Bab 2 : Rumah

Jari-jemari Lilis yang bertumpu pada masing-masing lututnya sesekali meremas pelan. Kedua kakinya rapat. Kepalanya juga tertekuk dalam. Di dalam hati, gugup sungguh tak bisa Lilis redam. Rasa-rasanya telapak tangannya yang bersembunyi di balik punggung tangan pun sudah basah karena keringat dingin.

"Jadi apa keputusanmu, Lilis?"

Shehan bertanya dari sofa yang berada di seberang. Tatapan iris coklat mudanya intens membuat Lilis semakin canggung. Hari ini atau lebih tepatnya malam ini, sudah dua hari terlewati sejak Shehan menawarkan pernikahan kontrak pada Lilis dan sekarang adalah waktu bagi gadis itu untuk memberi keputusan.

Apakah Lilis akan menerima atau menolak lamaran Shehan?

Sambil malu-malu Lilis mengangkat kepala. "Eum ... Ibu bilang kalau Tuan mau menikahiku, Tuan harus bertemu dan bicara langsung sama Ibu." Usai mengatakan itu, cepat-cepat Lilis menunduk lagi.

"Apa itu saja yang dikatakan Ibumu?"

Dalam tunduknya, Lilis menggeleng lemah.

"Lalu, apalagi yang dikatakan Ibumu?"

Tidak langsung menjawab, Lilis menghirup dua tarikan napas dalam untuk mendinginkan rongga dadanya yang serasa panas berkecamuk. Sudah dua hari ini Lilis merasa begitu dan malam ini adalah puncaknya.

Bukan hanya rongga dada saja yang berkecamuk, hati Lilis juga berdebar-debar meski ia tahu bahwa pria yang ada di hadapannya saat ini, melamarnya untuk sebuah pernikahan kontrak. "Ibu bilang setelah bertemu Tuan dan Tuan bicara langsung sama Ibu, baru Ibu bisa putuskan akan merestui atau tidak."

"Hhmm ... begitu ...." Shehan mengangguk beberapa kali tanda mengerti. Ia paham kecemasan yang dirasakan oleh ibu Lilis karena dia sendiri juga orang tua yang memiliki satu orang putri.

"Baiklah, kebetulan besok pekerjaanku di kantor tidak banyak. Jadi kita bisa pergi mengunjungi Ibumu di Banyuwangi. Tapi maaf, aku tidak bisa menginap di sana. Jadi kita akan pulang lagi ke Bali saat sore."

"Ya Tuan, tidak apa-apa. Tuan memang sibuk karena pekerjaan Tuan banyak. Lagipula kasihan Nurbanu kalau ditinggal sendirian."

"Tapi sebelum aku bicara dengan Ibumu, aku mau bertanya dulu padamu. Kalau dari hatimu sendiri, apa kamu bersedia menikah denganku?"

Lilis yang tadi mengangkat kepalanya sebentar lalu menunduk lagi, kini kembali bersitatap muka dengan majikannya dalam kurun waktu yang cukup lama. Dalam diam, Lilis menatap lelaki dewasa itu dalam-dalam.

Umur Lilis dan Shehan sudah jelas terpaut cukup jauh, yakni sepuluh tahun. Meskipun begitu, Shehan tetaplah rupawan di mata Lilis. Terlebih lagi, pria itu memang terlahir tampan. Penampilannya rapi dan wangi. Pakaian-pakaian yang Shehan kenakan juga tidak sembarangan. Bila dilihat dari belakang pun, sudah kentara kalau Shehan adalah pria mahal.

"Ya Tuan ... aku bersedia."

'Apa benar begitu?' Shehan mengerutkan alis meski Lilis tampak begitu polos mengutarakan jawabannya. Agaknya jawaban Lilis belum membuat Shehan puas. Ia kembali mencecar Lilis dengan pertanyaan yang lebih mendetail.

"Lilis, kamu tahu aku seorang duda dengan satu anak. Umur kita juga tidak sebaya. Sebenarnya apa yang membuatmu bersedia menikah denganku?"

