Michael Robinson menatap wanita kesayangannya itu dengan tatapan bingung.
"Apa maksudmu Sienna?"
"Maksud aku sudah sangat jelas tuan. Justin hanya akan menderita bersamaku. Ia tak pernah merasakan kebahagiaan sejak lahir ke dunia ini hiks," jawab wanita itu dengan tangis kembali pecah.
"Bawa Justin bersamamu saja tuan, aku rela hidup sendiri yang penting ia bahagia."
Michael meraup wajahnya kasar. Ia semakin tak mengerti dengan jalan pikiran wanita di hadapannya ini.
"Justin akan kita rawat bersama Sienna!" ucap Michael dengan tegas.
"Justin butuh kita berdua," lanjutnya dengan rahang mengeras.
"Tidak. Aku bukan ibu yang baik. Takdirku buruk. Aku takut ia akan lebih menderita lagi jika bersama denganku," balas Sienna seraya menggelengkan kepalanya.
Takut. Ya, ia sungguh takut. Ia lebih memilih menjauh yang penting anaknya yang sangat ia sayangi itu bisa tumbuh dengan sehat dan juga bahagia.
Kamu adalah anak yatim-piatu pembawa sial. Kamu lahir dan membuat kedua orangtuamu meninggal dunia!
Teriakan paman dan bibinya kini bergema di dalam kepalanya saat kedua orangtuanya meninggalkannya sendiri di dunia ini.
Dan sekarang, keadaan Justin yang sangat mengkhawatirkan kini membuatnya semakin takut. Ia takut peristiwa buruk itu kembali terulang dalam hidupnya.
"Aku rela, bawa saja Justin bersamamu, tuan. Dia putramu sedangkan aku? Aku hanya wanita yang mempunyai takdir yang buruk, hiks." Sienna tergugu kembali.
Michael merasakan dadanya sesak. Ia marah mendengar perkataan wanita itu.
"Sienna, kumohon. Jangan pernah berkata seperti itu. Justin memang sakit tapi ia akan sembuh sayang. Rumah sakit ini akan aku hancurkan kalau dokter itu tidak bisa menyembuhkannya!"
Sienna semakin menangis. Wajahnya yang putih sampai memerah dan juga sembab.
"Justin akan hidup bahagia bersama dengan kita berdua."
Sienna menyusut airmatanya. Entah kenapa ia sangat takut mendengar kata bahagia bersama dengan pria itu. Pria yang sangat ia benci karena perbuatannya yang sangat buruk padanya waktu itu.
Oh tidak
Ia menggelengkan kembali kepalanya. Airmatanya luruh kembali dan membentuk anak sungai di pipinya yang tirus.
Sungguh, ia tak pernah berharap akan hidup bersama dengan pria itu. Selain karena benci, ia juga hanyalah seorang wanita miskin dan juga yatim piatu. Ia tak punya kelebihan apa-apa kecuali mempunyai seorang anak dari darah dan daging pria itu.
Dan lagi takdirnya juga buruk.
Tok
Tok
Tok
Sienna dan Michael sama-sama melihat ke arah pintu yang diketuk dari luar. Nicholas Smith masuk ke dalam ruangan itu dengan membungkukkan badannya sedikit.
"Ada apa Nick?" tanya Michael dengan tatapan mengintimidasi.
"Puji Tuhan, tuan Justin sudah sadar tuan," jawab Nick dengan wajah datarnya.
Michael dan Sienna menarik napas lega.
"Oh my boy," lirih Sienna kemudian bergerak ingin turun dari tempat tidur. Michael ingin membantunya tapi wanita itu langsung menatapnya dengan tatapan tajam. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya berusaha untuk melindungi dirinya.
"Jangan sentuh aku tuan. Aku sangat takut padamu," lirih Sienna dengan tubuh menegang.
Michael kembali menghela nafasnya kasar kemudian menjawab, "Baiklah. Aku tak akan menyentuhmu." Pria itu pun segera menjauh dari wanita cantik yang sangat dirindukannya itu dengan sabar agar ia bisa turun dan menemui putranya.
Tak ada pilihan lain selain bersabar atau ia akan kehilangan lagi.
Mereka berdua pun segera memasuki ruangan Justin dengan perasaan penuh syukur. Anak itu sudah siuman dan memandang kedatangan mereka berdua dengan senyum di wajah pucat nya.
