Diandra berlari dan membuat sekumpulan bujang tanggung di luar ruangan saling menatap tak mengerti. Tak sedikit yang mengira jika dua sejoli itu sedang bertengkar. Tapi alih-alih turut larut dan cuek, Aldi justru bangkit lalu masuk ke dalam. Ingin memastikan apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Ia membuka pintu dan melihat sahabatnya tertunduk lesu dengan sebuah alat kecil dalam genggamannya. Merasa curiga dan penasaran, Aldi masuk lalu mengunci pintu kamar tamu dirumahnya itu.
" Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Diandra pulang sambil nangis?" tanya Aldi yang tak bisa lagi menahan keingintahuannya.
Rando yang terkejut sontak menyembunyikan benda kecil itu di dalam sakunya dengan terburu-buru. Terhimpit satu kenyataan pahit sampai-sampai membuat telinganya tuli dan tak mendengar kedatangan Aldi. Sungguh sial.
" Enggak ada apa-apa! Kita cuman salah paham!" jawabnya dengan kegugupan yang sukar ia tepis. Membuat Aldi semakin memicingkan matanya.
" Apa yang kamu sembunyikan itu?" tanya Aldi kembali.
Deg!
Maka Rando semakin gemetar saja manakala menyadari jika Aldi mungkin saja tahu bila ia barusaja menyembunyikan strip kecil di sakunya.
" Kamu gak lagi nyembunyiin sesuatu dari aku kan Ran?" tuding Aldi dengan sebelah alis yang sudah terangkat.
Tak ada pilihan, diantara circle pertemanannya yang kebanyakan adalah anak-anak sultan itu, hanya Aldi lah yang terbilang sangat dekat dengannya.
" Apa yang barusan kamu masukan ke sakumu?"
Dan pertanyaan sengit dari Aldi semakin membuat Rando tak bisa lagi mengelak. Biar sudah. Ia akan mengaku saja. Toh Aldi juga merupakan orang yang selalu bisa ia percaya. " Please jangan up hal ini ke permukaan Al!" kata Rando sembari menyentuh lengan sahabatnya penuh harap.
" Memangnya kenapa?" tanya Aldi yang semakin bingung demi melihat kegelisahan di wajah Rando.
" Diandra hamil!"
...----------------...
Beberapa hari kemudian, Dindra tak terlihat berkeliaran di sekolah. Jika Rando cuek dan mengira jika permasalahannya telah selesai, tapi berbeda dengan Aldi. Anak itu malah merasa sangat cemas terhadap Diandra.
Saat jam istirahat, Aldi berpapasan dengan Anita yang merupakan sahabat dekat Diandra. Usai mengetahui fakta mengejutkan itu, Aldi menjadi kepikiran. Ia tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Apa karena ia pernah jatuh hati kepada Diandra saat pandangan pertama? Entahlah. Tapi sedari dulu ia memang orang yang baik kepada siapapun.
" Nit, Nita!" teriak Aldi kepada sosok manis yang berjalan sendirian di koridor menuju perpustakaan.
Anita yang merasa namanya di panggil langsung menoleh. Gadis dengan rambut pendek itu mengerutkan kening demi melihat Aldi yang ngos-ngosan kala mengejarnya.
" Ada apa?" balas Anita memindai tampilan Aldi yang sedikit terburu-buru.
" Si Diandra dimana?"
" Dia kan udah empat hari gak masuk. Sakit katanya!"
" Hah?"
" Kenapa sih?" kata Anita yang semakin keheranan. Tak biasa-biasanya Aldi mencari Diandra.
" Dia di kos? Udah kamu jenguk?"
Anita menggeleng, " Pulang dia kayaknya. Handphonenya juga nggak aktif. Gak tahu dia balik kerumah Ayah atau Ibunya!"
" Kerumah ayah atau ibunya gimana maksud kamu?" ucap Aldi semakin tak mengerti.
" CK, orang tua Diandra kan udah masing-masing Al. Ada apa sih? Wajahmu bikin orang penasaran aja deh?"
Namun bukannya menjawab, pria jangkung itu malah langsung berlari menuju kelasnya lalu menyeret Rando yang asik bermain game di antara riuh rendah teman-temannya yang asik di dalam kelas.
