Bab 4 : Nasihat

"Apa Tuan mau menerima Lilis apa-adanya? Lihatlah keadaan kami, Tuan. Lilis berasal dari keluarga yang kurang mampu. Rumah sederhana ini pun bukan milik kami. Ini rumah kontrakan."

Nining selesai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang tamu. Ia jujur tentang situasi keluarganya. Tahu betul bahwa sebelum menikah, pihak wanita maupun pria harus saling memberitahu dan saling mengetahui tentang kondisi diri mereka masing-masing. Begitupun dengan keluarganya.

Helaan napas Shehan berembus panjang dan perlahan. Sikapnya tetap tenang, mempertahankan wibawa.

"Ya, Bu. Saya sudah mengetahui tentang keadaan Lilis. Lilis pun pernah bercerita sebelumnya. Meskipun begitu, saya menerima Lilis apa-adanya."

Lilis sedikit menoleh pada Shehan. Ia ingin melihat ekspresi majikannya saat mengatakan menerima dirinya dengan apa-adanya. Raut pria itu tegas dan serius. Semua orang pasti akan percaya pada perkataannya, kecuali Lilis.

"Saya pun bukan orang yang sempurna, Bu. Saya juga banyak kekurangan. Itulah guna pasangan suami istri, untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing," lanjut Shehan lagi.

Batin Nining tersentuh mendengar penuturan Shehan yang demikian. Dengan binar mata masih berkaca-kaca lantaran habis menangis, Nining akhirnya menyetujui pinangan Shehan pada putrinya.

"Karena Lilis sudah memutuskan untuk menerima lamaran Tuan. Demi kebahagiaan Lilis, Ibu merestui hubungan kalian dan niat baik ini. Tolong jaga Lilis, Tuan. Dia adalah gadis yang baik. Semenjak Bapaknya meninggal dunia, dia sudah bertanggung jawab menjadi tulang punggung keluarga."

Air mata wanita tua itu berderai lagi, mengingat saat-saat terberat dalam hidupnya, yaitu ketika suaminya meninggal dunia karena sakit. Tangan renta Nining tampak gemetar ketika menghapus sisa air mata yang tergenang di ujung mata.

"Yang sabar ya, Bu. Bapak sudah tenang di sana." Lilis yang ikut merasakan kesedihan ibunya bersikap lebih tegar kali ini. Ia sengaja menahan air mata yang padahal sudah mendesak ingin keluar. Diusap-usapnya punggung sang ibu dengan lembut.

Shehan pun mengangguk dalam. Pandangannya menunduk tidak membalas tatapan Nining yang sesekali melihat ke arahnya sambil menyeka air mata. Sebenarnya sejak tadi, ada rasa bimbang yang merayapi hati pria Turki itu. Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah menikahi Lilis adalah suatu keputusan terbaik?

**

Berbincang cukup lama tentang rencana pernikahan Shehan dan Lilis yang akan diadakan dalam waktu dekat, tak terasa jarum jam yang berdetak telah menunjukan waktu makan siang. Nining mengajak kedua tamunya untuk makan siang bersama.

Lilis turut membantu ibunya di dapur. Nining bertugas memasukan makanan ke dalam wadah. Sedangkan Lilis mengerjakan tugas mengambil peralatan makan. Sesekali terdengar suara gesekan ketika piring yang diambil dari rak mengenai piring yang lain.

Tahu putrinya akan pulang ke rumah, Nining memasak menu makanan kesukaan Lilis yaitu sego tempong. Nasi yang dimakan bersama beberapa jenis sayuran yang direbus. Serta dilengkapi dengan lauk-pauk yang digoreng seperti tahu, tempe dan daging ayam. Tak ketinggalan sambal pedas yang membuat hidangan semakin menggugah selera.

"Lis, apa keluarga Tuan Murad sudah tahu kalau kalian akan segera menikah?" tanya Nining seraya memindahkan nasi dari dandang ke dalam bakul yang terbuat dari anyaman bambu.

Lilis yang berdiri membelakangi ibunya terpaku sejenak. Gerakan tangannya yang sedang mengelap piring kaca menggunakan kain ikut melambat. Ia memikirkan jawaban yang tepat agar sang ibu tidak berprasangka buruk dan khawatir.

"Iya sudah, Bu."

"Jadi apa tanggapan keluarganya tentang kamu, Nak?"

Nining menoleh sekilas anaknya selagi menaruh bakul yang sudah penuh dengan nasi ke atas meja. Asap dari nasi yang masih panas itu tampak mengepul di sekitarnya.