"Justin, kamu sudah sembuh sayang," ucap Sienna berusaha untuk tersenyum.
"Iya mom. Kalian darimana?"
"Kami duduk di luar dan memberikan waktu pada dokter untuk mengobati kamu my boy." Michael menjawab seraya mencium pucuk kepala anak itu.
"Apa aku akan sembuh dad?" lirih Justin bertanya dengan tatapan sayu pada sang Daddy.
"Iya sayang. Kamu akan sembuh dan aku akan membawamu ke tempat yang sangat indah. Kamu bisa melukis pemandangan yang cantik."
Justin tersenyum kemudian menutup matanya. Ia sangat senang dan berharap semua itu akan terjadi.
"Aku ingin melukismu bersama mommy, boleh 'kan Dad?" pintanya dengan wajah memohon.
"Tentu saja my boy. Kamu bebas meminta dan melakukan apa saja yang penting kamu bahagia," ucap Michael dengan dada sesak. Sungguh, ia kembali menyesalkan dirinya yang tidak bisa membersamai tumbuh kembang anak itu selama beberapa tahun ini.
"Terimakasih banyak dad, aku sangat senang sekali. Mommy juga pasti senang. Iyyakan mom?" Justin tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Sienna yang sejak tadi hanya diam seraya meremas tangannya.
"Iya sayang. Mommy sangat senang. Cepatlah sembuh dan kamu bisa bersekolah kembali," ucap Sienna dengan mata berkaca-kaca.
"Apa kamu bosan bersama ku mom?"
"Oh tidak sayang. Tentu saja tidak. Aku sangat menyayangimu, aku akan selalu bersamamu." Sienna mencium telapak tangan sang putra seraya menangis kembali. Matanya sudah membengkak karena sudah seharian mengeluarkan air mata.
"Maaf tuan, berikan kami izin untuk membawa tuan Justin ke ruang laboratorium dan juga radiologi. Kami akan melakukan screening CT scan untuk penyakit yang sedang dideritanya," ucap Luke Shawn meminta izin.
Mereka harus segera mengetahui dengan pasti penyakit yang diderita oleh anak itu agar bisa mengambil tindakan sebelum penyakit itu semakin berbahaya.
"Baiklah, lakukan sekarang juga!" ucap Michael mengizinkan.
"Baik tuan." Luke Shawn segera meminta beberapa orang untuk mempersiapkan Justin untuk dibawa ke laboratorium untuk diadakan pemeriksaan.
Sienna mencium pipi sang putra kemudian tersenyum.
"Kamu akan sembuh sayang. Mommy akan selalu mendoakan kamu," bisiknya memberikan motivasi.
"Kamu anak yang kuat bukan?" tanya Sienna dengan senyum diwajahnya. Justin mengangguk dengan wajah pucatnya.
"Iya mom. Aku kuat. Aku akan sembuh. Aku ingin bersama kalian berdua," jawab anak itu dengan senyum diwajahnya.
"Terimakasih banyak sayangku. Aku sangat mencintaimu Justin," ucap Sienna seraya melepaskan sang putra untuk di bawa ke dalam ruangan lain di rumah sakit itu.
Wanita itu mengikuti brangkar yang ditempati Justin begitupun dengan Michael Robinson hingga mereka sampai pada sebuah ruangan laboratorium untuk memeriksa keadaan Justin.
"Apakah Justin akan mengalami rasa sakit dokter jika ia diperiksa di ruangan itu?" tanya Sienna pada Luke Shawn.
"Tidak nyonya. Jangan khawatir. Ini hanya pemeriksaan biasa saja untuk mengetahui diagnosa penyakit yang diderita oleh putra anda," jelas dokter kepala itu kemudian meninggalkan Sienna dan juga Michael.
"Ah iya," jawab Sienna seraya menatap pintu laboratorium yang tertutup di depan matanya.
"Jangan khawatir. Putra kita akan baik-baik saja," tambah Michael menenangkan.
Sienna hanya menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Ia hanya bisa berharap yang terbaik untuk sang putra.
🍁🌺
*Tobe Continued.
Like dan ketik komentar dong 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
nur annisa
setiap ibu pasti khawatir jika anaknya sakit. begitupun dengan Sienna
2023-08-31
0
hamsiah ifa
Semoga penyakit Justin tdk berbahaya
2023-08-27
0
ta daeng
kekhawatiran seorang ibuuu
2023-08-27
1