" Sini kamu!" seru Aldi yang merasa geram dengan sikap Rando.
" Woy Al, apaan sih?" kesal Rando yang di tarik menuju ke luar kelas.
Namun Aldi tak mengindahkan nada sengit yang di lontarkan Rando. Laki-laki itu terus membawa Rando keluar.
" Al, lepas!" ucap Rando yang benar-benar kesal dengan sikap Aldi. Laki-laki itu bahkan sampai menepis tangan Aldi kasar.
" Ran, kamu gak bisa begini-begini aja Ran. Si Diandra udah gak masuk empat hari!!" pekik Aldi yang langsung to do point dengan tujuannya. Membuat Rando tersenyum kecut.
" Ini lagi yang kamu bahas. Udah lah Al, kan udah aku jelasin ke kamu kalau aku gak yakin kalau itu karena aku. Siapa yang jamin kalau dia enggak ngelakuin lagi setelah hari itu hah? Udah lah, lagipula aku udah kasih dia uang buat beresin semua ini!" kata Rando terdengar ogah-ogahan membahas masalah Diandra.
Dan alih-alih join dan merasa lega dengan ucapan Rando, Aldi merasa jika ketua OSIS yang selama ini ia banggakan itu tak lain hanyalah seorang pecundang.
" Aku udah kasih dia duit banyak buat gugurin kandungannya!"
" Apa kamu bilang? Ran. Kalian itu udah salah, kenapa malah seperti ini sih?" teriak Aldi yang mulai geram dengan jalan yang di pilih oleh Rando.
Rando yang cukup jengah sebab sedari tadi Aldi terlalu mengintervensi dirinya, langsung menatap Aldi dengan wajah menantang. " Al. Kita tahu Diandra itu cantik dan jadi most beautiful di sekolah kita. Tapi semua itu ternyata gak cukup ngebuat orangtua aku kasih izin Al. Lagipula, aku juga baru tahu kalau Diandra itu produk broken home. Kamu tahu kan kalau aku ini calon pewaris perusahaan Papa!"
Detik itu juga, Aldi benar-benar merasa kecewa tak suka dengan sikap Rando yang unresponsible.
-
-
Awalnya Diandra mengira jika orang yang masih menjadi kekasihnya itu sedang dalam benar-benar bingung, kalut juga takut. Namun semua itu terbantahkan saat Rando datang dengan segepok uang yang di sodorkan kepadanya dengan tujuan untuk menggugurkan kandungannya.
Seketika, segenap perasaan kagum serta cintanya sirna. Pria yang selama ini menjalin hubungan dengannya tak lain hanyalah pria brengsek kelas bajingan tengik yang sama sekali tak bisa ia harapkan.
Telah empat hari ini ia hanyut dalam kebingungan. Bingung harus melakukan apa. Meskipun uang telah di tangan. Namun nyalinya rupanya tak cukup besar untuk melakukan hal itu. Ia berada di titik nol dalam hidupnya.
Ia kini berada di rumah Ibunya. Mengurung diri dikamar dengan isi kepala yang serasa mau pecah. Akibat kebodohannya, akibat kecerobohannya, kini ia harus menanggung beban. Jika sudah begini, lagi-lagi wanita lah yang harus menanggung.
" Di, Diandra!" seru Mamamya dari luar.
Ia berusaha menghapus air matanya. Entah sampai kapan akan mengurung diri seperti ini.
" Di, ada teman kamu nyari ini!" seru Mama kembali lebih keras dan membuat Diandra langsung tercenung.
Teman? Siapa? Apakah Rando sudah berubah pikiran?
Ia lantas bergegas mengenakan masker saat keluar kamar. Ingin menutupi wajahnya yang pucat. Dengan kepala yang masih terasa pusing sebab terlalu lama menangis, ia melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Dan saat tiba di ruang tamu, ia terkejut demi melihat Anita dan Aldi duduk dengan wajah muram kala menatapnya.
" Kalian?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ayuk Vila Desi
Rando bener2 minta di remes
2023-09-18
0
Ayuk Vila Desi
Lanang opo iku gak tanggung jawab blas
2023-09-18
0
Nur Denis
cih si rando cuma mau enaknya doang. bener² pengecut emang😡😡
2023-08-26
0