Bab 4. Kakek Zuge

Sambil melakukan pekerjaannya, Lao Feiying menatap kepergian pria sepuh dengan tatapan heran.

" Siapa kakek itu sebenarnya?" Gumam Lao Feiying, lalu melanjutkan pekerjaannya.

Saat pekerjaannya sudah selesai, Lao Feiying bergegas menuju ke arah Guru Beifang yang tengah sibuk mengajar para murid.

" Guru... Tugasku sudah selesai, apa aku boleh berlatih?" Tanya Lao Feiying.

Sesaat Guru Beifang menoleh ke arah Lao Feiying dengan menatap rendah padanya.

" Kamu belum dikatakan layak sebagai muridku. Sekarang kamu menimba air di sungai dibawah kaki gunung ini." Ucap Guru Beifang yang diikuti olokan para murid lainnya.

" Ba... Baik guru." Lao Feiying terlihat ketakutan, karena Guru Beifang mengeluarkan aura Intimidasi kepadanya.

Dengan buru-buru Lao Feiying meninggalkan tempat tersebut untuk menimba air di sungai, dan berharap agar guru Beifang bisa mengakuinya sebagai murid.

Namun apa yang diharapkan Lao Feiying hanyalah mimpi belaka, karena sampai malam tiba dia hanya mengerjakan tugas hanya untuk membersihkan wilayah perguruan, membersihkan debu bangunan dan menimba air di sungai.

Begitupun dengan hari-hari berikutnya, Lao Feiying mendapatkan perlakuan yang sama, dimana guru Beifang memintanya untuk bekerja dibandingkan dengan berlatih.

" Apakah guru Beifang belum mengakuiku sebagai murid?" Lao Feiying bertanya dalam hati, sambil melakukan pekerjaannya.

Karena tidak mendapatkan pengajaran sedikitpun, Lao Feiying memilih untuk bangun pagi-pagi buta untuk melakukan pekerjaannya.

Setelah selesai, dia memilih untuk berlatih secara mandiri di kediamannya, dengan segala pengetahuan dari roh beladiri Harimau Pelahap.

Di sisi lain pria sepuh yang terus memperhatikan Lao Feiying secara diam-diam, kini hanya menggelengkan kepala karena perlakuan Perguruan Harimau begitu membedakan status sosial pada Lao Feiying.

Disamping mereka menganggap bahwa Lao Feiying tidak memiliki roh beladiri, Lao Feiying juga tidak memiliki status, sehingga mereka menganggap bahwa anak kecil itu hanyalah sebagai pelayan.

*******

Satu bulan telah berlalu, kini Lao Feiying mulai terbiasa dengan pekerjaannya, karena fisiknya mulai terlatih karena terus melakukan pekerjaan kasar.

Saat perjalanan pulang pada sore hari, Lao Feiying teringat akan pria sepuh yang pernah mengatakan bahwa dia tinggal di pinggir Perguruan Harimau.

" Sebaiknya aku mendatangi kediaman kakek itu!" Lao Feiying merasa bersalah karena selama satu bulan, dia tidak memiliki waktu untuk mengunjungi kakek tua yang menjadi pelayan di Perguruan Harimau.

Dengan langkah kaki mungilnya, Lao Feiying mencari keberadaan tempat tinggal pria sepuh sesuai arah yang ditunjukkan sebelumnya.

Tap! Tap! Tap!

Terdengar derap langkah kaki mungil Lao Feiying yang sudah berada di luar gubug milik pria sepuh.

" Kakek, apa kamu ada di dalam?" Lao Feiying yang berada di luar, menyapa seseorang yang memiliki gubug tersebut.

" Masuklah cucuku." Pria sepuh juga menyambut kedatangan Lao Feiying dengan membuka pintu gubuknya.

Dengan sebuah anggukan, Lao Feiying masuk ke gubuk tersebut dimana tempat tidur, satu ruangan dengan tempat memasak.

Meskipun merasa tidak enak, Lao Feiying yang juga tinggal seorang diri merasa nyaman karena memiliki seorang teman bicara, meskipun berbeda generasi.

Sambil berbincang kecil, kakek tua itu memperkenalkan dirinya dengan sebutan Kakek Zuge.

" Kakek Zuge, bagaimana kalau kakek tinggal denganku saja? Disana kita bisa bicara dengan bebas." Tidak ingin menyinggung Kakek Zuge dengan kondisi kediamannya, Lao Feiying menyarankan agar pria sepuh itu bisa tinggal bersamanya yang memiliki rumah yang cukup luas dari gubuk tersebut.

" Kedengarannya sangat manis. Tapi kakek lebih senang tinggal disini." Kakek Zuge bukanlah orang bodoh, sehingga dia mengetahui tujuan dari Lao Feiying, meskipun cara penyampaiannya sangat halus.

