Bab 02

Selain gagal sebagai seorang suami, Hartono juga gagal sebagai seorang Ayah. Ia berperan sebagai kepala rumah tangga, namun sepertinya sebutan itu tidak pantas ia terima.

Ia hanya bisa memerintah tanpa mampu memberi contoh. Dirinya juga tidak hangat untuk membuat anak maupun istrinya begitu nyaman berada di dekatnya.

Hartono terlalu kaku. terkadang kepribadian seperti itu membuat orang merasa segan meski untuk sekedar mengobrol.

Seperti Istrinya yang lebih memilih hanyut dalam dunianya sendiri, maupun putranya yang terlalu sibuk mempersiapkan diri untuk menjadi seorang pewaris. Terkadang hal itu membuat dirinya merasa kesepian.

Dan seharusnya Hartono mulai berbenah diri dengan mencoba memperbaiki keharmonisan rumah tangganya. Bukan malah memperburuk keadaan dengan berselingkuh.

Mau bagaimana lagi? Ia benar-benar dibuat jatuh hati dengan Mia, wanita muda tipe kelinci manis yang minta dilindungi dan disayang sepenuh hati.

**

“Kau bisa bilang jika tidak suka dengan interior untuk beberapa ruang di apartemen ini, maka aku akan merubahnya.”

Mia dibuat terpukau oleh penampakan isi apartemen barunya. Semua susunan perabot, warna dinding dan komponen lainnya begitu pas menurutnya.

Awalnya Mia berpikir jika tempat tinggal yang dimaksud Hartono adalah berupa rumah yang berada di sebuah perumahan biasa. Namun siapa sangka tempat tinggal yang dimaksud adalah apartemen mewah di kawasan elit.

Mia menggulirkan matanya guna menatap Hartono, pandangan yang terlihat penuh keraguan itu membuat sang pria kebingungan.

“Apa ini tidak apa-apa?” tanya Mia sangat pelan. “Tempat ini terlalu bagus untukku.” ujarnya lalu menunduk.

Meski hubungan keduanya telah terjalin selama lebih dari dua bulan, namun Mia tetap tidak bisa leluasa bertingkah di depan Hartono. Seperti ada dinding tebal yang membatasi dirinya dengan pria itu.

Hartono hanya bisa menghela nafas mendengar penuturan Mia barusan. Menurutnya apa yang ia berikan pada wanita itu tidaklah berlebihan.

“Kau adalah wanitaku saat ini. Kau berhak mendapatkan semua fasilitas terbaik dariku.” balas Hartono.

Pria itu kemudian mengajak Mia untuk kembali melihat-lihat seluruh isi apartemen hingga keduanya kini berhenti di kamar.

“Ini kamarku?” tanya Mia sambil terkagum-kagum. Kamarnya saat ini 5 kali lipat lebih bagus dibandingkan kamarnya yang dulu.

Hartono tidak menjawab, pria itu malah melingkarkan kedua lengannya memeluk Mia dari belakang. Ia mengendus area leher sang wanita untuk membaui penciumannya dengan aroma milik wanita itu.

“Bagaimana? Kau suka?” tanya pria itu.

Mia tanpa sadar menganggukkan kepalanya dengan cepat, “Ini benar-benar cocok denganku.” jawabnya lembut.

Mia tersenyum malu-malu, “Terima kasih banyak.” bisiknya.

..

Hartono mulai merasa aneh dengan dirinya sendiri. Ia adalah orang yang pandai membawa diri. Pintar menahan emosi dan cukup baik dalam pengendalian diri.

Tapi semenjak bertemu dengan Mia, ia mulai kehilangan semua itu. Dirinya jadi tidak bisa mengendalikan perasaan serta hasratnya saat berdekatan dengan wanita itu. Membuatnya selalu ingin menyatukan diri dengan Mia hingga keduanya benar-benar puas.

Ia sangat yakin dirinya bukan seorang maniak. Tapi ternyata berhubungan badan dengan Mia membuatnya merasakan apa itu kecanduan. Dirinya tidak bisa menahan diri, dan sepenuhnya membiarkan hasrat naluriah miliknya mengambil peran dan mengendalikan tiap anggota tubuhnya.

“Mia— kau begitu cantik.” Mia merasa tersanjung mendengar pujian itu. Meski pria itu memuji dirinya saat sedang melakukan persetubuhan, tapi hal itu tidak mengurangi sedikit pun getaran romantis yang dirasakannya.

“Eungh——”

Mia tidak bisa menjawab, mulutnya hanya bisa mengeluarkan suara-suara yang malah membangkitkan gejolak api dalam gairah milik sang pria.

Hartono kembali memagut, meremas, dan menumbuk bagian bawah tubuh Mia lebih liar dibanding sebelumnya. Ia menyentuh tiap detail tubuh molek wanita itu.

