Ketika di dalam mobil suasana nampak canggung. Rangga mencoba mengawali pembicaraan karena melihat gadis itu hanya diam saja melihat pemandangan jalan dari balik kaca jendela mobil miliknya.
"Aku tidak tahu, aku mengarahkan mobil ini pergi kemana kalau kau disini hanya diam saja?" sindir Rangga seraya fokus mengendarai mobil.
Cinta yang mendengar gumamnya Rangga, kepala ia menoleh ke samping.
"Ah, maafkan saya dokter Rangga, bukannya saya ingin mendiamkan anda, Hanya saja, saya agak sungkan dengan dokter yang telah mengantarkan saya pulang. Anda kan direktur rumah sakit sekaligus atasan saya nanti. Saya malu saja, Dok." jelas Cinta sejujurnya, ia kembali menundukkan kepalanya.
Kepala Rangga menoleh ke samping mendengar jawaban dari Cinta tadi, Hingga keduanya saling beradu pandang. Tiba-tiba Rangga tersenyum simpul dan fokus mengendarai mobil miliknya kembali.
"Kau ini tidak perlu sungkan denganku, anggap saja diluar kita seperti berteman." ucap Rangga terkekeh.
"Ah, dokter Rangga terima kasih banyak." ucap Cinta sambil menundukkan kepalanya.
"Cepat katakan dimana rumah mu?" tanya Rangga lagi.
"Hm, Rumah saya disana, Dok. Di jalan raya Surya di kota Bandung." jawab Cinta.
"Waw, jauh sekali rumahmu! Perjalanan kesana kira-kira menempuh jarak 1 jam, Cinta?" ujar Rangga tak percaya dan menoleh ke wajah gadis itu.
"Iya, Dok." balas Cinta dengan tersenyum.
"Baiklah, tidak apa." ucap Rangga kembali fokus mengendarai mobilnya. Sebenarnya ia ingin pulang ke rumah untuk menemui istrinya segera. Namun, melihat gadis itu tadi kesulitan mau tidak mau ia akan membantunya.
Mobil pun melaju dengan cepat menuju kota tersebut.
Bruuummm.....
🍃🍃🍃
1 jam kemudian.
Mobil telah berhenti di depan rumah sederhana milik gadis itu.
Ckiiiiiiiitttttt...
"Apakah ini rumah mu?" tanya Rangga sambil melihat-lihat rumah di balik kaca jendela mobilnya.
"Bukan, Dok. Aku disini hanya menyewa rumah itu saja, aku asli orang perantauan dok, di kota Yogyakarta. Disana itu baru rumah orang tuaku." jelas Cinta lagi.
Rangga hanya manggut-manggut saja seperti mengerti.
"Perjalanan rumah mu sangat jauh sekali, kalau kau kerja menuju rumah sakit ku ini, Cinta." ujar Rangga menjelaskan
"Iya, Dok, Mau bagaimana lagi impian saya memang ingin mejadi dokter dari dulu, mau sejauh apapun saya akan tetap menjalaninya, Dok." tukad Cinta dengan tersenyum.
"Bagus." ucap Rangga tersenyum mendengarnya dan tak sengaja ia mengusap lembut rambut Cinta.
Cinta yang merasa di usap rambutnya oleh Rangga, ia pun tersentak kaget hingga matanya melirik ke atas melihat tangan Rangga berada di atas kepalanya.
"Maaf aku tak sengaja, ini reflek aku mendengar mu ingin menjadi dokter. Aku senang sekali mendengarnya." jawab Rangga tersenyum seraya melepas tangannya dari atas kepala gadis itu.
"Ahh iya, Dok. Terima kasih atas tumpangannya, ya dok. "pamit Cinta seraya menundukkan kepalanya dengan sopan. Kemudian ia langsung membuka pintu mobil karena merasa tersipu malu.
Kreeeggg...
Rangga tersenyum melihat kepergian Cinta dari keluar pintu mobil menuju rumah gadis itu. Hingga ia mengingat ada sesuatu yang mengganjal ingin memanggil gadis itu, namun ia lebih baik jalan menghampirinya saja.
Brakkkk.. ( pintu mobil di tutup kencang )
Tak... Tak... Tak..
Rangga berlari kecil menghampiri Cinta.
"Cinta, tunggu!" panggil Rangga yang langsung menarik pergelangan tangan gadis itu dari belakang, hingga Cinta membalikkan tubuhnya.
"Ah, iya Dok, ada apa?" tanya gadis itu dengan menatap heran dan beralih menatap pergelangan tangannya di pegang oleh Rangga.
Rangga pun yang melihat, ia reflek melepaskan genggaman tangan Cinta.
"Ah, maaf aku hanya menawarkan diri. Besok hm, kau pulang kerja bersamaku saja dan aku yang akan mencarikan mu sewa rumah di dekat lingkungan rumah sakit." pinta Rangga menawarkan diri.
"Ah iya, Dok! Terima kasih untuk penawaran dokter, kebetulan saya memang ingin mencari sewa rumah di sana." jelas Cinta dengan menundukkan kepalanya lagi dengan sopan pada Rangga.