"Keluarga Tuan Murad menyerahkan segala keputusan pada Tuan Murad saja, Bu. Mereka tidak mau terlalu ikut campur karena mereka percaya, Tuan Murad pasti sudah mempertimbangkan matang-matang apapun rencana dalam hidupnya." Lilis meletakan satu piring yang telah bersih ke atas tiga tumpukan piring lainnya.

"Begitu Toh. Tapi yang penting keluarga Tuan Murad ramah sama kamu kan, Lis?"

Seulas senyum Lilis tercipta mendapati kekhawatiran ibunya. "Iya, Bu. Keluarga Tuan Murad semuanya ramah-ramah."

"Baguslah kalau begitu, Lis. Ibu senang kamu diterima dengan baik sama keluarga Tuan Murad karena Ibu sempat takut. Takut kamu akan dipandang sebelah mata karena kamu berasal dari keluarga yang kurang mampu."

Lilis menunduk sebentar, mencerna perkataan ibunya barusan. Ia bisa mengerti kenapa ibunya berpikir seperti itu. Wajar saja jika seorang Ibu mencemaskan nasib anaknya. Lilis meletakan kain lap yang sedari tadi ia pegang di atas meja, berbalik badan mengarah pada ibunya. Bersitatap muka dengan sorot mata teduh.

"Tidak kok, Bu. Keluarga Tuan Murad baik samaku. Ibu tenang saja, ya. Semuanya akan baik-baik saja."

Melihat ketegaran putrinya, Nining merasa terharu. Sekonyong-konyong ia membelai rambut gadis itu dengan lembut.

"Lis, tidak terasa sebentar lagi kamu akan segera menikah. Dengarlah nasihat Ibu, Nak. Kalau sudah menjadi seorang istri nanti, kamu harus bangun pagi setiap hari. Memang kamu sudah melakukannya, tapi kebiasaan baik itu jangan sampai hilang."

"Iya, Bu." Lilis menjawab patuh. Mendengarkan nasihat ibunya dengan seksama.

"Buatlah sarapan untuk suami dan keluargamu. Menu makan siang dan makan malam juga, masak makanan untuk mereka. Karena tugas wajib seorang istri adalah menjaga semua anggota keluarganya supaya tetap baik dan sehat."

Lilis diam mendengarkan.

"Kalau suamimu mau pergi bekerja, bantu dia berpakaian. Di saat itu, kalian bisa berbicara tentang apa saja yang menyenangkan. Ingatlah, komunikasi itu juga hal penting untuk menjaga hubungan tetap dekat. Buat suamimu merasa senyaman mungkin di rumah. Jadi dia betah, tidak kelayapan di luar."

"Ya, Bu. Aku akan berusaha menjadi istri yang baik kelak. Mengikuti saran dan nasihat Ibu."

Nining memberikan senyum bahagianya kepada Lilis, menggantikan belaiannya di kepala Lilis yang sudah terhenti.

"Kamu sudah selesai mengelap peralatan makan, Lis?"

"Sudah, Bu."

"Ayo kita bawa ke depan! Kasihan Tuan Murad sudah menunggu dari tadi."

"Iya, Bu."

Lilis dan juga Nining bersama-sama membawa makanan dan peralatan makan ke ruang tamu lalu menatanya di atas meja. Tidak ada ruang makan di rumah itu, jadilah mereka bertiga makan di ruang tamu saja. Sedangkan Doni sudah makan lebih dulu di dapur dan sudah berangkat kuliah sejak sejam yang lalu.

Nasi hangat, sayur-sayuran rebus yang tersusun rapi di piring bundar juga lauk-pauk dan sambal telah menghuni meja kayu yang berukuran cukup lebar. Sebagai tuan rumah, Nining mempersilakan tamunya untuk menyantap hidangan.

"Silakan dimakan, Tuan. Maaf ya, menu makanannya sederhana. Tidak ada yang istimewa."

Di dalam hati Nining, ia berkecil hati sebab tidak bisa menyuguhkan makanan lezat seperti di restoran kepada tamunya. Namun, Shehan dapat membaca situasi Nining. Ia memuji masakan wanita itu agar tidak merasa rendah diri lagi.

"Wah, baunya enak sekali! Rasanya pasti juga enak."

"Silakan dicicipi, Tuan." Lilis ikut menawarkan majikannya makan.

"Ya Lilis, terima kasih. Ibu dan Lilis, ayo, kita makan bersama!" ajak Shehan ramah dan segera dibalas dengan raut wajah senang oleh keduanya.

Mereka pun makan siang bersama dengan tenang sembari sesekali berbincang.

***

BERSAMBUNG...

Sebenarnya apa kebimbangan yang melanda hati Shehan?

