Senja itu Zeze membatalkan agendanya untuk melihat sunset. Dia lebih memilih untuk datang ke panti asuhan bersama dua anak belia yang tadi dia temui. Zeze tidak tega dengan mereka, meski dia nakal dan manja, tapi untuk urusan kemanusiaan, Zeze yang paling peka dari pada kakaknya. Bahkan, daripada orang tuanya sekalipun.
Jarak panti dari tempat mereka bertemu cukup jauh. Zeze harus berjalan kaki selama setengah jam menyusuri jalanan pantai yang semakin sore semakin terlihat indah.
Dia tidak sendiri, karena dia di temani oleh Daffa dan Daffi.
Sebelum pergi, mereka sudah menyempatkan diri ke minimarket membeli cemilan untuk anak anak panti di sana.
Indah dan Uut berkata jika mereka hanya sekitar dua puluh orang saja. Jadi Zeze tidak perlu lagi membawa mobil. Dia ingin berjalan kaki sembari menikmati matahari tenggelam di senja itu. Dan yang membawa barang barang mereka tentunya Daffa dan Daffi.
Wajah Daffa sejak tadi sudah masam, dia memaksa ingin naik mobil, namun Zeze malah bersikeras untuk berjalan kaki. Memang menyebalkan.
"Jika kita naik mobil, pasti sudah sejak tadi kita sampai." Gerutu Daffa.
"Berisik sekali Daff. Hitung hitung kita olahraga, lagi pula jika naik mobil kita tidak bisa melewati jalanan ini. Kamu lihat, pemandangan disini lebih indah dan lebih tenang." Ungkap Zeze seraya memandang ke arah sekitarnya. Di mana di sekitar pantai itu masih di tumbuhi banyak pohon pohon bakau. Jalan nya juga bukan lagi hanya pasir yang lembut, melainkan sudah berbatu.
Pantas saja om jahat itu ingin membangun resort di daerah ini, pemandangan di sini lebih memanjakan mata apalagi dengan laut yang hijau dan begitu bening.
Hanya di beberapa bagian yang tertimbun sampah, selebihnya jika di urus pasti akan terlihat cantik.
Semakin lama mereka berjalan, semakin sepi area pantai ini. Bahkan bisa Zeze lihat jika hanya sebuah bangunan tua yang berdiri di sana. Sudah nampak usang dan kumuh. Miris sekali.
"Hei, itu tempat tinggal kalian?" Tanya Daffi pada Indah
"Iya, kak." Jawab Indah.
"Kalian tidak takut tinggal di tempat sepi seperti ini???" Tanya Daffi lagi.
Indah dan Uut langsung menggeleng dengan cepat.
"Enggak, kan kami ramai. Lagian di sini tenang kak. Jarang ada yang mau bergaul sama anak anak panti seperti kami. Jadi tempat ini sudah bikin kami nyaman. Lagian ini memang tempat tinggal kami dari kecil." Ungkap Indah.
Daffi langsung mengangguk pelan.
"Pantas saja om jahat itu mau bangun resort disini. Keren tempatnya, kalau ayah dan uncle Rey tahu, mereka pasti mau juga," ungkap Daffi. Dan seperti yang di fikirkan oleh Zeze tadi.
"Tapi setidaknya mereka pasti tetap membiarkan panti ini berdiri di sini. Mungkin bisa bersanding dengan mereka supaya keadaan anak anak panti bisa lebih diperhatikan. Sepertinya panti ini memang sudah tidak lagi terlihat oleh orang orang luar. Selain tempatnya yang terpencil, juga keadaannya yang diragukan." sahut Daffa.
"Bener, kayaknya mereka juga gak masang papan iklan atau mungkin gak ada yang mencari donatur tetap untuk membantu panti ini tetap berdiri." Kata Zeze pula.
"Jelas saja, kalau ada donatur tetap, tidak mungkin anak anak panti bekerja seperti ini." Sahut Daffa.
Zeze dan Daffi langsung mengangguk setuju. Mereka kembali melanjutkan perjalanan sembari Zeze yang sibuk mengambil foto foto sunset yang benar benar indah dari kamera ponselnya.
Hingga tidak lama kemudian, mereka sudah tiba di di panti asuhan Kasih Ibu itu. Mereka di sambut oleh ibu Ratna langsung, dan memang benar wajah ibu Ratna terlihat pucat.
"Indah, Uut, kalian kok baru pulang nak?" Tanya ibu Ratna di saat Indah dan Uut menyalami punggung tangannya.
"Kami tadi di ajak makan sama kak Zeze, bu." Jawab Indah.
Bu Ratna langsung menoleh pada Zeze yang tersenyum menatapnya.
"Halo bu, kenalkan saya Zeze dan ini adik adik saya, Daffa dan Daffi," ucap Zeze.
"Oh, iya nak. Ayo silahkan masuk, mari," bu Ratna mempersilahkan mereka masuk dan duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu kecil itu.
