Suasana pantai di sore hari itu cukup ramai, meski hari masih terasa terik namun tidak mengurangi antusias para pengunjung untuk datang berlibur di sana. Pantai kuta Lombok, salah satu destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan. Pantai dengan pasir yang putih seperti buliran merica ini terlihat begitu memanjakan mata. Apalagi dengan laut biru yang jernih, sebiru awan yang menutupi keindahan di sore hari itu.
Zevanya berlari kecil di sekitar bibir pantai, menikmati nyiur angin yang benar benar terasa menyejukkan. Kaki jenjangnya terus melangkah tanpa henti dengan bibir yang terus mengulas senyum. Zeze benar benar merasa bebas dengan liburannya kali ini. Hal yang paling dia sukai dalam hidup, adalah menikmati kehidupan yang indah ini. Berada di perusahaan Adidaksa selama lima bulan terakhir benar benar membuat otaknya terasa beku.
"Kak! Ayo kita berenang," ajak Daffi yang kini berlari ke arah Zeze. Lelaki dengan setelan santainya ini terlihat kece hanya dengan celana cokelat pendek dan kaus putihnya, apalagi rambut gondrong yang dia ikat asal.
"Aku sedang datang bulan, tiga hari lagi baru kita bermain air." Jawab Zeze.
"Aishh, tidak seru sekali." Daffi berdecak kesal, dia meraih batu karang kecil yang ada di sana dan melemparkan nya jauh ke laut.
"Hei, waktu kita masih ada 12 hari lagi disini. Santai sedikit kenapa, tiga hari ini kita jalan jalan saja dulu." Ujar Zeze sambil menepuk pundak Daffi dengan lembut.
"Senja masih lama, ayo cari makan." Ajak Zeze yang langsung berlalu dari sana.
"Cita cita diet, tapi hobi makan. Astaga." Daffi bergumam dan menggelengkan kepalanya. Sedangkan Zeze hanya berdecak kesal dan langsung berlari kearah Daffa yang duduk bersantai di kursi pantai. Lelaki berambut cepak itu terlihat santai sekali, tidak seperti mereka yang sejak tadi sudah puas berkeliling.
"Daffa," panggil Zeze
"Hmm," sahut Daffa yang hanya sekedar gumaman saja.
"Ayo cari makan," ajak Zeze lagi, dia meraih kaca mata hitam yang bertengger di atas hidung mancung lelaki itu. Membuat Daffa langsung meringis karena silau matahari langsung menyakiti matanya.
"Ah, kak. Kamu mengganggu waktu santai ku saja." Gerutunya dengan kesal.
"Ck, ayolah. Kita bersantai sambil minum es kelapa muda saja di sana. Atau jika kau tidak mau ikut, aku akan mencari bule yang ingin menemaniku." Ucap Zeze.
Daffa berdecih, kesal sekali dia melihat kakaknya ini. Entah kenapa ayahnya menjadikan dia teman untuk liburan Zeze. Benar benar merepotkan saja. Sudah sejak semalam, Zeze selalu saja tidak membiarkan dia tenang.
"Bule mana yang mau dengan mu," sahut Daffa seraya bangun dari tempatnya.
"Sialan, apa kamu tidak lihat wajah cantik ku ini." Ungkap Zeze
"Tidak, buktinya hanya kak Shaka yang suka pada mu." jawab Daffa dengan senyum miringnya.
Zeze langsung meninju lengan Daffa dengan kesal. Memang menyebalkan sekali.
"Hei... aku lihat disana ada penjual es kelapa muda dan sate. Ayo kesana," Tiba tiba mereka di kejutkan oleh Daffi yang berlari mendekat.
"Boleh juga, ayo. Aku sudah lapar," sahut Zeze yang langsung merangkul lengan Daffi dan berjalan lebih dulu meninggalkan Daffa.
Mereka berjalan menuju deretan orang orang yang berjualan di sekitar pantai itu. Tidak terlalu ramai pengunjung karena ini memang bukan weekend. Jadi mereka bisa memilih tempat yang pas. Namun ketika masih asik bercanda, tiba tiba mata Zeze menangkap dua orang anak kecil yang membawa sebuah keranjang minuman kemasan. Entah kenapa hatinya merasa terusik, apalagi melihat penampilan mereka yang sedikit lusuh dan lelah.
Zeze melepaskan tangannya dari lengan Daffi dan langsung berjalan menuju ke dua orang gadis kecil yang kini duduk di bawah pohon kelapa. Sepertinya mereka sedang beristirahat.
Daffa dan Daffi hanya memandang Zeze sejenak, namun mereka lebih memilih untuk duduk duluan di kios penjual es kelapa itu. Membiarkan Zeze pergi sendiri, karena memang Zeze pasti selalu tidak tega jika melihat anak anak kecil yang sudah bekerja di usia dini.
"Hai, cantik." Sapa Zeze pada kedua anak itu. Wajah mereka yang tadinya lesu, kini berubah menjadi tersenyum melihat kedatangan Zeze.
"Kakak, kakak mau beli minuman kami?" Tanya salah seorang gadis yang lebih tua.
"Iya, berapa?" Tanya Zeze yang tanpa canggung langsung duduk di samping kedua anak itu. Memperhatikan wajah wajah mereka yang lelah dan kusam.
"10.000-an, kak," jawab nya.
Zeze tersenyum, dia mengambil satu minuman rasa teh dari dalam box itu.
"Kalian jualan ini berdua ya,?" tanya Zeze
"Iya kak," jawab mereka.