Seketika Lilis termangu bersemuka dengan majikannya. Menjawab pertanyaan Shehan yang pertama saja sudah membuat Lilis grogi bukan main. Apalagi pertanyaan kedua, sungguh Lilis buncah sekarang. Manik matanya bergerak gelisah mengitari paras Shehan. Bibir keringnya membisu belum bisa berucap sepatah kata pun.

"Aku tidak mau ada dusta di antara kita," lanjut Shehan lagi, "Aku juga jujur padamu kalau niatku mengajakmu menikah untuk kepentingan izin tinggalku di Indonesia saja. Jadi apa alasan yang akan kamu katakan, aku pasti akan mengerti."

'Bagaimana ini? Aku malu kalau mengatakan alasan yang sebenarnya. Tapi aku juga tidak bisa berbohong pada Tuan Murad. Bagaimana ini?'

Beberapa detik lamanya Lilis bungkam sembari terus menatap Shehan yang terlihat sabar menanti jawabannya.

'Ah, untuk apa aku malu. Toh, Tuan Murad juga terbuka padaku. Pernikahan kami hanya untuk bekerjasama menguntungkan kedua belah pihak. Lagipula setelah setahun menikah kami akan bercerai,' batin Lilis memantapkan hati.

"Alasanku mau menikah dengan Tuan ... karena rumah." Suara Lilis menguar pelan karena sebenarnya ia masih malu bila harus berkata jujur.

"Rumah?" Shehan malah meneleng bingung.

"Ya, Tuan. Alasannya karena rumah. Tuan pernah bilang akan membangunkan sebuah rumah kalau aku mau menikah dengan Tuan."

"Ah, ya!" Ekspresi lega terpahat di wajah pria Turki itu. "Aku memang akan membangunkan rumah untukmu kalau kamu setuju menikah denganku."

"Ibuku sudah berumur lima puluh tahun lebih. Tapi sampai sekarang Ibu masih tinggal di rumah kontrakan. Ingin sekali aku bisa membuatkan rumah untuk Ibu. Tidak bisa membangun rumah besar, rumah sederhana juga tidak apa-apa. Yang penting Ibu bisa merasakan rasanya punya rumah sendiri dan bisa menikmati masa tuanya tanpa beban. Selalu memikirkan biaya rumah kontrakan yang setiap tahunnya naik."

Glek!

Lilis menelan saliva dalam, terasa langsung jatuh ke dalam perut. Gadis itu menunduk malu. Malu karena Shehan pasti akan menganggapnya sebagai perempuan materialistis. Namun, tak seperti yang Lilis bayangkan. Shehan malah menatapnya teduh seraya mengangguk pelan beberapa kali.

"Setelah menikah, aku pasti akan menepati janjiku. Kamu sendiri juga bisa merancang desainnya."

Lekas Lilis menolak. "Tidak, Tuan! Tidak usah! Tolong bangunkan rumah sederhana saja. Bagiku yang penting Ibu bisa punya rumah. Kasihan, Ibu! Sudah tua, sering sakit-sakitan tapi masih bekerja jadi tukang cuci pakaian di rumah orang supaya bisa membantu membayar uang kontrakan rumah."

Binar mata Lilis berkaca-kaca mengingat tentang ibunya. Lekas ia menunduk agar Shehan tidak tahu kalau air matanya nyaris tumpah.

"Ya, akan kita atur nanti dan juga, aku akan membiayai pendidikan adikmu sampai dia lulus sarjana."

"Terima kasih, Tuan. Maaf kalau alasanku mau menerima ajakan pernikahan ini karena hal itu."

"Tidak apa-apa, Lilis. Bukan kamu yang memintanya lebih dulu, tetapi aku yang menawarkannya padamu. Tidak hanya kamu, semua orang butuh rumah untuk tempat berlindung juga tempat berkumpul bersama keluarga. Kurasa keinginanmu wajar saja."

"Ya, Tuan. Sekali lagi terima kasih karena sudah mengerti."