Sementara itu, Mia yang menjadi pihak penerima hanya bisa pasrah sekaligus menikmati tiap sentuhan pria itu. Tubuhnya benar-benar terlena akan kenikmatan persetubuhan ini, hingga rasanya hampir membuat kepalanya meledak.

Apalagi ketika Hartono semakin mempercepat pergerakannya membuat dirinya tidak bisa berhenti untuk meracau dan mendesah. Sama halnya dengan pria itu yang beberapa kali memanggil namanya dengan nada memuja hingga keduanya sampai di puncak kenikmatan secara bersamaan.

**

Kedua mata Hartono seketika terbuka tatkala telinganya menangkap suara nyaring yang berasal dari ponselnya. Ia kembali memejamkan matanya guna mengusir rasa pusing di kepala gara-gara terbangun secara paksa.

Dan setelah memastikan jika dirinya benar-benar sadar. Penciumannya langsung disuguhi aroma shampo yang menguar dari rambut wanita yang saat ini tertidur di atas dadanya.

Meski dering ponsel miliknya cukup nyaring, tapi rupanya tidak serta-merta membuat tidur Mia terusik. Dan hal itu membuat Hartono lega karena takutnya suara ponselnya mengganggu tidur sang terkasih.

Dengan gerakan yang dibuat sehalus mungkin, dirinya meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas samping tempat tidur. Mencoba membaca siapa gerangan yang meneleponnya dan ternyata orang itu adalah Sharon, Istrinya sendiri.

Karena tidak ingin membuat Istrinya bertanya-tanya yang akan membuat wanita itu curiga. Hartono lantas menelepon balik wanita itu.

“Maaf, aku tidak sengaja mengabaikan panggilan telepon darimu.” ia mulai beralasan sebelum Sharon meminta penjelasan kenapa dirinya telat menjawab panggilan telepon dari wanita itu.

“Kau di mana? Aku sedang berada di kantormu dan kau tidak ada.” balasan dari Sharon membuat Hartono terkejut.

Saking terlena akan kebersamaannya dengan Mia, sampai-sampai membuatnya lupa akan waktu.

“Fabian bilang kau pergi sejak pagi.” tukas Sharon lagi.

Hartono memaksa otaknya agar mau mencari alasan logis untuk ia berikan pada Sharon. Dan tidak membutuhkan waktu lama dirinya menemukan jawaban yang tepat.

“Aku baru saja selesai bertemu dengan Bramantyo. Kami membahas masalah Resort yang ada di Lombok.” tuturnya dengan tenang.

Helaan nafas terdengar dari sambungan teleponnya, ia menunggu dengan sabar pada apa yang akan diucapkan Sharon berikutnya.

“Aku ingin makan siang denganmu.” Sharon membalas kebohongan Hartono dengan pernyataan yang membuat pria itu tertegun. Pasalnya, sudah lama sekali wanita itu tidak mengajaknya makan siang bersama.

Tanpa sadar sudut bibirnya tertarik hingga membentuk seulas senyum nan tipis.

“Kau mau menungguku hingga beberapa menit? Aku akan segera kesana.” ucap Hartono yang kemudian dijawab ungkapan kesediaan Sharon untuk menunggunya.

Setelah selesai menelepon, Hartono baru menyadari jika Mia sudah membuka kedua matanya. Wanita itu bahkan mendongak ke arahnya sambil menatap dirinya.

“Istriku yang menelepon.” ucap Hartono lalu mengecup dahi Mia.

Wanita itu mengangguk singkat, berusaha meredam rasa tidak nyaman di hatinya gara-gara pria itu menyebut kata 'istri'.

“Aku harus pergi. Kau tidak apa-apa kan sendirian di sini?” tanya pria itu dengan sorot mata yang teduh.

Rasa-rasanya Mia mulai tidak tahu diri karena sedikit tidak rela jika pria itu akan meninggalkan dirinya saat ini. Namun ia hanya bisa memendam dalam hati, karena faktanya pria itu bukan miliknya seorang.

“Aku tidak apa-apa.” Mia menjawab dengan seulas senyum yang nampak dipaksakan.

Hartono tersenyum lega mendengarnya, ia kemudian mulai melepaskan tubuh Mia yang semula berada dalam rengkuhannya. Pria itu kembali menatap Mia dengan dalam, kemudian dielusnya sisi kepala wanita itu dengan lembut.

“Mulai sekarang, tinggalah di sini.”

“Karena tempat ini akan menjadi rumah singgah untukku.”

Terpopuler

Comments

Kem mlem 🍨🍨🍨

Kem mlem 🍨🍨🍨

Karakter-karakternya bikin baper thor, lanjutkan terus skenarionya!

2023-07-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!