Andre tampak terdiam kala mendengar permintaan yang di lontarkan oleh ketiga orang yang tidak dia kenali itu. Terlihat jelas raut sedih dan memelas yang terpancar di sudut wajah mereka bertiga, membuat Andre merasa tidak tega.
Hingga tak lama terdengar suara pria paruh baya yang sedari tadi sudah menatap Andre dengan lekat.
"Nak! Aku tahu jika kau adalah orang baik. Kau pasti tidak akan tega melihat seorang bayi kecil yang tidak berdosa harus merenggang nyawa bukan?" tanya Pak Adam membuat Andre langsung menggelengkan kepalanya.
"Tentu saja aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi Tuan. Jika memang darahku cocok dengan anak itu, maka aku akan ikhlas menjadi pendonor untuknya." jawab Andre tersenyum membuat Naura yang mendengarnya merasa senang.
"Benarkah Tuan! Apakah kau tidak sedang bercanda?"
"Tentu saja tidak Nona! Jika memang cocok, maka aku bersedia menjadi obat untuk putra kecil yang baru saja kau lahirkan itu."
"Terimakasih Tuan."
Naura tanpa sadar langsung turun dari atas ranjang dan melangkah mendekati Andre. Mereka semua yang melihat hal itupun merasa terkejut, terutama Andre yang mengetahui kalau keadaan wanita itu masih terlalu lemah.
Dengan cepat Andre melangkah kedepan dan hendak membantu Naura yang terlihat berjalan tertatih.
"Apa yang kau lakukan Nona? Mengapa kau sampai turun dari ranjang?" tanya Andre merasa khawatir.
Hingga tak lama kemudian.
Grepppp… ..
Tubuh Andre terdiam kaku kala merasakan sebuah pelukan hangat dan erat yang diberikan oleh wanita yang ada di hadapannya saat ini.
Andre dapat merasakan jika pelukan itu telah membuat tubuhnya menjadi meremang hebat, seperti ada sebuah aliran listrik yang menyengat di sekujur tubuhnya.
Dan entah mengapa, Andre juga seperti mengenali aroma khas yang menyengat dari tubuh wanita asing itu, tanpa sadar Andre menghirup dalam dalam indra penciumannya sambil memejamkan kedua matanya. Dia seperti merasa familiar dengan aroma harum yang sangat khas tersebut.
"Kenapa? Kenapa aku seperti mengenali aroma harum yang menyeruak dari tubuh wanita ini? Aku seperti pernah mengenalinya? Apakah benar jika aku dan wanita ini pernah bertemu sebelumnya?" gumam Andre di dalam hati sambil menikmati pelukan hangat yang diberikan oleh wanita asing tersebut.
Sedangkan Naura yang merasakan Andre tidak menolak pelukan darinya, dia pun semakin mengeratkan tangannya untuk memeluk tubuh pria tersebut.
Naura kembali berlinang air mata,dia menangis pilu di dada bidang pria itu.
"Maaf! Maaf karena aku tidak dapat menahannya, tapi aku tidak boleh juga mengatakan yang sebenarnya, saat ini kau tidak mengenaliku dan aku harus melakukan sandiwara ini dengan baik, karena jika tidak maka kau akan pergi selamanya dariku." ujar Naura di dalam hatinya.
Hingga tak lama kemudian Naura pun tersadar dan melepas pelukannya daru tubuh Andre. Naura berpura-pura khilaf dan meminta maaf kepada pria itu.
"Maaf Tuan. Maaf karena saya sudah berlaku lancang kepada Tuan." ucap Naura sambil menatap malu kearah Andre.
"Ya tidak apa Nona. Saya mengerti mungkin Nona merasa sangat bahagia setelah mendengar keputusan yang saya katakan, tapi apakah kau lupa nona? Jika aku belum melakukan tes, bagaimana kalau darahku tidak cocok dengan putra anda!" ujar Andre menatap lekat kedua mata hitam legam milik Naura.
Dokter Bagas yang mendengar pertanyaan itu pun langsung melangkah mendekati mereka berdua.
"Baiklah kalau Tuan sudah menyetujui untuk menjadi pendonor bagi putra dari Nyonya Naura, maka kami akan melakukan tes terlebih dahulu agar kita dapat mengetahui apakah darah yang dimiliki oleh Tuan ini cocok dengan darah yang dimiliki oleh putra Nyonya Nuara atau tidak?"
"Boleh Dokter. Kalau begitu ayo kita lakukan sekarang juga. Dokter bisa mengetes darahku." ajak Andre tampak tersenyum ramah.
