.
.
Diandra benar-benar terkejut manakala orang yang berdiri di hadapannya terlihat sangat tenang cenderung datar. Sungguh nampak seperti orang yang sehat walafiat.
" Maaf. Siapa sebenarnya yang sedang butuh pengobatan?" tanya Diandra ragu-ragu.
Namun bukannya menjawab, pria bertubuh tinggi tegap itu langsung membuka seragamnya dan membuat Diandra terkejut bukan main, sebab tubuh pria itu benar-benar sempurna. Tubuh pria itu juga bahkan mengeluarkan keharuman khas yang samar-samar merasuk kedalam hidungnya. Membuat Diandra meneguk ludah spontan.
" Aku tidak memiliki banyak waktu. Sebaiknya segera tangani ini. Ayo lakukan segera!" kata Dewa yang duduk membelakangi Diandra yang sedang membeku.
Diandra langsung mengerutkan keningnya. Hey pak tentara, bukankah anda yang sedang membutuhkan saya? Kenapa anda bertindak seolah saya lah yang membutuh anda sih? Begitu pikir Diandra dalam hati.
" Berbaringlah!" ketus Diandra yang mulai kesal dengan kediktatoran pasiennya itu.
" Apa?" seru Dewa mengerutkan kening tak percaya.
" Maksud saya tolong rebahkan tubuh anda di matras ini dengan posisi tengkurap pak. karena saya perlu mengecek!" ralat Diandra yang menyadari kesalahannya berbicara.
Dewa mendecak kesal. Kenapa bisa ada dokter yang tidak profesional seperti ini. " Jika berada di corps tentara. Dokter sepertimu pasti sudah lama keluar!" gumam Dewa yang makin membuat Diandra terlihat sebal.
Saat Iwan hendak masuk sekembalinya dari pendaftaran, ia melihat kaptennya sedang bersiap untuk menuju ranjang rumahsakit. Iwan terlihat tersenyum tipis dan sejurus kemudian memilih menunggu diluar. Ia tahu tipikal orang macam apa kaptennya itu. Tegas dan tidak suka hal lelet.
Diandra yang sedang menuangkan cairan antiseptik ke kapas untuk membersihkan darah tertegun manakala melihat punggung Dewa yang memiliki banyak bekas luka. Dan diantara banyak luka yang tercipta, ia bisa melihat bila itu merupakan bekas luka tembakan.
Membuat Diandra meneguk ludah dan tertegun.
" Hey, kenapa diam saja. Sudah kukatakan jika aku tak memiliki banyak waktu!" seru Dewa tiba-tiba yang merasa bila Diandra malah terdiam.
Diandra lantas berdehem kecil guna mengusir kegugupan. Diantara banyaknya pasien, entah mengapa malah dibuat takut oleh Dewa. Diandra lantas melakukan tugasnya. Ia melihat dengan teliti luka itu.
" Maaf, tapi ini harus di lakukan operasi kecil. Bagian kayu ini menusuk terlalu dalam. Kita harus pindah ruangan lain." kata Diandra usai melalui pemeriksaan.
" Apa? Aku sudah membuka bajuku dan kau bilang harus pindah ruangan? Rumah sakit macam apa ini?" oceh Dewa mulai kesal. Padahal, dia sendiri yang salah sebab masuk ke ruangan dokter dan langsung membuka baju.
Mendengar keributan yang sepertinya nampak makin sengit, Iwan langsung bergegas masuk.
" Ehem!" Iwan berdehem sedikit keras. "Maaf dokter. Apa yang sedang terjadi?" tanya Iwan yang tahu bila saja mungkin sesuatu sedang tidak baik-baik saja.
" Maaf. Teman anda..."
" Maaf jika saya harus memotong ucapan anda. Tapi beliau bukan teman saya. Beliau Kapten saya!" sela Iwan yang selalu saja prosedural. Membuat sang dokter benar-benar pusing dengan dua pria yang sangat aneh ini.
Maka Diandra benar-benar harus menahan diri sebab dua orang di depannya selain kaku juga sangat prosedural. Apakah sekaku ini jika menjadi tentara?
" Baiklah Pak. Kapten anda ini harus segera di operasi. Serpihannya menusuk cukup dalam dan ini lumayan besar. Kita tidak bisa melakukannya disini. Kita harus pindah!" ulang Diandra yang sudah melipatgandakan kesabarannya.
