BAB 3

Hari sudah menjelang malam, Jocelyn belum pulang. Biasanya, di hari Minggu ia akan pulang tengah malam dengan keadaan sudah mabuk berat. Bella seperti kebiasannya juga akan menunggu Jocelyn, mendengar sedikit makian, lalu mengantarkan Jocelyn ke kamarnya.

Hujan di luar sana semakin deras. Bella menutup pintu jendela kamarnya yang terbuka karena angin yang terbawa oleh hujan. Saat akan menutup pintu jendelanya, tiba-tiba terdengar suara kepakan sayap yang berat, lalu sebuah tangan kekar muncul memegang ujung jendelanya.

"Hello Bella."

Arro dengan suara beratnya mendadak muncul di depan Bella, Bella yang tersentak hampir menjatuhkan dirinya.

"Arro? Astaga." Bella masih memperbaiki helaan napasnya yang memburu.

"Hahaha, maaf … maaf," Kata Arro masih berdiri depan jendelanya, "Boleh masuk?" tanya Arro sopan.

Bella belum menjawab apa pun, Arro sudah melangkah masuk melalui jendela. Bella hanya pasrah dan membiarkannya.

"Kamu tinggal sendiri?" tanya Arro sambil melihat-lihat isi kamar Bella.

"Sama Mama, tapi Mama lagi keluar, belum pulang," jawab Bella seadanya.

Bella memperhatikan tubuh Arro yang semalam penuh luka. Tapi ia sudah tidak menemukan luka apa pun, bahkan bekas luka pun tidak terlihat. Tubuhnya akhirnya kembali sempurna. Sangat Sempurna. Tubuh yang tegap dengan otot-otot yang sedikit menonjol, kulitnya yang cerah, dan tentu saja wajah indah tanpa celah. Tapi, apakah ia tidak kedinginan? Pikir Bella. Sudah dua kali Bella bertemu dengannya, tapi Arro selalu tidak memakai pakaian atas. Hanya celana panjang hitamnya yang dikenakannya.

Arro yang merasa sedang ditatap, berbalik melihat Bella. "Apa kau sedang mengamati tubuhku?"

"Astaga, Tidak. Aku hanya melihat kondisi tubuhmu, semalam kau penuh luka." Bella yang kedapatan, sedikit gelagapan.

"Jadi artinya ya … kau sedang memperhatikan tubuhku." Arro tersenyum tipis melihat ekspresi Bella.

"Tidak, bukan begitu …." Bella akan menyangkalnya lagi. Tapi ia teringat sesuatu yang lebih penting dari itu, "Tunggu, apa yang kau lakukan di kamar seorang gadis dan kenapa kau bisa mengetahui tempatku? Apa kau mengawasiku dari atas sana?" cecar Bella, ia belum pernah memasukkan laki-laki ke kamarnya. Jangankan kamar pribadinya, bahkan tidak ke ruang tamu sekalipun. Bella cukup tau diri untuk tidak mengundang lawan jenis ke rumah yang bukan miliknya.

Bella menatap Arro intens, mencari jawaban. Tapi bukannya menjawab, Arro menuju ke meja belajarnya, mengambil tas Bella, dan mengeluarkan sehelai sayap miliknya.

"Aku bisa mengetahui tempatmu dari ini, kau membawanya." Arro menunjukkan sehelai sayap itu.

"Jadi kalau aku tidak membawanya, kau tidak akan menemukanku?" tanya Bella lagi.

"Mungkin. Tapi aku tetap bisa menemukanmu. Kau tau? Aku punya semacam sihir untuk itu," jawab Arro santai. Ia mengambil kursi belajar Bella, duduk membelakangi meja, lalu menghadap Bella, dan melipat tangannya di atas sandaran kursi itu.

Bella hanya melihatnya, lalu bertanya lagi, "dan Mr. Arro. apa jawaban untuk, ‘apa yang kau lakukan disini? Dikamar seorang gadis?’" Bella berusaha mengintimidasi. Tapi, Arro melihatnya malah tersenyum manis.

Arro terdiam sejenak, lalu berkata, "seseorang di atas sana melihatmu kemarin. Aku hanya memastikan keselamatanmu." Wajah Arro berubah serius.

"Aku tidak berbuat kesalahan apa pun. Aku hanya mau menolongmu. Lagipula, apa yang bisa dilakukan oleh anak SMA sepertiku? Aku bahkan tidak punya sayap sepertimu." Bella tidak paham dengan situasi yang Arro gambarkan. Ia hanya berniat baik kemarin.

Arro hanya mendengarkan Bella, banyak yang ingin dia katakan. Ia ingin menjelaskan semuanya, tapi menurutnya, Bella hanya akan semakin masuk lebih dalam kemasalah dunianya.

"Bella, aku mengerti perasaanmu, tapi aku belum bisa menjelaskannya sekarang. Semua terlalu rumit. Duniaku sangat berbeda dengan duniamu yang damai ini. Di sana, sedang terjadi perang kekuasaan. Orang-orang yang tidak menyukaiku, akan melakukan apa pun untuk menghancurkan semua yang berhubungan denganku. Hanya ini yang bisa aku katakan sekarang.” Arro menjeda perkataannya, ia berdiri, mendekati Bella, lalu membungkuk agar setara dengan tinggi Bella yang sedang duduk di tepi ranjang.

Bella bisa merasakan hembusan napas Arro dari jarak ini. Ia mencium wangi manis yang sangat segar. Seperti wangi pohon pinus di musim semi.

Arro melanjutkan perkataanya, "Karena itu, izinkan aku membalas niat baikmu yang semalam. Izinkan aku setidaknya mengawasimu selama 3 hari ini. Setelah itu, aku tidak akan pernah muncul di depanmu lagi. Aku harus memastikan tidak ada satu manusia pun yang terluka dengan apa yang sedang terjadi di atas sana," kata Arro dengan sangat lembut .