Lilis sangat bersyukur atas pengertian Shehan. Ia bisa bernapas lega kali ini dan menyingkirkan prasangkanya. Shehan memang pria yang bijaksana. Tak ayal dia bisa mengelola resornya hingga bisa dinobatkan menjadi salah satu sanggraloka terbaik di pulau Bali.

"Setelah mendapatkan restu Ibumu, aku akan mengatakan pada Sarah kalau kita akan menikah."

"Mbak Sarah ...." Satu hal yang terlewatkan oleh Lilis, yaitu mantan istri Shehan.

"Ya, aku juga harus memberitahunya kalau kita akan menikah."

"Apa boleh aku juga minta izin sama Mbak Sarah, Tuan? Supaya tidak merasa canggung kalau bertemu Mbak Sarah nanti."

"Ya, silakan. Ada lagi yang mau kamu tanyakan?"

"Eum ... itu?" Lilis ragu mengatakannya karena dalam benak Lilis, ia ingin bertanya soal urusan ranjang. Untung saja, Shehan cepat tanggap saat melihat gelagat malunya.

"Tenang saja, kita tidak akan tidur dalam satu kamar. Kamu bisa memakai kamar tamu nanti."

"Haah ...." Lilis menghela napas lega. "Lalu Nurbanu bagaimana, Tuan?"

Mimik Shehan berubah serius tatkala berbicara urusan yang menyangkut anaknya. "Aku tidak mau dia mengetahui hal ini. Nurbanu masih terlalu kecil untuk dilibatkan. Apalagi pernikahan kita hanya setahun saja. Jadi biarkan Nurbanu tetap berpikir kalau kamu adalah baby sitter-nya. Tidak apa-apa, kan?"

"Ya, Tuan. Tidak apa-apa."

"Lilis, maaf sebelumnya. Karena aku tidak mau Nurbanu tahu tentang masalah ini, aku berencana akan menggelar acara resepsi pernikahan kita secara sederhana dan tertutup. Cuma dihadiri oleh orang-orang terdekat saja."

Pernikahan Cinderella yang disaksikan oleh banyak orang adalah impian Lilis. Namun, harus Lilis menghapus impian itu detik ini juga.

"Baiklah, Tuan. Aku mengerti."

"Kamu bisa istirahat sekarang. Tidurlah lebih cepat karena besok pagi setelah Nurbanu berangkat TK, kita akan pergi ke Banyuwangi."

"Kalau begitu aku permisi dulu, Tuan."

"Ya."

Lilis bangkit setelah mengangguk singkat, memberi hormat pada majikannya.

***

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Sunariyah Sunariyah

Sunariyah Sunariyah

bagus cerita nya

2023-08-01

0

Mya Aprilia

Mya Aprilia

visualnya dong tor...

2020-08-05

0

Win_dha88

Win_dha88

Akhir nya setelah sekian purnama menunggu...
Akhir nya Up jg thor...