"Baiklah, kalau begitu kebetulan sekali. " ucap Rangga tersenyum dan senang mendengarnya. Lalu, ia tiba-tiba merogoh saku dari dalam celananya untuk di berikan pada gadis itu.
"Ah iya, ini ada sedikit uang untuk mu, kau bisa gunakan untuk keperluanmu, ku tahu dompet mu hilang di ambil pencopet itu tadi, kan?" ucap Rangga sembari memberikan uang dari dalam dompetnya dan langsung meraih tangan Cinta untuk di terimanya.
"Ah tapi, Dok ini?" ucap Cinta terhenti karena Rangga sudah pergi meninggalkan dirinya.
"Dokter Rangga!!!" panggil Cinta yang merasa tidak enak mendapatkan pemberian dari orang lain.
"Sudahlah itu buat kamu, kau tidak usah terlalu memikirkannya, terima lah." ucap Rangga yang sudah berada di dalam mobil dan siap untuk melajukan mobilnya.
Tin...
"Aku pergi dulu, Cinta!" pamit Rangga seraya membuka kaca jendela mobil. Kemudian mobil itu pun pergi meninggalkan pekarangan rumah Cinta.
Bruuuuuuummm...
"Hufht! ini uang nya banyak sekali, aku harus menggantinya nanti bila ku punya gaji." ucap Cinta yang melihat lembaran uang banyak berada di tangannya, kemudian ia pun masuk ke dalam rumah untuk membersihkan diri.
🍃🍃🍃
Ckiiiiiiiitttttt
Mobil telah berhenti di kediaman besar pria tampan itu, beruntung jalanan tidak macet jadi ia bisa keburu cepat datang ke rumah untuk melihat istrinya.
"Mil, Mila... Mila... "panggil pria itu yang telah masuk kedalam rumahnya memanggil sang istri.
"Mil... Mila..." teriak Rangga lagi yang sudah mencari sekeliling tempat hingga lantai dua rumahnya, namun tidak ada keberadaan istrinya itu.
"Ck, kemana dia?" decak Rangga kesal dengan kedua tangan bertolak pada pinggang.
Kemudian pria itu mencoba mengubungi istrinya, namun telepon istrinya tidak aktif.
Tut....
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif
"Siaaaaal!" umpat Rangga yang telah mencoba menghubungi Mila berkali-kali namun tidak aktif.
🍃🍃🍃
Sedangkan di tempat lain kedua insan pria dan wanita yang bukan pasangan sah tersebut, mereka sedang melakukan pergulatan panas di sebuah hotel mewah.
"Arghhhhh, sayang aku akan keluar ini kau tahan lah sebentar." teriak pria itu yang sedang melakukan pelepasan di atas kungkungan kekasihnya.
"Aarghh, Daniel..." teriak wanita itu yang sedang mencengkram kuat kuku kuku tangannya pada punggung pria itu.
"Arghhh! Terima kasih sayangku." teriak pria itu seraya mencium kening kekasih nya dan tidur berpelukan, karena lelah telah melepas benihnya pada tubuh kekasihnya itu.
"Sayang kau hebat sekali. Kau kuat bisa tahan dengan permainan ku." ucap Daniel sembari menangkup pipi kekasihnya.
"Semua itu karena mu. Kau tahu aku kan sangat mencintaimu dari dulu." ucap Mila seraya meraba dada kekasihnya.
"Kau yakin aman tidak ketauan oleh suamimu itu?" tanya Daniel memastikan.
"Aman Sayang." balas Mila santai
"Aku selama ini menggunakan pil sayang, aku mana mau punya anak dari Rangga. Aku sudah benci dengan keluarga mereka Daniel, di tambah aku memang dari dulu sangat menyukai mu sayang." jelas Mila sembari mencium singkat bibir Daniel.
Cup...
"Argghh! Kau memang benar-benar cinta mati dengan ku sayang. " ujar Daniel dengan mengusap lembut rambut Mila.
"Tapi kau jangan seperti itu, berbaiklah dengan suamimu itu. Kau tahu aku juga punya istri dan anakku
satu-satunya." jelas Daniel
"Lebih baik kau punya anak saja dari dia? biar hubungan kita tidak ketauan oleh nya." ujar Daniel
"Tapi aku maunya punya anak dari kamu sayang!" pinta Mila dengan raut wajah murung.
"Kapan kau bisa lepas dengan istrimu itu.?" rengek Mila
"Sulit sayang sekarang saja istriku sedang hamil lagi." jelas Daniel
"Apaa?!" teriak Mila tersentak kaget mendengarnya.
"Sudah lah kau tidak usah panik, hatiku ini tetap hanya untuk kamu, aku sungguh mencintaimu sayang." ucap Daniel sembari mencium punggung tangan Mila.
"Benarkah? aku sudah bosan melakukan hubungan tanpa status seperti ini."
"Sudah lah kita lakukan saja seperti biasa sayang, kau tidak usah punya pikiran buruk dengan ku, aku akan selalu mencintaimu." ucap pria itu dengan tersenyum smirk sembari memeluk Mila, untuk meyakinkannya.
"Baiklah, aku akan menuruti mu sayang." ucap Mila pasrah dengan membalas pelukan kekasihnya.
-
- Bersambung 🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments