"Aku? Apa aku mempunyai seorang putra darimu Sienna?" tanya pria itu dengan wajah yang masih sangat kaget.
"Tentu saja! Apa kamu tidak ingat apa yang pernah kamu lakukan padaku waktu itu tuan Robinson?" jawab Sienna dengan wajah mengeras. Ingin rasanya ia mencakar wajah pria itu tapi ia tak kuasa melakukannya.
"Kamu pria jahat yang telah merusak diriku dan memaksaku mengandung darah dagingmu!" lanjutnya dengan nada suara melengking. Sienna akhirnya mengeluarkan emosinya yang selama ini ia tahan.
"Dan sekarang Justin sedang sakit parah dan ingin bertemu denganmu! Sungguh, aku benci untuk bertemu lagi dengan pria seperti dirimu, tapi demi Justin, putraku satu-satunya yang sangat aku sayangi, aku datang."
Tangis wanita itu meledak. Ia tak sanggup lagi memendam sedih dan marah ini sendiri. Air matanya tumpah ruah. Punggung tangannya ia gunakan untuk menghapus cairan bening yang sudah menganak sungai di pipinya yang tirus.
Untuk sepersekian detik, Michael tampak kaget. Ia bagaikan terkena sambaran petir di siang hari. Tenggorokannya tercekat. Ia tak mampu bicara. Tapi kemudian ia langsung meminta Nick untuk menyiapkan mobil.
"Kita ke rumah sakit sekarang!" titahnya seraya menarik tangan Sienna meninggalkan Mansion itu.
Ia tak perlu menanyakan apapun lagi. Sienna datang padanya saja ia sudah sangat senang apalagi wanita itu mengakui kalau ia mempunyai seorang anak yang katanya merupakan anaknya juga.
Berarti malam panjang itu benar-benar terjadi. Dan ia tidak sedang berhalusinasi. Pikirnya dalam hati.
Sebuah malam yang sangat istimewa buatnya karena membuatnya hampir gila. Rasa Sienna malam itu bahkan tak bisa ia lupakan sampai sekarang. Dan sialnya, wanita itu justru pergi meninggalkannya keesokan harinya.
Noda darah di atas seprei putihnya pagi itu yang membuatnya gila. Ia merasa seperti mendapatkan kutukan dari seorang perawan.
Dan ternyata, seorang anak telah tumbuh dan berkembang tanpa ia tahu dan sekarang sedang sakit dan sangat menderita.
Oh sial!
Pria aristokrat itu mengerang kesal. Kemana saja ia selama ini? Sungguh ia ingin menertawakan kebodohannya yang telah menyia-nyiakan wanita yang sangat ia rindukan ini dan juga darah dagingnya sendiri.
"Bagaimana kehidupanmu selama ini Sienna?" tanyanya setelah lama terdiam. Mobil Mercedes Benz itu telah jauh meninggalkan Mansion dan pria itu baru mampu berkomunikasi.
Ia menatap wanita cantik yang tampak lebih cantik dan juga menantang dengan tatapan lurus dan mengintimidasi.
"Aku baik," jawab Sienna singkat. Ia nampak sangat malas dan bahkan sangat tak nyaman berada di dekat pria yang telah menghancurkan hidupnya itu.
Tubuhnya saja masih sangat gemetar berdekatan dengan pria arogan dan juga sangat jahat itu. Bayangan masa lima tahun yang lalu di malam kelam itu tak pernah ia bisa lupakan.
Pria itu adalah pria aristokrat yang sangat kejam dan juga jahat.
Ia dipaksa melayani hasrat besarnya padahal ia hanya seorang pelayan yang baru tinggal di mansion itu. Traumanya sendiri belum sembuh sampai saat ini. Tapi demi Justin ia terpaksa menjumpai pria ini.
Michael hanya menghela nafasnya. Ia berusaha menahan dirinya atau wanita idamannya ini akan pergi lagi meninggalkannya.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di rumah sakit. Sienna turun lebih dulu dan diikuti oleh Michael. Pria itu mengikuti langkah cepat Sienna menuju ruangan khusus tempat Justin dirawat.
Semua dokter dan perawat yang sedang bertugas langsung membungkuk hormat ketika Michael Robinson melewati mereka semua.
Mereka sibuk bertanya-tanya dalam hati, apa hubungan Sienna yang sangat miskin itu dengan pria yang sangat berkuasa di kota itu yang juga tak lain merupakan pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja saat ini.
"Justin sayangku, maafkan mommy karena meninggalkanmu," ucap Sienna dengan tangis yang kembali pecah saat melihat putranya itu masih tak sadarkan diri.
Michael yang baru memasuki ruangan itu tercekat kaget. Anak yang bernama Justin yang sedang berbaring itu adalah anak yang ia temui beberapa hari yang lalu di sebuah kawasan wisata yang tak jauh dari kota ini.