2020-08-04

2

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Bab 1 : Keputusan Lilis
3 Bab 2 : Rumah
4 Bab 3 : Meminta Restu Ibu
5 Bab 4 : Nasihat
6 Bab 5 : Ada Apa Denganmu?
7 Bab 6 : Patah Hati
8 Bab 7 : Mengundurkan Diri
9 Bab 8 : Awal Mula Tragedi
10 Bab 9 : Sudut Pandang
11 Bab 10 : Bertemu Mantan Istri
12 Bab 11 : Jelek Dan Kampungan
13 Bab 12 : Kaos Doraemon
14 Bab 13 : Kualitas Diri
15 Bab 14 : Gaun Ungu Amethyst
16 Bab 15 : Getaran Hati
17 Bab 16 : Tetangga Iri
18 Bab 17 : Mawar Bourbon
19 Bab 18 : Empat Wajah
20 Bab 19 : Ratu Drama
21 Bab 20 : Salah Paham
22 Bab 21 : Berkelahi
23 Bab 22 : Kebenaran Terungkap
24 Bab 23 : Seorang Pengacara Dan Notaris
25 Bab 24 : Surat Perjanjian Pranikah
26 Bab 25 : Tamu Dari Amerika Serikat
27 Bab 26 : Siapa Wanita Itu?
28 Bab 27 : Ke Jakarta
29 Bab 28 : Cleopatra
30 Bab 29 : Kedutaan Besar Turki
31 Bab 30 : Tentang Calon Pengantin
32 Bab 31 : Hari Pernikahan
33 Bab 32 : Malam Pengantin
34 Bab 33 : Setetes Darah
35 Bab 34 : Mas Shehan
36 Bab 35 : Derita Istri Kontrak
37 Bab 36 : Istri Yang Terabaikan
38 Bab 37 : Kecupan Manis
39 Bab 38 : Terbongkarnya Rahasia
40 Bab 39 : Aku Mencintaimu
41 Bab 40 : Jepit Rambut
42 Bab 41 : Menunggu
43 Bab 42 : Hubungan Terlarang
44 Bab 43 : Kenyataan Pahit
45 Bab 44 : Noda Lipstik
46 Bab 45 : Nasib Foto Pernikahan
47 Bab 46 : Dua Garis Merah
48 Bab 47 : Wanita Itu Datang
49 Bab 48 : Peringatan
50 Bab 49 : Hujan Deras Di Pagi Hari
51 Bab 50 : Berakhirnya Surat Perjanjian Pernikahan
52 Bab 51 : Pelukan Cinta
53 Bab 52 : Nugie Mahardika
54 Bab 53 : Mulai Cemburu
55 Bab 54 : Siasat
56 Bab 55 : Posesif
57 Bab 56 : Kau Istriku!
58 Bab 57 : Penolakan Lilis
59 Bab 58 : Jesslyn Si Baik Hati
60 Bab 59 : Perisai
61 Bab 60 : Es Krim
62 Bab 61 : Perasaanmu Padaku
63 Bab 62 : Membantah Tudingan
64 Bab 63 : Akhir Riwayat Jesslyn
65 Bab 64 : Malam Mencekam
66 Bab 65 : Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
67 Bab 66 : Pembicaraan Dari Hati Ke Hati
68 Bab 67 : Jamuan Tengah Malam
69 Bab 68 : Dear Shehan
70 Bab 69 : Rahasia Jodoh
71 Bab 70 : Tergoda
72 Bab 71 : Kolak Labu Kuning
73 Bab 72 : Bertandang Ke Rumah Baru
74 Bab 73 : Rencana Bulan Madu
75 Bab 74 : Ankara
76 Bab 75 : Göksu Park
77 Bab 76 : Mehrunissa
78 Bab 77 : Kapadokia
79 Bab 78 : Kematian Jody Abraham
80 Bab 79 : Cemas
81 Bab 80 : Aku, Suamiku Dan Mantan Istrinya
82 Bab 81 : Benang Takdir
83 Bab 82 : Perasaan Shehan Pada Sarah
84 Bab 83 : Pria Selain Shehan
85 Bab 84 : Keinginan Nurbanu
86 Bab 85 : Saputangan Nugie
87 Bab 86 : Saputangan Shehan
88 Bab 87 : Ibu Sambung-Ibu Kandung
89 Bab 88 : Dilema Sarah
90 Bab 89 : Dance Of The Butterfly
91 Bab 90 : Elegy Of The Butterfly
92 Bab 91 : Akhir Tragedi
93 Bab 92 : Butterfly In You
94 EPILOG
Episodes