Daffa dan Daffi langsung menyerahkan makanan yang mereka bawa pada anak anak panti yang mengintip mereka dari sebalik pintu.
"Wah, kalian baik sekali. Terimakasih ya, nak." Ucap ibu Ratna. Wajah tuanya terlihat bahagia dan terharu. Apalagi melihat anak anak yang sangat bahagia.
"Ini gak seberapa kok bu. Tadi gak sengaja ketemu sama Indah dan Uut. Kasihan mereka jualan udah sore," ucap Zeze
Bu Ratna tersenyum getir dan menunduk dengan helaan nafas yang cukup berat.
"Baru beberapa hari ini nak, sejak ibu sakit gak ada lagi yang cari uang untuk saku mereka sekolah. Biasa ibu jualan di dekat pantai, tapi ini ibu masih sakit." Jawab bu Ratna.
"Ibu kerja sendiri?" Tanya Daffa pula, sepertinya dia penasaran dengan kehidupan anak anak disini. Terlihat menyedihkan. Sedangkan Daffi masih sibuk membagikan makanan yang mereka bawa pada anak anak panti.
"Iya nak, dua tahun yang lalu ibu ada suami yang bantu cari uang. Tapi suami ibu meninggal karena sakit. Jadi sekarang ibu sendirian menghidupi mereka." Ungkap Ibu Ratna.
"Gak ada donatur tetap kah bu?" Tanya Zeze
Bu Ratna menggeleng pelan.
"Enggak ada, hanya orang orang yang mau sedekah atau mau kasih sumbangan aja nak. Karena ibu sama bapak dulu memang berniat untuk menghidupi anak anak berdua aja. Dulu, kami masih punya tabungan dan beberapa usaha, tapi semua udah di jual karena untuk biaya pengobatan bapak." kata bu Ratna lagi. Daffa dan Zeze yang mendengar itu benar benar iba. Apalagi melihat keadaan anak anak yang menyedihkan seperti ini.
"Jadi karena itu panti ini jarang di ketahui orang luar?" Tanya Zeze
Bu Ratna menangguk pelan.
"Lalu, bagaimana masalah dengan om jahat yang kata anak anak mau gusur panti ini bu?" Tanya Zeze lagi.
Bu Ratna langsung memandang Zeze dengan tidak enak.
"Mereka pasti cerita ya, nak." Ucapnya dengan senyum yang penuh beban.
"Iya bu, saya pengen tahu ceritanya. Siapa tahu kami bisa bantu." Kata Zeze lagi.
Bu Ratna menghela nafas sejenak, dan setelah itu dia langsung menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi. Dan tentang orang yang sudah membeli panti ini.
Zeze dan Daffa langsung mengangguk mengerti.
"Jadi mereka memang udah menyiapkan tempat untuk anak anak?" Tebak Zeze.
"Iya, hanya saja ibu masih berat untuk ninggalin tempat ini, nak. Hanya ini satu satunya peninggalan dari suami ibu. Apapun yang terjadi dia mau ibu tetap disini sama anak anak. Tapi gimana, ibu bingung. Tempat ini sudah di beli sama orang itu karena ibu memang gak punya surat kepemilikannya." Ungkap bu Ratna.
Zeze dan Daffa langsung saling pandang sejenak.
"Begini saja bu, biar kami ketemu dulu sama tuan itu. Nanti kami coba untuk merundingkannya. Siapa tahu kita bisa mendapatkan kesepakatan terbaik." Ujar Daffa.
Zeze langsung menangguk dengan cepat.
"Benar, bu. Kami akan menemui orang itu dulu. Kapan lagi dia akan datang kemari?" Tanya Zeze
"Kalian serius mau bantu ibu?" Tanya bu Ratna
"Iya, bu. Kasihan anak anak. Siapa tahu tuan itu masih bisa di bujuk, atau mungkin kita bisa ganti uang kerugiannya." Jawab Zeze
Bu Ratna nampak tersenyum bahagia
"Besok dia pasti kemari nak, biasa di siang hari." Ungkap bu Ratna.
"Siapa orang itu bu, sudah tua?" Tanya Zeze
"Masih muda nak, ibu gak tahu siapa nama aslinya. Hanya saja orang orangnya memanggil dia dengan sebutan, tuan Zev." Jawab bu Ratna
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Dewie Angella Wahyudie
reynand ma malik sama" keras kepala pasti dech sifat mereka nurun sama anak"nya.zev gak akan prnah bisa ditawar apalgi debgan niatan pingin nyenengin san bunda.... pasti sulit ze.. .. gka tau dch kalo daddy kmau yang turun tangan atau vanno!!!!
2023-07-31
1
Farida Wahyuni
oh tuan zev, jangan kejam2 dong...
2023-07-30
1
Dian Rahmawati
wah si Zev nih ternyata
2023-07-30
1