Beberapa dokter terbaik di rumah sakit itu langsung masuk ke ruang perawatan Justin dengan tergesa-gesa. Suara Michael Robinson memanggil mereka bagaikan suara petir menyambar dengan segala kekuatannya.
Pria aristokrat yang selama ini dikenal dingin dalam memimpin kerajaan bisnisnya nampak marah dengan keadaan. Ia begitu tak sabar dengan kondisi Justin yang sedang memburuk.
"Lakukan sesuatu pada putraku sekarang atau kalian akan aku tuntut!" teriaknya.
"Baik tuan." Kompak para dokter itu menyahut.
"Aku tidak mau tahu apa alasan kalian. Yang jelasnya bangunkan Justin sekarang juga!" lanjut Michael dengan rahang mengeras. Tatapannya tak lepas dari Sienna yang sedang memeluk sang putra.
"Baik tuan." Luke Shawn menjawab seraya membungkukkan tubuhnya sedikit.
Pria berusia setengah abad itu lalu memberikan perintah kepada tim dokter yang lain untuk menyiapkan segala hal yang harus ia lakukan untuk membangunkan sang pasien.
"Mohon maaf nyonya, berikan kami kesempatan untuk memeriksa tuan Justin." Luke Shawn meminta izin dengan sopan agar Sienna memberikan mereka jalan.
"Sembuhkan Justin ku dokter. Hanya dia milik aku satu-satunya di dunia ini," ucap Sienna dengan tangis pilunya.
"Kami akan mengusahakan yang terbaik nyonya."
Sienna kembali memeluk Justin dan mencium seluruh permukaan wajah anak itu. Ia sangat takut jikalau maut akan memisahkan mereka berdua secepat ini.
"Sienna, tolong berikan kesempatan pada mereka untuk membuat Justin bangun. Kumohon padamu," ucap Michael Robinson seraya meraih tubuh wanita yang telah melahirkan darah dagingnya itu.
"Sembuhkan Justin dokter. Atau tukar saja dengan nyawaku," lirih Sienna dengan suara serak karena terlalu banyak menangis.
"Jangan berkata seperti itu sayang, mereka pasti akan mengusahakan untuk menyembuhkan putra kita. Kamu harus tenang." Michael langsung memberikan pelukan hangat padanya tapi sayangnya Sienna langsung mendorongnya karena traumanya pada pria itu langsung kambuh.
Michael Robinson tak membiarkan pelukannya terlepas. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada wanita cantik itu.
Sienna berusaha memberontak. Tubuhnya yang mungil merespon dengan sangat baik karena ia begitu trauma dengan pria itu.
Pelukan tangan Mike yang besar, aroma parfum yang sedang ia pakai benar-benar mengingatkannya akan malam naas itu. Bagaimana ganasnya pria itu merudapaksa dirinya hingga hal itu terasa terulang kembali.
Tubuhnya ia rasakan gemetar hebat hingga ia pun jatuh terkulai lemas. Tanpa ingin menimbulkan kekacauan di dalam ruangan Justin, Michael pun langsung menggendongnya keluar dari ruangan itu dengan perasaan yang sangat khawatir.
"Sienna!?" panggilnya seraya mencium seluruh permukaan wajah wanita cantik itu. Akan tetapi Sienna tak merespon. Pria itu pun menatap Nicholas Smith dengan tatapan tajam.
"Nick, siapkan kamar untuk kami!" titahnya pada sang asisten.
"Baik tuan."
Nick langsung membuka pintu ruangan perawatan itu agar sang bos bisa keluar dengan mudah dari ruangan itu.
Pria berwajah dingin itu meninggalkan para dokter dengan tatapan tajam. Ia tak perlu mengatakan kalau Justin harus siuman dan juga sembuh sementara ia menemani sang bos dengan wanita yang sudah lama dirindukannya itu.
Sebuah ruangan kosong di samping ruangan Justin dimasuki oleh Michael Robinson. Ia meletakkan wanita kesayangannya itu pelan-pelan di atas ranjang.
"Panggil dokter perempuan kemari Nick!"
"Baik tuan!"
Pintu pun tertutup dari luar dan tersisa Michael dan juga Sienna di dalam ruangan itu.
"Sienna, ada apa sayangku. Ayo bangun," bisik Michael seraya menyapu seluruh permukaan wajah wanita itu dengan bibirnya.
Setelah beberapa menit, Sienna pun membuka matanya perlahan tapi kemudian langsung berteriak keras karena wajah pria aristokrat itu begitu sangat dekat dengan wajahnya.
Rasanya kenangan buruk itu kembali datang menggangu alam bawah sadarnya.
"Tidak! Lepaskan aku tuan!" teriak Sienna dengan wajah ia tutup dengan kedua telapak tangannya. Tubuhnya kembali merasakan gemetar hebat.
"Sienna, ini aku, Mike. Aku tidak akan berbuat jahat padamu," bujuk pria itu seraya menyentuh lengan wanita itu. Akan tetapi Sienna langsung menepisnya dengan sangat keras lalu berteriak, "Pergi kamu dari sini! Aku benci padamu!"
"Sienna, kamu yang memanggil aku ke sini. Aku datang untukmu dan juga Justin. Jadi jangan pernah mengatakan hal seperti itu." Michael mencoba untuk membujuk.
"Justin? Oh tidak. Justin ku sedang sakit. Huaaa, aku bukan ibu yang baik!" Sienna pun menangis dan kembali meratap.
"Tenangkan dirimu Sienna, Justin akan baik-baik saja." Michael berucap dengan tangan kembali ingin memberikan pelukan pada wanita yang tampak sangat menyedihkan itu. Akan tetapi Sienna menolaknya lagi.