Maka Dewa langsung menyambar seragamnya dan mengenakannya secara cepat.
" Dimana ruangannya?"
-
-
Beberapa waktu kemudian, Diandra akhirnya berhasil mengeluarkan serpihan kayu itu dan kini sedang membalut luka dengan perban usai memberikan obat. Diandra sebenarnya agak ngeri, mengapa tentara itu bisa tertusuk kayu hingga sedalam itu tapi ekspresinya masih saja datar. Apa dia bukan manusia?
" Apa yang anda rasakan kapten?" tanya Iwan terlihat khawatir.
" Aku merasa suntuk!"
Diandra yang sedang membereskan beberapa peralatannya terlihat menghela napas berkali-kali. Sungguh pengalaman bertemu dengan pasien yang sangat buruk.
" Ini resepnya. Anda berdua bisa segera mengambilkannya di apotek depan!" kata Diandra menyodorkan secarik kertas yang sudah ia tulisi resep obat.
Iwan mengangguk usai mengambang kertas itu. " Terimakasih banyak dokter!"
Diandra mengangguk sembari tersenyum canggung sebab sejujurnya hatinya dongkol.
" Terimakasih!" ucap Dewa mengulurkan tangannya. Membuat Diandra tertegun.
" Ehem!" Iwan berdehem dan membuat Diandra segera sadar dari lamunannya.
" Semoga lekas sembuh!" balas Diandra sembari menjabat tangan kekar Dewa yang menjabatnya kuat. Mungkin Dewa lupa jika tangan mungil Diandra bukanlah seperti tangan-tangan para mayor yang juga kuat.
Saat berjalan di lorong menuju apotek, Iwan melirik kaptennya yang berjalan dengan wajah datar.
" Dokter tadi sangat cantik kapten. Tidakkah anda tertarik?" kata Iwan sengaja mencari intermezo guna membunuh kecanggungan.
Tapi alih-alih menjawab, Dewa malah membuka ponselnya dan terlihat menghubungi seseorang. Membuat Iwan langsung mengerucutkan bibirnya kecewa. Kapan sih pria datar di sampingnya itu mau membahas soal wanita?
.
.
" Ah dokter, apakah anda yang menangani tentara tampan tadi? Astaga, anda sungguh beruntung!" seru Wina tiba-tiba manakala Diandra barusaja membuka pintu di ruang ganti. Membuat Anita yang kebetulan hari ini memiliki satu shift dengannya melirik.
Diandra menatap Anita yang masih acuh kepadanya sekilas. Ia lantas meninggalkan Wina yang selalu heboh jika melihat orang-orang berparas rupawan.
" Dia terluka. Sepertinya pasukan khusus dari Filia!" jawab Diandra yang mulai melepas atributnya seperti ID card juga jasnya lalu memasukkannya kedalam loker.
" Filia? Apa disana tidak ada team medis?" tanya Wina yang masih saja kepo.
" Mungkin itu darurat sehingga membuat mereka datang kemari. Karena jika terlambat, luka itu bisa menjadi patah dan sangat berbahaya. Apalagi, mereka adalah tentara!" kata Diandra.
Anita yang mendengar hal itu hanya diam. Ia memilih melipat jasnya dan pura-pura tak mendengarkan. Namun saat ia hendak keluar, tangannya di cegah oleh Diandra.
" Apa kau baik-baik saja?" tanya Diandra menatap muram Anita yang masih saja acuh kepadanya karena masalalu.
" Aku buru-buru!" balas Anita cuek sembari menggoyang tangan Diandra.
BRAK!
Diandra memejamkan matanya. Ia mati-matian menahan air matanya agar tidak keluar setiap Anita masih saja menunjukkan sikap dingin kepadanya. Sampai kapan Anita akan seperti itu? Membuat dirinya makin merasa bersalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ayuk Vila Desi
kenapa Anita marah ya ..apa Diandra gugurin kandungan
2023-09-18
0
Ayuk Vila Desi
🥲🤣🤣
2023-09-18
0
Nur Denis
sebenarnya ada masalah apa anita sama Diandra, knp anita cuek setiap berhadapan dg Diandra
2023-08-26
0