Terpopuler

Comments

Raisa Kalyna

Raisa Kalyna

tuan Murad mesti galau niat nikah cuma numpang kewarganegaraan ehh tapi Bu Nining nasehatin kek gitu kan jadi bimbang 😌😌😌

2021-11-18

1

Win_dha88

Win_dha88

semoga sampe tamat ya...
ngga pindah lapak...

2021-11-17

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Bab 1 : Keputusan Lilis
3 Bab 2 : Rumah
4 Bab 3 : Meminta Restu Ibu
5 Bab 4 : Nasihat
6 Bab 5 : Ada Apa Denganmu?
7 Bab 6 : Patah Hati
8 Bab 7 : Mengundurkan Diri
9 Bab 8 : Awal Mula Tragedi
10 Bab 9 : Sudut Pandang
11 Bab 10 : Bertemu Mantan Istri
12 Bab 11 : Jelek Dan Kampungan
13 Bab 12 : Kaos Doraemon
14 Bab 13 : Kualitas Diri
15 Bab 14 : Gaun Ungu Amethyst
16 Bab 15 : Getaran Hati
17 Bab 16 : Tetangga Iri
18 Bab 17 : Mawar Bourbon
19 Bab 18 : Empat Wajah
20 Bab 19 : Ratu Drama
21 Bab 20 : Salah Paham
22 Bab 21 : Berkelahi
23 Bab 22 : Kebenaran Terungkap
24 Bab 23 : Seorang Pengacara Dan Notaris
25 Bab 24 : Surat Perjanjian Pranikah
26 Bab 25 : Tamu Dari Amerika Serikat
27 Bab 26 : Siapa Wanita Itu?
28 Bab 27 : Ke Jakarta
29 Bab 28 : Cleopatra
30 Bab 29 : Kedutaan Besar Turki
31 Bab 30 : Tentang Calon Pengantin
32 Bab 31 : Hari Pernikahan
33 Bab 32 : Malam Pengantin
34 Bab 33 : Setetes Darah
35 Bab 34 : Mas Shehan
36 Bab 35 : Derita Istri Kontrak
37 Bab 36 : Istri Yang Terabaikan
38 Bab 37 : Kecupan Manis
39 Bab 38 : Terbongkarnya Rahasia
40 Bab 39 : Aku Mencintaimu
41 Bab 40 : Jepit Rambut
42 Bab 41 : Menunggu
43 Bab 42 : Hubungan Terlarang
44 Bab 43 : Kenyataan Pahit
45 Bab 44 : Noda Lipstik
46 Bab 45 : Nasib Foto Pernikahan
47 Bab 46 : Dua Garis Merah
48 Bab 47 : Wanita Itu Datang
49 Bab 48 : Peringatan
50 Bab 49 : Hujan Deras Di Pagi Hari
51 Bab 50 : Berakhirnya Surat Perjanjian Pernikahan
52 Bab 51 : Pelukan Cinta
53 Bab 52 : Nugie Mahardika
54 Bab 53 : Mulai Cemburu
55 Bab 54 : Siasat
56 Bab 55 : Posesif
57 Bab 56 : Kau Istriku!
58 Bab 57 : Penolakan Lilis
59 Bab 58 : Jesslyn Si Baik Hati
60 Bab 59 : Perisai
61 Bab 60 : Es Krim
62 Bab 61 : Perasaanmu Padaku
63 Bab 62 : Membantah Tudingan
64 Bab 63 : Akhir Riwayat Jesslyn
65 Bab 64 : Malam Mencekam
66 Bab 65 : Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
67 Bab 66 : Pembicaraan Dari Hati Ke Hati
68 Bab 67 : Jamuan Tengah Malam
69 Bab 68 : Dear Shehan
70 Bab 69 : Rahasia Jodoh
71 Bab 70 : Tergoda
72 Bab 71 : Kolak Labu Kuning
73 Bab 72 : Bertandang Ke Rumah Baru
74 Bab 73 : Rencana Bulan Madu
75 Bab 74 : Ankara
76 Bab 75 : Göksu Park
77 Bab 76 : Mehrunissa
78 Bab 77 : Kapadokia
79 Bab 78 : Kematian Jody Abraham
80 Bab 79 : Cemas
81 Bab 80 : Aku, Suamiku Dan Mantan Istrinya
82 Bab 81 : Benang Takdir
83 Bab 82 : Perasaan Shehan Pada Sarah
84 Bab 83 : Pria Selain Shehan
85 Bab 84 : Keinginan Nurbanu
86 Bab 85 : Saputangan Nugie
87 Bab 86 : Saputangan Shehan
88 Bab 87 : Ibu Sambung-Ibu Kandung
89 Bab 88 : Dilema Sarah
90 Bab 89 : Dance Of The Butterfly
91 Bab 90 : Elegy Of The Butterfly
92 Bab 91 : Akhir Tragedi
93 Bab 92 : Butterfly In You
94 EPILOG
Episodes

