Bella hanya menurut saat pria itu mencengkeram tangannya dan membawanya menjauh dari lorong gelap itu. Meskipun penuh luka, tapi tidak mengurangi kecepatan pria itu berjalan, hingga setengah berlari.
Pria itu berhenti di depan kastil tua yang sudah lama tidak digunakan. Bella tau kastil itu. Tempat yang dijadikan tempat perlindungan para militer saat perang terjadi. Beratus-ratus tahun lalu. Itu yang dikatakan gurunya saat pelajaran sejarah tentang kota ini.
Pria itu melepas cengkeraman tangannya lalu membuka pintu itu dengan sekali dorongan. Tapi Bella heran, sepengetahuannya kastil itu selalu terkunci rapat.
Pria itu masuk terlebih dahulu, lalu menarik pergelangan tangan Bella. Bella hanya diam ketakutan. Kemudian, Pria itu menutup pintu itu dan meletakkan telapak tangannya diatas pintu, lalu menutup matanya dan mengucapkan sesuatu yang sangat asing.
"Κλείστε και κλειδώστε. προστατέψτε εμάς που βρισκόμαστε σε αυτό"
Tapi sekali lagi, Bella paham apa yang dikatakan pria itu.
"Tertutup dan terkuncilah. Lindungi kami yang berada di dalamnya."
Setelah pria itu mengucapkan mantranya tiba-tiba pria itu terjatuh, dia memegang luka yang berada di sekitar perutnya.
Bella yang iba, menghampirinya dan duduk bersimpuh depan pria itu. Dia tau, pria itu tidak berniat jahat padanya, dia hanya seorang pria-meskipun bukan seorang manusia-yang sedang terluka.
Bella mengeluarkan sapu tangan bersih dari tasnya dan membantu menahan luka di perut pria itu. Bella tidak peduli dengan tatapan aneh yang diberikan pria itu.
Dari jarak sedekat ini, Bella baru memperhatikan dengan jelas rupa pria ini. Sangat tampan. Wajahnya terpahat dengan sempurna, sangat memukau. Air yang menetes dari rambutnya karena hujan, semakin membuat aliran darah dalam tubuh Bella memanas. Bella hanya mengutuk siapa pun yang sudah melukai tubuh seindah ini. Tidak … tidak ... Bella menggeleng, apa yang dia pikirkan? Tidak mungkin ia tiba-tiba terpesona pada makhluk yang hampir membunuhnya beberapa menit yang lalu.
"Apa kau tidak takut padaku?" tanya pria itu mengalihkan pikiran Bella.
"Tentu saja aku takut padamu. Tapi apa kemungkinan terburuk dari menolongmu? Kematian? Aku sangat menantikannya," ucap Bella santai.
"Ck. Semua manusia sama naifnya." Pria itu memandang Bella.
"Iya, aku setuju denganmu," jawab Bella lagi. Ia masih mencoba menahan aliran darah yang sudah hampir mengering diluka pria itu.
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk ikut campur dengan apa pun yang terjadi padamu, tapi aku tidak ingin menjadi tersangka jika orang-orang menemukanmu di sini dalam keadaan tidak bernyawa." Bella mencoba melirik pria itu yang sedang menahan sakitnya.
"Jangan pedulikan aku, semua luka ini akan hilang besok. Aku hanya perlu bertahan malam ini."
"Baiklah, aku pikir, aku sudah tidak diperlukan di sini. Aku akan pulang sekarang," celetuk Bella sambil mulai berdiri.
"Jangan pernah keluar dari kastil ini sampai matahari terbit!" perintah pria itu, ia serius. "Seseorang di atas sana sedang mencariku," lanjutnya.
Bella tampak menimbang yang akan diucapkannya. "Apa kau terjatuh dari sana?" Bella mendongakkan kepalanya, maksudnya adalah langit.
Pria itu hanya mengangguk. "Sebuah masalah besar terjadi, aku tidak bisa kembali dengan keadaan seperti ini," sahut pria itu.
"Apa yang kau inginkan dariku?" Bella bertanya ragu, "bukankah yang mereka cari adalah dirimu, bukan aku, kenapa aku harus ikut bersembunyi?" Bella mencari jawaban .
"Hahahah" Pria itu tertawa nyaring, hingga menggema di seluruh bangunan kastil, "Aku tidak perlu menyeretmu ke sini dan melindungimu, jika kau bisa terpengaruh pada perintahku."
Bella diam sejenak sambil mengingat-ingat. "Maksudmu, saat kau menyuruhku untuk kembali ke asalku?"