Saat keduanya sedang asik berbincang, tiba-tiba kakek Zuge mengambil sebuah Kitab dari balik tempat tidurnya.

" Feiying... Meskipun ilmu beladiri kakek tidak seperti para Kultivator lainnya, namun paling tidak kamu bisa mendapatkan pengajaran yang layak." Kakek Zuge memberikan Kitab tersebut kepada Lao Feiying.

Lao Feiying juga terlihat senang karena di dalam Kitab tersebut langsung ditunjukkan sebuah gambar, sehingga dia bisa meniru setiap gerakan yang ada pada Kitab tersebut.

" Tidak masalah kakek, aku akan mempelajari Kitab ini." Jawab Lao Feiying yang terlihat antusias.

" Feiying... Di dalam ilmu beladiri, tidak ada satupun teknik yang paling tinggi ataupun rendah. Semuanya sama, tergantung kita melatihnya saja."

" Seperti pisau ini. Sekalipun dia sangat tajam, namun jika tidak diasah setiap hari maka pisau ini akan menjadi tumpul." Kakek Zuge menjelaskan dengan perumpamaan tentang ilmu beladiri.

Di dalam dunia Kultivator memang ada ilmu beladiri yang memiliki tingkatan tertentu, namun itu semua tergantung niat dari yang mempelajarinya.

Kakek Zuge juga menceritakan bahwa saat muda, dia pernah belajar ilmu beladiri dari Sekte Boneka.

Sayangnya kakek Zuge memilih untuk keluar dari Sekte Boneka, karena terjadi suatu peristiwa yang membuat keluarganya meninggal dunia.

Sekte Boneka bisa dikatakan aliran Hitam, karena anggotanya menggunakan mayat manusia untuk menciptakan sebuah Boneka untuk membantunya bertarung.

" Kakek Zuge, apa itu harus menggunakan mayat manusia?" Lao Feiying bergidik ngeri, karena dengan menggunakan mayat tentu sangat menentang aturan.

Tanpa menjawab apapun, kakek Zuge membuka sebuah peti mati yang terdapat mayat wanita seusia 16 tahun.

" Itu adalah mayat putriku sendiri. Aku mengambilnya dari anggota Sekte Boneka saat mengetahui bahwa dia menggunakan mayat putriku sebagai bonekanya." Kakek Zuge menceritakan tentang putrinya dengan nada sedih.

Meskipun mayat tersebut sudah berusia puluhan tahun, namun sama sekali tidak membusuk karena kakek Zuge memberikan tanaman roh agar putrinya tetap awet.

" Kakek tua ini sudah lama hidup. Sepertinya tidak lama lagi aku akan bertemu dengan leluhurku."

" Feiying, apa kamu bersedia menjaga mayat putriku? Kamu tidak perlu khawatir, karena aku sudah memberikan semua Sumberdaya yang aku miliki untuk menciptakan Boneka ini." Kakek Zuge memohon kepada Lao Feiying untuk menjaga putrinya.

Mendengar ucapan tersebut, Lao Feiying menelan ludah kasar, lalu melirik ke arah gadis yang berbaring di peti mati tersebut.

Jika saja Lao Feiying tidak melihat peti mati tersebut, maka dia menganggap bahwa gadis itu hanya sedang tertidur, karena wajahnya sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia telah mati.

Bahkan dengan pakaian yang melekat di tubuh gadis itu, siapapun yang melihatnya pasti akan tertarik, jika mereka tidak mengetahui bahwa gadis itu sudah menjadi mayat.

" Boneka dari putriku ini masih belum sempurna. Aku sudah memberikan kekuatan spiritual milikku agar dia bisa bergerak sesuai keinginan pemiliknya." Kakek Zuge tidak memiliki pilihan lain selain membawa putrinya ke kediaman Klan Lao.

Jika anggota Sekte Boneka mengetahuinya, maka mereka akan mengincar boneka tersebut untuk dijadikan sebagai senjata, karena untuk membuat boneka memerlukan waktu yang sangat lama dan membutuhkan banyak Sumberdaya.

Karena itulah banyak anggota Sekte Boneka ingin mendapatkan boneka secara instan, agar tidak menguras harta mereka.

Melihat raut wajah kakek Zuge yang penuh harap, Lao Feiying merasa tidak enak, lalu menyanggupi permintaan pria sepuh itu.

Terpopuler

Comments

Umar Muhdhar

Umar Muhdhar

2024-05-07

0

Long Yuanzhi

Long Yuanzhi

Tetap semangat Thor 💪

2023-09-18

1

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

zuge khung

2023-08-10

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!