Updated 94 Episodes

1
PROLOG
2
Bab 1 : Keputusan Lilis
3
Bab 2 : Rumah
4
Bab 3 : Meminta Restu Ibu
5
Bab 4 : Nasihat
6
Bab 5 : Ada Apa Denganmu?
7
Bab 6 : Patah Hati
8
Bab 7 : Mengundurkan Diri
9
Bab 8 : Awal Mula Tragedi
10
Bab 9 : Sudut Pandang
11
Bab 10 : Bertemu Mantan Istri
12
Bab 11 : Jelek Dan Kampungan
13
Bab 12 : Kaos Doraemon
14
Bab 13 : Kualitas Diri
15
Bab 14 : Gaun Ungu Amethyst
16
Bab 15 : Getaran Hati
17
Bab 16 : Tetangga Iri
18
Bab 17 : Mawar Bourbon
19
Bab 18 : Empat Wajah
20
Bab 19 : Ratu Drama
21
Bab 20 : Salah Paham
22
Bab 21 : Berkelahi
23
Bab 22 : Kebenaran Terungkap
24
Bab 23 : Seorang Pengacara Dan Notaris
25
Bab 24 : Surat Perjanjian Pranikah
26
Bab 25 : Tamu Dari Amerika Serikat
27
Bab 26 : Siapa Wanita Itu?
28
Bab 27 : Ke Jakarta
29
Bab 28 : Cleopatra
30
Bab 29 : Kedutaan Besar Turki
31
Bab 30 : Tentang Calon Pengantin
32
Bab 31 : Hari Pernikahan
33
Bab 32 : Malam Pengantin
34
Bab 33 : Setetes Darah
35
Bab 34 : Mas Shehan
36
Bab 35 : Derita Istri Kontrak
37
Bab 36 : Istri Yang Terabaikan
38
Bab 37 : Kecupan Manis
39
Bab 38 : Terbongkarnya Rahasia
40
Bab 39 : Aku Mencintaimu
41
Bab 40 : Jepit Rambut
42
Bab 41 : Menunggu
43
Bab 42 : Hubungan Terlarang
44
Bab 43 : Kenyataan Pahit
45
Bab 44 : Noda Lipstik
46
Bab 45 : Nasib Foto Pernikahan
47
Bab 46 : Dua Garis Merah
48
Bab 47 : Wanita Itu Datang
49
Bab 48 : Peringatan
50
Bab 49 : Hujan Deras Di Pagi Hari
51
Bab 50 : Berakhirnya Surat Perjanjian Pernikahan
52
Bab 51 : Pelukan Cinta
53
Bab 52 : Nugie Mahardika
54
Bab 53 : Mulai Cemburu
55
Bab 54 : Siasat
56
Bab 55 : Posesif
57
Bab 56 : Kau Istriku!
58
Bab 57 : Penolakan Lilis
59
Bab 58 : Jesslyn Si Baik Hati
60
Bab 59 : Perisai
61
Bab 60 : Es Krim
62
Bab 61 : Perasaanmu Padaku
63
Bab 62 : Membantah Tudingan
64
Bab 63 : Akhir Riwayat Jesslyn
65
Bab 64 : Malam Mencekam
66
Bab 65 : Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
67
Bab 66 : Pembicaraan Dari Hati Ke Hati
68
Bab 67 : Jamuan Tengah Malam
69
Bab 68 : Dear Shehan
70
Bab 69 : Rahasia Jodoh
71
Bab 70 : Tergoda
72
Bab 71 : Kolak Labu Kuning
73
Bab 72 : Bertandang Ke Rumah Baru
74
Bab 73 : Rencana Bulan Madu
75
Bab 74 : Ankara
76
Bab 75 : Göksu Park
77
Bab 76 : Mehrunissa
78
Bab 77 : Kapadokia
79
Bab 78 : Kematian Jody Abraham
80
Bab 79 : Cemas
81
Bab 80 : Aku, Suamiku Dan Mantan Istrinya
82
Bab 81 : Benang Takdir
83
Bab 82 : Perasaan Shehan Pada Sarah
84
Bab 83 : Pria Selain Shehan
85
Bab 84 : Keinginan Nurbanu
86
Bab 85 : Saputangan Nugie
87
Bab 86 : Saputangan Shehan
88
Bab 87 : Ibu Sambung-Ibu Kandung
89
Bab 88 : Dilema Sarah
90
Bab 89 : Dance Of The Butterfly
91
Bab 90 : Elegy Of The Butterfly
92
Bab 91 : Akhir Tragedi
93
Bab 92 : Butterfly In You
94
EPILOG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!