Pria itu kaget, wajahnya bertanya-tanya. "Bagaimana kau tau apa yang aku katakan?"
"Aku tidak tau, pikiranku menerjemahkannya padaku." Bella sendiri tidak mengerti.
Pria itu terdiam sejenak, sedangkan Bella mengalihkan perhatiannya dan melihat-lihat sekitar. Dia mencari tempat nyaman untuknya istrahat. Jujur, dia sedikit kelaparan, dia belum makan apa pun malam ini.
Suasana dalam kastil tidak seburuk dari tampilan bangunannya, masih terlihat sangat kokoh meskipun debu di mana-mana. Udara yang lembab dan suara hujan deras di luar menambah kesan mencekam.
"Nona, siapa namamu?" tanya pria itu lagi.
"Aku Bella, namamu?" Bella memandang pria itu sekilas.
"Arro," jawabnya sambil tersenyum aneh.
...****************...
Dari kaca tinggi dan besar yang berada di langit-langit kastil itu, Bella tau kalau hari sudah terang. Dia terhenyak, dan segera mencari pria itu, Arro, tapi dia tidak melihatnya. Bella kebingungan, apakah semalam hanya mimpinya? Atau dia terlalu lelah saat berjalan hingga berhalusinasi sendiri?
Saat sedang dengan kebingungannya, Bella melihat sehelai bulu sayap berwarna hitam pekat di dekatnya. Dia mengambilnya, mengamatinya dan saat itulah Bella sadar kalau yang terjadi padanya semalam bukanlah hanya halusinasi. Bella pun mengambil tasnya, memasukkan sehelai bulu itu dan berjalan menuju pulang.
Sesampainya di rumah, mamanya sudah tidak terlihat. Setiap hari Minggu, mamanya tidak pernah ada di rumah, entah ke mana. Ini adalah satu-satunya hari dimana Bella bisa bernapas. Ia bisa leluasa membersihkan pakaian dan rumah yang berantakan.
Saat membersihkan ruang pakaian, disudut ruangan terlihat banyak tumpukan kotak yang isinya berhamburan keluar. Bella menghembuskan napas berat. Mamanya lagi-lagi mengeluarkan barang-barang itu. Barang pribadi milik anaknya, Kenzo yang sudah meninggal.
Bella merasakan kesedihan di hatinya, saat dia mengambil satu-satu barang kesukaan Kenzo. Dia ingat bagaimana ia dan Kenzo akan berlari-larian dalam rumah hanya karena Bella menggodanya dengan mengatakan akan mengambil mobil-mobilan kesukaannya atau bagaimana Kenzo menjahilinya dengan menyembunyikan barang-barang milik Bella. Dia dan Kenzo sangat dekat. Kenzo sudah seperti adik kandungnya sendiri.
Tangannya terhenti saat ia menemukan surat adopsi di dasar kotak itu. Surat adopsinya, yang di amplopnya tertera tanda tangan mama angkatnya, Jocelyn, dan ayah angkatnya, Robert. Bella belum pernah melihatnya. Sebenarnya, ia tidak pernah penasaran dengan orang tua kandungnya. Menurutnya, orang tua yang meninggalkan anak mereka seorang diri apalagi saat baru berumur kurang dari seminggu, bukanlah orang tua yang baik. Selama ini, Bella hanya merasakan cinta dari Bu Rina pengurus panti. Robert dan Jocelyn tentu saja lebih menyayangi Kenzo, meskipun begitu, mereka memperlakukan Bella dengan baik. Yaa, setidaknya Jocelyn dulu seperti itu.
Dengan hati-hati ia membuka surat adopsi itu. Apakah ia siap mengetahui siapa orang tua kandungnya? Setidaknya, nama orang tua kandungnya. Sekalipun ia tau, ia tidak akan pernah mencari mereka, seperti bagaimana mereka tidak pernah mencarinya.
Tapi, yang dilihatnya adalah keterangan "UNKNOWN" tercetak di sana. Apa ini? apakah berarti orang tuanya meninggalkannya di depan panti asuhan seorang diri? Bella kecewa. Sangat Kecewa. Ia tersenyum lemah. Hatinya remuk. Sepertinya memang tidak ada yang menginginkannya di dunia ini.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Mareea
lanjut thor..
2023-10-16
0
Fatmah Rizkidiniah
Semangat thor 🔥
2023-08-12
0
Gohan
Keren abis, pengen baca lagi!
2023-07-29
1