"Enggak sekolah?" Tanya Zeze lagi.
"Sekolah, tapi pulang dari sekolah langsung jualan. Bantu ibu Ratna cari uang untuk biaya kami." Jawab anak itu.
"Ibu Ratna? Ibu kalian?" Tanya Zeze
"Iya, ibu panti yang mengurus kami, kak." jawabnya kembali.
"Oh jadi kalian anak panti ya?" Zeze sedikit terkejut mendengar itu. Dia semakin iba sekarang, anak seusia mereka sudah tinggal di panti dan bekerja seperti ini. Miris sekali.
"Iya, kak." jawab mereka serempak.
Zeze mengangguk dan kembali tersenyum, memandang satu persatu anak anak itu.
"Siapa nama kalian, kenalan yuk. Kalian bisa panggil kakak, Zeze." Zeze langsung menjulurkan tangannya kearah mereka.
Awalnya mereka terlihat ragu, karena bagaimanapun ibu Ratna sudah berpesan agar tidak akrab dengan orang asing. Tapi melihat wajah Zeze, mereka jadi luluh.
"Aku Indah kak, ini Uut." Ucap Indah, anak yang lebih besar dari temannya.
"Nama kalian cantik cantik, seperti orangnya. Kalian sudah lama ya jualan seperti ini?" Zeze kembali bertanya, dia benar benar penasaran sekarang. Setelah ini, dia ingin mendatangi panti tempat mereka tinggal, memberikan dana atau tempat usaha mungkin agar anak anak ini tidak perlu lagi repot repot bekerja. Zeze benar benar kasihan melihat mereka.
"Baru beberapa hari ini aja kak, bu Ratna lagi sakit. Jadi kami anak anak panti yang sudah besar memutuskan untuk cari kerja, supaya ada uang jajan untuk sekolah." Ungkap Indah.
"Sakit? Sakit apa?" Tanya Zeze. Alisnya terlihat mengkerut sekarang.
"Enggak tahu, tapi Indah dengar dari om dokter kalau magh ibu Ratna kambuh," jawab Indah.
"Oh astaga," gumam Zeze dengan iba.
"Bu Ratna banyak fikiran kak, ada om jahat yang mau usir kami," adu Uut pula, wajahnya terlihat sedih. Dan Zeze langsung menoleh kearahnya dengan bingung.
"Om jahat? Mau usir kalian? Kenapa?" Tanya Zeze dengan cepat.
"Katanya dia mau buat resort disana, dan panti kami mau di pindah." Jawab Uut.
"Bu Ratna sakit karena mikirin itu, kak. Kami gak tahu mau kemana. Lagian kami udah betah disana. Disana juga dekat sama sekolah kami dan juga usaha bu Ratna. Tapi om jahat itu mau kami pindah dalam seminggu ini" Ungkap Indah.
Zeze tertegun dengan hati yang benar benar iba pada nasib mereka. Kenapa ada orang sejahat itu? Padahal mereka adalah anak anak yatim piatu yang seharusnya dipedulikan dan dibantu, tapi kenapa malah harus digusur hanya untuk membangun sebuah resort???
Pindah dan mencari tempat baru bagi anak anak panti tentu tidak semudah itu. Banyak hal yang harus di fikirkan. Apalagi jika pengurus panti bukan orang yang memiliki kuasa dan punya banyak uang, sudah jelas ini akan memberatkan meskipun orang orang itu bertanggung jawab dan mengganti kerugian.
Astaga... ini tidak bisa dibiarkan. Zeze ingin membela mereka, setidaknya membela hak anak anak yatim piatu ini.
"Yasudah, kalian jangan khawatir. Nanti kakak bantu kalian untuk merayu om jahat itu ya." Ujar Zeze.
"Beneran, kak?" Tanya mereka. Binar mata mereka nampak begitu antusias. Sepertinya mereka benar benar bahagia mendengar ini.
"Iya, nanti bawa kakak ketemu ibu panti. Kakak mau lihat kondisi dia juga," jawab Zeze.
"Wah iya, kak, iya. Kami bawa kakak kesana," sahut mereka dengan senang hati.
Zeze tersenyum memandang mereka. Meski tidak yakin bisa merayu om jahat itu, namun dia harus mencoba lebih dulu. Zeze tidak tega melihat mereka yang seperti ini. Setidaknya dia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Kalian sudah makan? Bagaimana sebelum kita pergi kita makan dulu," ajak Zeze
Indah dan Uut langsung saling pandang ragu.
"Enggak apa apa, ayo. Tuh disitu, sama om ganteng yang kembar itu." Zeze menunjuk Daffa dan Daffi yang sudah menikmati es kelapa mereka.
Indah dan Uut langsung menoleh kearah dua kembar itu, mereka tersenyum tipis dan mengangguk pelan.
"Seperti upin ipin, kak." Bisik Uut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
athaya
heh Upin Ipin GK ganteng tau/Grin/
2025-04-16
0
Mynovel
yaampun benaran mirip ceritanya sama karya Reni Juli yg berebut wilayah panti,ze berniat mempertahankan panti sementara zef tetap pada pendiriannya,bedanya karya sebelah ceweknya keturunan mafia,stop bacalah kalo gitu.
saran saya,kalo bisa plagiat lh Thor,kasian yg punya novel asli🙏
2023-09-08
1
Farida Wahyuni
kali kedua bertemu dengan zev di panti nih.
ih ga sabaran deh.
2023-07-30
1