Justin Abraham si penjual lukisan yang sedang berdiri di pinggir jalan dengan wajah pucat.
Anak itu menawarinya sebuah lukisan dengan harga 1000 dollar karena ingin membantu mommy nya membayar kontrakan flat mereka yang sudah jatuh tempo.
Ia membelinya karena rasa kasihan yang teramat besar pada anak itu. Dan ya, tentu saja karena ia merasa sangat dekat dengan objek di dalam lukisan itu yang meskipun sangat abstrak ternyata begitu mirip dengan Sienna.
Sienna yang cantik, muda, dan sederhana. Wanita yang sangat ia rindukan dan telah merubah hidupnya 180 derajat.
Kembali ia merasa sangat menyesal kenapa ia tidak bertanya pada anak itu siapa sosok yang ada di dalam kanvas sederhana yang sudah ia simpan dalam bingkai yang sangat mahal di dalam kamarnya.
Dadanya terasa sesak dengan airmata yang juga siap keluar dari kelopak matanya.
"Justin, panggil aku daddy," ucapnya dengan tenggorokan tercekat. Ia ikut menyentuh lengan sang putra dan memanggil namanya.
"Justin, kamu ingin daddy 'kan?" tanya Sienna seraya berbisik di kuping sang putra.
"Daddy mu sudah datang sayang," ucapnya seraya mencium wajah pucat itu dengan ciuman bertubi-tubi.
"Ayo bangunlah. Jangan buat mommy takut," lanjut Sienna dengan tangis yang kembali pecah karena sang putra belum memberikan reaksi.
"Nick! panggil dokternya kemari!" titah Michael pada sang asisten karena sudah tak sabar melihat keadaan dua orang yang sangat dekat dengannya itu.
Nicholas Smith membungkukkan badannya hormat dan bergegas keluar dari ruangan itu untuk mencari dokter.
"Apa saja yang kalian kerjakan hingga tuan Robinson junior belum juga kalian berikan tindakan!" Pria dingin itu menatap beberapa dokter terbaik yang sedang berdiri di depan ruangan Justin.
"Kami tidak tahu kalau anak itu adalah kerabat tuan Robinson tuan Smith," jawab Luke Shawn dengan perasaan tak nyaman.
"Bukan cuma kerabat tapi tuan Justin adalah putranya!"
"Oh!"
Wajah semua dokter langsung tampak pucat. Mereka tak menyangka kalau seorang Michael Robinson ternyata mempunyai hubungan diam-diam dengan seorang wanita miskin dan mempunyai anak.
"Pikirkan sekarang apa yang harus kalian lakukan untuk menyembuhkan pewaris tuan Robinson!" titah Nicholas Smith tegas. Setelah itu ia masuk kembali ke dalam ruangan tempat Justin dirawat.
"Justin. Kalau kamu tidak mau bangun, mommy akan marah dan tidak akan membuatkan kamu pasta kesukaanmu, hiks."
Sienna mengancam sang putra dengan suara tegasnya. Ia sudah tidak sabar melihat Justin tak bangun juga padahal ia sudah membawa pria yang sangat diinginkan oleh putranya itu.
"Mom, aku bangun. Tapi apakah daddy sudah datang?" Justin menjawab dengan suaranya yang sangat lemah. Ia membuka matanya perlahan dan menatap dua orang yang sedang berdiri di dekat ranjangnya.
"Justin, aku daddy mu my boy," ucap Michael tersenyum. Pria itu segera menyusut airmatanya dengan ibu jarinya agar tak tampak sedih di depan sang putra.
"Tuan? Kamu yang membeli lukisan aku waktu itu 'kan?" ucap anak itu dengan ingatannya yang sangat bagus.
"Iya, aku daddy mu!" senyum Michael Robinson kemudian mencium pipi kiri dan kanan anak itu dengan sangat lembut.
"Benarkah?"
Michael Robinson mengangguk pelan.
"Apakah tuan tidak bermaksud beramal padaku seperti waktu membeli lukisanku dengan harga yang mahal?"
"Tidak sayang. Aku benar-benar Daddy mu."
Justin tersenyum dengan wajah pucat nya. Dan tak lama kemudian langsung tak sadarkan diri lagi.
"Justin!"
"Dokter!"
🌺🍁
*Tobe Continued.
Like dan komentar dong 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
theresia05
harusnya bukan "OH" . bisa di ganti "Apa!"
karena kalo Oh itu justru konotasinya meremehkan, tapi kalo "Apa" itu seperti tidak percaya dengan suatu yg di dengar.
2025-04-24
0
Yhayha
😃
2023-09-19
0
Halisa Mini
sedihnya
2023-09-15
1