari Oliv.
"Lu satu dodol!"
"Sakit woy Lu kira ini kepala apaan?"
Oliv hanya cengengesan dan membentuk jari V, sedangkan Arka hanya memperhatikan mereka yang persis anak kecil.
"Dasar bocah," gumam Arka sambil meminum minumannya.
"Apa Bapak tadi bilang?" tanya Oliv garang.
"Tidak ada," jawab Arka acuh.
"Tadi anda bilang kami bocah? Bapak engga liat kami sudah dewasa gini?" tanyanya kesal.
"Lah itu dengar ngapain juga masih tanya," jawab Arka sinis.
Tangan Oliv pun terkepal mendengar jawaban itu, Gita yang disampingnya langsung menenangkan. Sayangnya Oliv kalau sudah marah sulit dipadamkan emosinya.
"Ganteng sih ganteng, tapi mulutnya duileh," kata Oliv balik sinis.
"Apa kamu bilang? Kamu tidak tahu siapa saya?"
"Bodo amat! Yuk, Git kita balik dari pada nyamperi makhluk songong kaya dia. Berasa paling tampan saja," kata Oliv sambil menarik sahabatnya pergi dari sana.
Arka langsung emosi mendengar jawaban gadis itu, bisa-bisanya Oliv bicara begitu padanya. "Aku tidak akan membuat hidupmu tenang selama di sini," gumam Arka dingin.
Sedangkan Oliv yang tadi menggandeng tangan sahabatnya menoleh sebentar, kemudian mengacungkan jari jempol ke bawah sambil tertawa sinis. Oliv di lawan sih, tapi gadis itu terlalu bar-bar. Dia tidak tahu kalau itu adalah sebuah masalah baru ke depannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments