Hai semua!😇
Sebelum lanjut, mommy cuman mau kasih tahu bahwasanya kisah ini akan ada beberapa flashback alias beralur maju mundur.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, NT sedang menerapkan sistim retensi. Jadi besar harapan mommy kepada pembaca sekalian untuk membaca kisah Dewa, Diandra dan Rando ini secara runtun ya😁.
Jangan lupa like dan komen di setiap part-nya.
Selamat membaca 😘
...🔻🔻🔻...
.
.
" Diandra itu memang jarang pulang. Sekalinya pulang, e malah sakit." ucap Mama Diandra yang terlihat sangat humble dan tiba-tiba datang dengan membawa tiga gelas minuman dingin yang beraroma segar. " Nih di minum dulu. Habis ini tante tinggal dulu ya. Oh ya Di, di belakang ada pepes kesukaan kamu. Ajak makan teman-temanmu nanti ya. Ya udah kalian lanjut ngobrol!" kata Mama Diandra yang sudah bersiap untuk pergi ke suatu tempat.
Aldi dan Anita mengangguk sopan manakala wanita paruh baya itu berpamitan. Sepeninggal Mama Diandra, Anita langsung menatap sahabatnya muram. Nampak sekali torehan kesedihan yang terpancar dari wajah gadis berusia 17 tahun itu.
" Aldi udah cerita semua ke aku Di!" ucap Anita to do point. Sama sekali tak ingin berbasa-basi.
Maka Diandra seketika terpaku menatap mata Anita yang telah penuh dengan cairan bening. Membuat isi dadanya tiba-tiba beku dan sesak. Tamat sudah. Jadi dia orang yang kini ada di rumahnya itu sudah tahu bila dirinya sedang berbadan dua?
" Rando ngasih kamu uang sebagai bentuk tanggungjawab?" tanya Anita yang mulai menggenggam tangan sahabatnya. Tampak pula Aldi yang tertunduk dengan perasaan sedih. "Tapi menggugurkan itu dosa besar Di. Sebaiknya kamu terus terang aja sama orang tua kamu! Jangan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya!" kata Anita yang tak lagi bisa menyembunyikan tangisannya.
Namun tanpa mereka sadari, Mama Diandra yang hendak masuk untuk mengambil sesuatu yang tertinggal di dalam rumahnya langsung terkejut manakala mendengar kata 'menggugurkan' yang terucap dari bibir Anita.
" Menggugurkan? Menggugurkan apa? Apa yang sedang kalian bicarakan?" jerit Mama Diandra di bibir pintu.
Maka seketika terkejutlah tiga remaja yang saat ini sedang duduk di ruang tamu dengan wajah yang sama pucatnya.
...----------------...
8 tahun kemudian di sebuah rumah sakit besar di kota Santara.
" Terimakasih banyak dokter cantik. Anda sangat baik kepada kami!" kata seorang wanita tua yang pakaiannya lusuh. Merasa senang karena setibanya ia dirumah sakit, wanita tua itu rupanya mendapatkan penanganan yang begitu ramah dari sang dokter.
Suaminya yang kesehariannya mencari rongsokan terkena paku. Dan Diandra baru saja menanganinya sesuai dengan prosedur tanpa memandang status sosial. Diandra tersenyum. Tidak tahu kenapa, setiap ia bisa menolong orang susah, hatinya merasakan kedamaian yang sulit ia jelaskan.
" Minum obatnya secara rutin ya Bu. Semoga lekas sembuh!" kata Diandra.
Sepeninggal pasiennya, Diandra bergegas menuju loker. Tempat dimana semua tenaga medis yang hari itu on duty untuk tukar shift berkumpul. Tempat yang luas dan bersih itu menjadi tempat yang paling sering ia kunjungi setahun terakhir.
" Ah dokter, anda sudah selesai?" sapa Wina. Seorang perawat yang kebetulan satu shift dengannya hari ini. Gadis muda yang barusaja di terima menjadi perawat di Medica Care Hospital.
Diandra mengangguk tanpa berbicara. Hanya menatap sekilas sembari menarik senyuman tipis. Ia lantas mencopot jasnya lalu menggantinya dengan pakaian biasa. Bersiap untuk pulang.
" Aku duluan!" kata Diandra seperti biasa. Terlihat tak berminat untuk bergabung dengan sekumpulan wanita yang doyan menggosip.
Sepeninggal Diandra, salah seorang perawat lain bernama Tara tiba-tiba mengucapkan sesuatu. " Dia itu sombong ya? Lihat saja jika kita bertanya, selalunya tak mau menjawab!" ucapnya mencibir. Membuat beberapa orang mengangguk menyetujui.
" Kau ini kenapa? Dia sangat baik kok!" bela Wina tak setuju.
" Ya tapi setidaknya kan bisa jawab. Sekarang coba kalian pikir baik-baik. Tak sekalipun dari kita yang pernah ngobrol santai dengan dokter Diandra kan? Apa karena dia adalah dokter titipan di rumah sakit ini?"
BRAK!
Beberapa orang yang sedang asik bergunjing langsung berjingkat manakala satu dokter lain tiba-tiba menutup loker dengan sangat keras.
" Apa yang kalian bicarakan? Ini tempat kerja, bukan tempat bergunjing. Bubar sana!" seru dokter Anita menatap sengit para perawat di depannya yang wajahnya sudah sangat pucat. Merasa malu dan takut, semua orang langsung bubar tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi.
Anita yang kini tinggal seorang diri di sana, langsung menghela napas. Seharusnya ia dan Diandra bisa lebih baik dari ini. Tapi sebagainya manusia biasa. Ia masih menaruh rasa kesal kepada wanita yang dulu pernah menjadi sahabatnya itu. Meski jauh dalam hatinya ia juga masih memperdulikan Diandra.
...----------------...
Sementara itu, di lain pihak terlihat seorang pria berpostur tinggi tegap sedang mengawasi anggotanya yang sedang melakukan latihan fisik di batalyon kesatuannya di matra angkatan darat.
" Cukup! Setelah ini istirahat dan lanjutkan dengan makan siang!" kata sang kapten dengan wajah tegas.
" Siap kapten!" jawab semua anggota yang siang itu sedang melakukan latihan.
Adalah Dewa. Laki-laki yang kini berusia 31 tahun itu menjadi kapten di kesatuannya dari matra angkatan darat sejak tiga tahun terkahir. Dia tegas namun humanis. Terpilih menjadi kapten di dasarkan dari kemampuannya yang sangat cakap dan begitu unggul. Selain di bidang persenjataan, pria itu juga sangat cerdas.
Langkah panjangnya membawa Dewa menuju ke ruang kerjanya. Pria berwajah datar itu terlihat duduk lalu memeriksa beberapa daftar nama perwira muda yang akan di tugaskan di kesatuannya.
Teliti dalam melihat sebab anggota baru lulusan akademi militer itu akan menjadi tambahan tanggungjawab baru untuknya.
TOK TOK TOK!
Pintu terketuk dan memperlihatkan seorang pria melakukan hormat sesaat sebelum dia masuk ke dalam ruangan Dewa.
" Siang kapten!" sapa si junior.
" Hem!"
" Surat dari mayor!" kata si junior sembari menyerahkan sebuah amplop dengan logo kesatuan yang amat sangat ia cintai.
Dewa meraih sebuah amplop yang diberikan juniornya. Membaca sekilas jika itu merupakan surat langsung dari detasemen.
" Terimakasih!" kata Dewa.
Si Junior kembali melakukan penghormatan sesaat sebelum meninggalkan dewa. Laki-laki berwajah tampan itu membuka surat penting yang isinya merupakan sebuah perintah untuk mempersiapkan para anak buahnya untuk berangkat ke daerah yang dikabarkan sedang tertimpa musibah gempa bumi.
Setelahnya, Dewa nampak menatap foto berukuran kecil diatas meja kerjanya. Foto dirinya yang sedang di peluk oleh Ayah dan Ibunya. Ia memejamkan matanya sejenak. Ia sangat rindu dengan orangtuanya. Tapi tugas merupakan tugas. Ia tidak tahu akan sampai kapan akan seperti ini. Masalalu yang mengakar pahit dalam hatinya benar-benar membuat segala sesuatunya menjadi tidak mudah.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Rodiah Rodiah
💪💪💪🥰🥰🥰,lanjuut
2023-10-19
0
moerni🍉🍉
marathonnn mommmmmmssss
2023-09-23
0
Ayuk Vila Desi
apa mereka udah gak sahabatan
2023-09-18
0