Seperti janji yang di ucapkan Voni pada Papanya, siang itu saat dia hendak pulang dari sekolah, dia mencoba berdiri di dalam ruangan kelas.
Sementara itu Luna sudah datang ke sekolah bersama Tio, pria selingkuhannya, setelah sekian lama menunggu di depan sekolah, Luna menjadi heran, karena saat itu Luna tak ada melihat Voni, sedangkan sekolah hampir saja tutup.
Dengan bergegas Luna menghampiri satpam sekolah yang saat itu sedang bertugas, Luna ingin bertanya tentang Voni anaknya.
“Maaf, apakah anak-anak sekolah ini udah pada pulang ya, Pak?”
“Udah Bu, satu jam yang lalu.”
“Satu jam yang lalu, apakah masih ada yang tinggal di dalam?”
“Nggak Bu, semuanya udah pulang dan di jemput oleh orang tuanya masing-masing.”
“Tapi kenapa putri saya belum kembali ya?”
“Ah masa? Ibu orang tuanya Voni kan?”
“Iya.”
“Tapi Voni udah di jemput sama Pak Bayu Bu.”
“Bayu menjemput Voni?”
“Iya Bu,” jawab satpam itu singkat.
“Kurang ajar, ini pasti atas perintah Sanjaya yang jahat itu.”
“Ada apa sayang, kok kamu sewot gitu?”
“Itu tuh, Sanjaya.”
“Kenapa dengan suamimu yang loyo itu?”
“Dia menyuruh orang untuk menjemput Voni.”
“Bagus dong, berarti kita berdua bisa bebas dan pergi bermain kemana-mana.”
“Iya juga ya, kenapa saya mesti marah, kan itu lebih baik, bisa mempermudah kita berduaan setiap hari.”
“Kalau begitu, ayo buruan naik!”
“Ayo.”
Karena Luna tak berhasil membawa Voni kembali pulang dari sekolahnya, dia pun memanfaatkan kesempatan itu untuk pergi bersama Tio, mereka berdua menuju sebuah hotel bintang tiga yang ada di kota itu.
“Ayo sayang, buruan, aku udah nggak tahan nih!” ajak Tio seraya menarik tangan Luna.
“Yang sabar sayang, ini aku juga udah keburu kok.”
Luna benar-benar keterlaluan, dia begitu tega telah mengkhianati Sanjaya suaminya sendiri, Luna merasa kesepian, karena Sanjaya tak lagi mampu menghangatkan tubuhnya yang masih muda belia itu.
Di saat bersamaan, Voni telah diantar oleh Bayu ke rumahnya, dia tampak sangat senang sekali.
“Udah ya sayang, kalau begitu Om pergi dulu.”
“Tapi Om, rumahnya kok sepi ya?"
“Di dalam kan ada Bi Anum, Voni sama Bi Anum dulu ya?”
“Baik Om.”
Voni tak mau banyak bicara, dia juga nggak mau membantah ucapan orang yang dia hormati, termasuk Bayu, orang kepercayaan Papanya.
Dengan langkah pelan, Voni masuk kedalam rumahnya, di depan tangga, Anum telah menunggunya dengan serbet yang selalu di taruh di bahu sebelah kiri.
“Lho, kok non Voni pulang sendirian, Mama Non mana?”
“Aku pulang sama Om Bayu, Bi.”
“Pulang sama Om Bayu? padahal Mama Non, udah keluar dari tadi lho.”
“Biar aja Bi, paling Mama pergi.”
“Pergi kemana Non.”
“Aku nggak tahu, ya udah Bi, aku keatas dulu.”
“Baik Non.”
Lalu Voni pun masuk kedalam kamarnya, mesti Voni bagian dari keluarga yang hampir hancur, namun dia tetap fokus pada pendidikannya. Voni termasuk salah satu anak jenius yang jarang di temukan di sekolah mana pun, karena daya ingatan Voni sangat luar biasa.
Siang itu di saat Voni sedang belajar di dalam kamarnya, Sanjaya pun datang menghampiri putrinya yang sedang asik membaca buku.
“Kamu lagi ngapain sayang?”
“Oh Papa, ngapain Papa ke sini?”
“Nggak boleh, Papa menemui putri Papa sendiri.”
“Boleh sih. O iya, Pa! boleh nggak aku ikut latihan bela diri?”