"Pergi! Jangan dekati aku! Kamu adalah pria yang sangat jahat! Kamu yang memberi aku penderitaan seperti sekarang ini! Aku benci padamu!" Sienna berteriak histeris hingga Nick yang baru akan masuk ke ruangan itu langsung menutup kembali pintu yang sudah sempat ia buka.
"Ada apa tuan Smith?" tanya Mathilda Brown, dokter umum yang sedang ingin memeriksa keadaan Sienna.
"Tak ada apa-apa dokter. Kembalilah bekerja. Nyonya Robinson sudah sadar dan sudah ditangani oleh Tuan."
"Ah iya baiklah tuan Smith. Kalau ada masalah, aku ada disekitar ruangan ini." Mathilda pun pamit dan meninggalkan tempat itu. Nick hanya diam seraya menatap ke arah dua pintu yang sedang berdekatan itu.
Ia berdiri tegap diantara dua ruangan yang sama-sama membutuhkan perhatian yang cukup ekstra.
Yang satu ditempati oleh Justin dan para dokter sedangkan yang satu lagi ditempati oleh sang bos dan wanitanya.
"Bukan kamu yang salah hingga Justin sakit Sienna. Aku yang harusnya menanggung kesalahan ini."
Sienna tergugu dengan kedua lutut ia peluk. Ia menangis ketakutan. Antara traumanya pada pria itu dan juga penyakit sang putra tersayang.
"Kamu telah membuatku menderita tuan Robinson. Kamu jahat! Kamu memaksaku mengandung darah dagingmu yang pada akhirnya ia ikut menderita seperti diriku, hiks." Sienna menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya. Ia menangis tiada henti.
Bayangan penderitaannya selama ini kembali menyeruak ke permukaan. Bagaimana ia langsung diusir oleh Megan Robinson, ibu dari Michael setelah malam kelam itu dan membuatnya merasakan penderitaan yang bertubi-tubi.
Ia menderita di jalan. Menjadi seorang gembel untuk menghidupi dirinya yang sedang mengandung.
Dan sekarang, ketika ia merasakan hidup yang lebih baik sedikit, Justin Justru sakit. Ia tak tahu apakah takdir hidupnya memang sudah sangat buruk sejak ia lahir karena terlahir menjadi anak yatim-piatu.
Justin anak yang baik dan sangat mengerti dirinya yang miskin. Anak itu terkadang diam-diam membeli makanan dan bahkan membayar utangnya pada toko sembako milik uncle Sam dari hasil ia membantu para tetangga yang sedang membutuhkan jasanya.
Justin tak pernah mengeluh dan meminta ini dan itu seperti anak yang lainnya. Ia adalah anak yang pandai bersyukur atas apa yang Sienna berikan.
Pakaiannya yang hanya beberapa itu tak pernah ia keluhkan. Sepatunya yang tua dan berlubang dimana-mana tetap ia gunakan dan tak pernah ia minta untuk dibelikan yang baru.
Tak ada rasa malu karena ia adalah anak dari seorang wanita yang miskin. Ia malah semakin rajin belajar dan mendatangi pameran lukisan atau galeri yang sering diadakan di kota setiap akhir pekan.
"Aku akan jadi anak baik mom. Dan semoga kamu pulang dengan selamat," ucap anak itu setiap ia akan berangkat ke tempat kerjanya setiap pagi.
Sienna pun akan selalu meraih anak itu ke dalam pelukannya dengan perasaan haru. Selalu kalimat itu yang dikatakan oleh Justin setiap ia akan berangkat bekerja.
"Terimakasih banyak sayang. Makan rotimu dan habiskan susumu. Setelah itu kamu tahu apa yang harus kamu lakukan bukan?"
"Tentu saja mom. Saya akan mencuci gelas dan piring kotor."
"Nah, itu bagus sekali Justin. Aku sangat bangga padamu. Kalau aku pulang nanti apakah kamu ingin mommy belikan es krim sayang?"
Justin tersenyum kemudian menggeleng.
"Aku hanya ingin bersekolah mom," ucap anak itu dengan pancaran mata berkilau.
Sienna mengernyit. Ia sendiri bukan seseorang yang pernah bersekolah tinggi. Untuk itu ia belum pernah memikirkan kebutuhan putranya itu tentang pendidikan.
Selama ini hal yang selalu ada di kepalanya adalah kebutuhan makan dan hidup dengan layak seperti tetangganya yang lain
"Benarkah?" tanya Sienna dengan perasaan haru di dalam hatinya.
"Iya mom," jawab Justin tersenyum, "Aku ingin menjadi orang sukses dan membahagiakanmu."
"Oh Justin, itu sangat manis sekali sayang," ucap Sienna dengan mata berkaca-kaca.
"Tapi aku tidak punya uang untuk mendaftarkan kamu di sekolah yang bagus sayang."
"Aku punya uang dari hasil menjual lukisan aku mom," jawab anak itu dengan mata berbinar.
"Hey, siapa orang bodoh yang mau membeli lukisanmu sayang?"
Sienna merasakan dadanya sesak lagi. Setiap ia ingat kenangan dengan putranya rasanya ia bisa jadi gila. Anak itu terlalu baik.
Wanita itu mengangkat wajahnya kemudian menatap Michael Robinson.
"Usahakan kesembuhan Justin tuan dan bawa ia tinggal bersamamu. Ia hanya akan menderita jika hidup denganku, hiks," pinta Sienna dengan airmata yang tak henti meluncur dari kelopak matanya.
🍁🌺
*Tobe Continued.
Like dan komentar 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
nur annisa
😓😓
2023-08-31
0
nur annisa
lagi lagi rasa trauma datang
2023-08-31
0
hamsiah ifa
Begitulah kalau perempuan trauma 😳
2023-08-27
0