Updated 94 Episodes

1
PROLOG
2
Bab 1 : Keputusan Lilis
3
Bab 2 : Rumah
4
Bab 3 : Meminta Restu Ibu
5
Bab 4 : Nasihat
6
Bab 5 : Ada Apa Denganmu?
7
Bab 6 : Patah Hati
8
Bab 7 : Mengundurkan Diri
9
Bab 8 : Awal Mula Tragedi
10
Bab 9 : Sudut Pandang
11
Bab 10 : Bertemu Mantan Istri
12
Bab 11 : Jelek Dan Kampungan
13
Bab 12 : Kaos Doraemon
14
Bab 13 : Kualitas Diri
15
Bab 14 : Gaun Ungu Amethyst
16
Bab 15 : Getaran Hati
17
Bab 16 : Tetangga Iri
18
Bab 17 : Mawar Bourbon
19
Bab 18 : Empat Wajah
20
Bab 19 : Ratu Drama
21
Bab 20 : Salah Paham
22
Bab 21 : Berkelahi
23
Bab 22 : Kebenaran Terungkap
24
Bab 23 : Seorang Pengacara Dan Notaris
25
Bab 24 : Surat Perjanjian Pranikah
26
Bab 25 : Tamu Dari Amerika Serikat
27
Bab 26 : Siapa Wanita Itu?
28
Bab 27 : Ke Jakarta
29
Bab 28 : Cleopatra
30
Bab 29 : Kedutaan Besar Turki
31
Bab 30 : Tentang Calon Pengantin
32
Bab 31 : Hari Pernikahan
33
Bab 32 : Malam Pengantin
34
Bab 33 : Setetes Darah
35
Bab 34 : Mas Shehan
36
Bab 35 : Derita Istri Kontrak
37
Bab 36 : Istri Yang Terabaikan
38
Bab 37 : Kecupan Manis
39
Bab 38 : Terbongkarnya Rahasia
40
Bab 39 : Aku Mencintaimu
41
Bab 40 : Jepit Rambut
42
Bab 41 : Menunggu
43
Bab 42 : Hubungan Terlarang
44
Bab 43 : Kenyataan Pahit
45
Bab 44 : Noda Lipstik
46
Bab 45 : Nasib Foto Pernikahan
47
Bab 46 : Dua Garis Merah
48
Bab 47 : Wanita Itu Datang
49
Bab 48 : Peringatan
50
Bab 49 : Hujan Deras Di Pagi Hari
51
Bab 50 : Berakhirnya Surat Perjanjian Pernikahan
52
Bab 51 : Pelukan Cinta
53
Bab 52 : Nugie Mahardika
54
Bab 53 : Mulai Cemburu
55
Bab 54 : Siasat
56
Bab 55 : Posesif
57
Bab 56 : Kau Istriku!
58
Bab 57 : Penolakan Lilis
59
Bab 58 : Jesslyn Si Baik Hati
60
Bab 59 : Perisai
61
Bab 60 : Es Krim
62
Bab 61 : Perasaanmu Padaku
63
Bab 62 : Membantah Tudingan
64
Bab 63 : Akhir Riwayat Jesslyn
65
Bab 64 : Malam Mencekam
66
Bab 65 : Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
67
Bab 66 : Pembicaraan Dari Hati Ke Hati
68
Bab 67 : Jamuan Tengah Malam
69
Bab 68 : Dear Shehan
70
Bab 69 : Rahasia Jodoh
71
Bab 70 : Tergoda
72
Bab 71 : Kolak Labu Kuning
73
Bab 72 : Bertandang Ke Rumah Baru
74
Bab 73 : Rencana Bulan Madu
75
Bab 74 : Ankara
76
Bab 75 : Göksu Park
77
Bab 76 : Mehrunissa
78
Bab 77 : Kapadokia
79
Bab 78 : Kematian Jody Abraham
80
Bab 79 : Cemas
81
Bab 80 : Aku, Suamiku Dan Mantan Istrinya
82
Bab 81 : Benang Takdir
83
Bab 82 : Perasaan Shehan Pada Sarah
84
Bab 83 : Pria Selain Shehan
85
Bab 84 : Keinginan Nurbanu
86
Bab 85 : Saputangan Nugie
87
Bab 86 : Saputangan Shehan
88
Bab 87 : Ibu Sambung-Ibu Kandung
89
Bab 88 : Dilema Sarah
90
Bab 89 : Dance Of The Butterfly
91
Bab 90 : Elegy Of The Butterfly
92
Bab 91 : Akhir Tragedi
93
Bab 92 : Butterfly In You
94
EPILOG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!