“Latihan bela diri? untuk apa sayang, ikut latihan bela diri segala?”
“Nggak ada Pa, cuma untuk jaga-jaga aja.”
“Benar, hanya untuk jaga-jaga?”
“Iya Pa.”
“Baik, besok Papa akan masukan kamu ke perguruan silat.”
“Tapi Papa harus janji, agar nggak ngasih tahu Mama soal ini.”
“Kenapa?”
“Karena aku nggak mau aja Mama tahu.”
“Ya udah, kalau begitu Papa janji, sayang.”
“Makasih, Pa.”
“Sama-sama.”
Setelah Papanya pergi, lalu Voni ikut keluar, untuk mencari tahu apakah Mamanya udah kembali apa belum, Bi Anum yang sedang asik bekerja di dapur, langsung di hampiri oleh Voni.
“Eh, ada Non Voni.”
“Mama udah pulang Bi?”
“Belum Non.”
“Udah magrib begini, belum pulang juga?”
“Tapi kayaknya belum.”
“Ooo, begitu.”
“Non mau makan?”
“Iya Bi.”
“Baiklah, biar Bibi siapin di meja makan.”
“Nggak perlu Bi, biar aku makan disini aja.”
“Tapi ini dapur lho Non. Kotor, nggak baik Non Voni makan di sini.”
“Kata siapa Bi, semua tempat itu akan menjadi kotor, kalau hati kita itu sedang kotor.”
“O, begitu ya Non.”
Tanpa memilih tempat duduk, Voni langsung makan dengan lahapnya, dia makan dengan tenang tanpa bicara sepatah kata pun. Selesai makan Voni langsung masuk kedalam kamarnya untuk belajar.
Tak berapa lama kemudian diluar rumah terdengar suara deru mobil yang tak asing lagi di dengar oleh Voni. Dia pun langsung menoleh ke bawah, tak salah lagi, dari dalam mobil keluar Mamanya yang di temani oleh seorang pria selingkuhan Mamanya sendiri.
“Mama, Mama. Kapan ya, Mama mau mengubah sikap Mama yang seperti itu, apakah Mama nggak malu pada orang yang berada di sekitarnya.”
Tak berapa lama kemudian, Voni mendengar ada benda-benda berjatuhan di ruang bawah, serta suara ribut antara Papa dan Mamanya, Voni pun mulai menutup kedua telinga nya dengan tangan.
“Ya Allah, kapan semua ini akan berakhir,” rintih Voni sembari meneteskan air mata.
Sedangkan di ruang utama, tampak Luna bertengkar dengan Sanjaya, mereka berdua tak ada yang mau mengalah.
“Dasar istri nggak berguna, masih hidup aja saya, kau telah berani bepergian seharian bersama pria itu, pergi kemana saja kau seharian ini! jawab!” teriak Sanjaya seraya menarik rambut Luna dengan kasar.
“Lepaskan aku, dasar suami nggak berguna kau ini, kau kira aku betah dirumah seharian menantikan pria tak berdaya seperti mu, aku muak Mas, aku muak!”
“Kalau kau merasa muak, cepat keluar dari rumah ini, nggak usah kau tunjuk kan wajah mu di depan semua orang yang ada di rumah ku ini.”
“Enak aja! heh, ingat Mas, sebelum kau membagi harta kita, aku nggak bakalan mau pergi dari rumah ini.”
“Luna, Luna, aku nggak bakalan membagi harta ku sedikit pun pada mu, dasar perempuan nggak tahu malu.”
“Kau ini emang keterlaluan ya Mas, kau akan makan semua harta sebanyak ini sendirian?”
“Itu urusan ku, kau sendirikan yang menginginkan aku berbuat seperti itu!”
“Ingat Mas, kalau kau nggak membagi hartamu pada ku, maka, aku bakal tuntut kau ke pengadilan.”
“Terserah! sekarang kau keluar dari rumah ini, dasar perempuan nggak berguna.”
“Nggak bisa, aku nggak bakalan keluar dari rumah ini, sebelum hak aku kau keluarkan.”
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Restviani
betul-betul-betul
2023-10-23
0
Restviani
biar bisa jaga diri papa...
2023-10-23
0
Restviani
hadeuh... dasar mak Lampir...
2023-10-23
0