"Terima kasih nak. Ternyata kau sangat baik. Kami benar-benar beruntung karena telah dipertemukan oleh pria sebaik dirimu." puji Ibu Lastri sambil mengatupkan kedua tangannya di depan Andre.
Melihat apa yang dilakukan oleh wanita tua itu, Andre pun langsung memegang tangan Ibu Lastri dan melepas kedua tangan wanita itu.
"Jangan seperti ini Bu. Aku hanya melakukan perbuatan yang baik karena sudah kewajiban kita sebagai umat manusia untuk saling tolong menolong." ucap Andre merasa tidak enak.
Setelah itu Andre dan Dokter Bagas pun pergi meninggalkan ruangan tersebut guna melakukan tes darah. Melihat kepergian mereka berdua, Naura langsung tersenyum bahagia. Begitu juga dengan Pak Adam dan ibu Lastri, mereka sangat senang karena rencana yang dibuat oleh putrinya bisa berjalan dengan lancar.
"Selamat nak! Ternyata pria itu sangatlah baik. Bapak rasa kau tidak salah dalam memilih seorang pria." ucap Pak Adam sambil menuntun Naura untuk kembali naik ke atas ranjang rawatnya.
"Bapak benar. Mas Andre adalah orang yang baik. Semoga saja suatu saat nanti aku dapat memberitahukan dia yang sebenarnya, bahwa aku adalah seorang wanita yang pernah dia cintai dan juga seorang wanita yang sudah melahirkan keturunan dari dirinya." ujar Naura tersenyum simpul.
****
Sedangkan di tempat lain, terlihat seorang wanita tampak mengamuk di dalam ruang tamu yang ada di dalam rumah miliknya.
Wanita itu baru saja tiba di kediaman mewah dari seorang jenderal tertinggi di kemiliteran, dan tak lama dia pun menjerit histeris, sambil membuang seluruh barang-barang yang ada di dalam ruangan tamu itu hingga berserak dan jatuh ke atas lantai.
Melani mengamuk marah karena merasa kesal dengan apa yang Andre lakukan kepada dirinya. Bagaimana mungkin dia telah kalah dari seorang wanita yang sangat tidak layak menjadi saingan untuknya.
"Kurang ajar! Aku tidak menerima penghinaan seperti ini. Bagaimana mungkin kau lebih memilih wanita miskin itu dari pada aku tunanganmu sendiri! Padadahal kau tidak mengenal siapa wanita pengantar makanan itu? Tapi mengapa kau lebih membela dirinya!" seru Melani berteriak marah.
Hingga tak lama kemudian tampak beberapa pelayan yang tergopoh-gopoh berjalan mendekati wanita tersebut.
"Nona! Nona muda apa yang anda lakukan? Siapa yang telah membuat Nona menjadi sangat marah seperti ini?" tanya mereka dengan wajah khawatir.
Mendapat pertanyaan dari para pelayan itu, Melani pun semakin histeris dan dia kembali mengambil sebuah guci yang ada di atas meja dan langsung membantingnya ke arah para pelayan tersebut.
Prangggg…….
"Pergi kalian semua! Jangan ganggu aku. Kalian benar-benar membuatku marah, biarkan aku menghancurkan seluruh rumah ini!" ucap Melani memancarkan aura yang menyeramkan.
Setelah itu dengan cepat para pelayan tersebut pun langsung berlari menjauhi wanita itu.
Mereka hendak menghubungi Tuan besar mereka yang sedang berada di kantor militer pusat.
"Halo Tuan besar." sapa seorang pelayan yang bernama ibu Siti.
"Ada apa Siti? Kenapa kau mengganggu waktu pekerjaanku?" teriak pria itu memasang wajah kesal.
"Maaf Tuan besar. Saya hanya ingin menyampaikan kepada Tuan kalau saat ini Nona muda Melani sedang mengamuk di rumah.Dia terlihat sangat marah dan membanting seluruh barang-barang yang ada di ruang tamu." jelas pelayan itu membuat seorang pria di seberang sana merasa sangat marah.
"Apa yang kau katakan? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Bukankah putriku sudah lama tidak mengamuk lagi?" tanya pria tersebut yang tak lain adalah Jendral Bayu Ricardo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ninasyifa
terus berjuang demi kebahagiaan kamu naura
2023-08-23
0
Chiisan kasih
kumat sintingnya, Tuan hahahah
2023-08-23
0
Erni Handayani
Oh ternyata beneran wanita gila.. Hadeh pak jendral.. Masa anak gila mau dinikahin sama pria baik seperti andre...
2023-08-08
1