Bella tidak menjawab perkataan Arro, dia hanya mengangguk mengiyakan dan mengizinkannya. Hati Bella sedikit menghangat. Belum ada yang pernah ingin melindunginya.

Arro ingin berkata lagi, tapi tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca yang dibanting keras dari luar kamar Bella.

Arro dan Bella sama-sama menengok ke arah pintu yang masih tertutup, lalu Bella tiba-tiba bangun dari duduknya dan menyuruh Arro untuk segera pergi. Bella tau, itu Jocelyn yang sudah pulang.

"Arro, kalau kau mau menyelamatkanku, sekarang waktunya. Aku mohon pergilah!" Bella panik. Ia lupa mengunci pintu kamarnya.

Seketika itu, pintunya dibuka lebar, "Anak Sialan ini sudah pulang ternyata. Dimana kau menjual dirimu semalam, hah? Dasar Sampah!" Jocelyn sudah berdiri diambang pintu, menampilkan wajahnya yang sudah memerah karena kebanyakan minum minuman alkohol.

Bella kaget, ia segera berbalik ke arah Arro tadi berdiri, tapi ternyata Arro sudah pergi dengan jendelanya yang terbuka lebar. Bella mengembuskan napas lega. Saat Bella sedang menatap jendela itu, mendadak rambutnya dijambak dengan kasar. Bella mulai merintih kesakitan. Jocelyn yang marah karena diabaikan mengeluarkan kata-kata makian, lalu menampar Bella keras sampai Bella terjatuh ke lantai.

Saat Bella terjatuh, tiba-tiba sebuah bayangan besar dari jendelanya menutupi dirinya. Ia menoleh ke arah bayangan itu dan Arro sudah muncul disana dengan sayapnya yang terbentang lebar dan menatap marah ke arah Jocelyn. Mata biru yang sedalam lautan itu, sudah berubah menjadi merah seperti darah. Bahkan hujan yang tadinya sudah reda, kembali turun sangat deras ditambah suara petir yang menggelegar hebat.

Jocelyn yang melihat itu, terhenyak kaget, lalu berdiri seperti patung yang terdiam kaku. Bella menyaksikan Jocelyn yang mengeluarkan suara tertahan, seperti orang yang tidak bisa bernapas. Bella tau, itu adalah perbuatan Arro.

"ARRO, JANGAN!" Teriak Bella. Suaranya hampir kalah dengan suara deras hujan dan petir yang menyambar.

Arro tidak peduli dengan teriakan Bella. Ia masih terus menatap lurus ke Jocelyn.

"Arro, Aku mohon,” lirih Bella. Jocelyn sudah hampir membiru, Bella bisa melihat, tidak ada aliran darah di wajah Jocelyn.

"ARROOO!!!!" Teriak Bella lagi. Kali ini lebih keras.

Mendengar teriakan Bella, Arro berhenti menatap dan langsung menutup matanya. Sedangkan Jocelyn seketika itu ambruk jatuh ke lantai. Bella menghampiri Jocelyn dengan tertatih, lalu memeriksa apakah denyutnya masih berdetak.

Bella mengehmbuskan napas leganya ketika mengetahui denyut Jocelyn masih berdetak, meskipun sangat lemah. Bella berbalik menghadap Arro.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" Bella berteriak marah.

Arro yang mendengar pertanyaan Bella, menyembunyikan sayapnya, lalu masuk ke kamar Bella. Ia berlutut di depan Bella. Air hujan yang tersisa di tubuh Arro ikut jatuh di lantai. Bella bisa melihat, netra merah darah itu telah kembali menjadi biru.

"Bella, aku sudah meminta izinmu dan kau sudah mengizinkannya, kan?" Arro melihat lekat Bella. Ia menunggu Bella menyetujui perbuatannya.

"Tapi, aku tidak meminta kau menyakiti keluargaku." Suara Bella terdengar lirih, ia menahan tangisannya.

"Bella, aku tidak peduli siapa pun orangnya. Aku hanya akan melindungimu selama 3 hari. Kalau kau tidak ingin aku menyakiti siapa-siapa, pastikan tidak ada yang menyakitimu, mengerti?" ucap Arro sebelum ia berdiri, lalu berbalik menghadap jendela, siap untuk melangkah keluar.

"Arro!" Bella memanggilnya, masih ada pertanyaan dalam pikirannya. "Kenapa jika ada yang menyakitiku? Kau hanya perlu melindungiku dari orang-orangmu kan?"

Arro menghentikan langkahnya, berbalik menatap Bella , "Karena, saat perjanjian ini berlangsung, aku tidak peduli siapa pun yang menyakitimu, aku akan membunuh mereka." Arro menjeda, "Aku merasakan apa yang kau rasakan. Sakit di tubuhmu, dan sakit di hatimu."

Bella terkejut dengan perkataan Arro. Sebenarnya, Arro akan mengatakan hal ini tadi, sebelum Jocelyn menerobos masuk ke kamar Bella.

Saat Bella masih dengan pikirannya, Arro sudah menghilang dari hadapannya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Kaia Lituhayu

Kaia Lituhayu

Ini bacaan yg harus dibaca in one sitting sih🤧 Seru banget! Baper iya, sedih iya huaa keren kaaak!!

2023-09-20

0

Kaia Lituhayu

Kaia Lituhayu

Andai semua adam seperti Arro. Peka wkwk :")

2023-09-20

0

Kaia Lituhayu

Kaia Lituhayu

Kalo Bella gak baper, hebat sih 😣

2023-09-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!