Teriak saat diarea sensitifnya terasa sakit mendominasi serta diiringi air bening mengalir dipipinya karena amat perih dibagian area terlarang miliknya.
Dengan Lembut garel melakukannya sesuai apa yang dikatakan kepada viena.
Namun rasa sakit itu tidak bisa viena hindari, gerakan lembut itu perlahan berubah menjadi tempo yang cepat.
"tahan lah, lama kelamaan akan terbiasa dan nikmat" ucap garel masih dengan nada lembut ditelinga viena.
Garel masih melanjutkan kegiatannya karena belum sampai pada kepuasan.
Namun ditengah aksinya yang penuh keni kmat an itu garel ingat dengan ucapan yang tak lain dari kekasihnya .
"jangan sekali kali menghianatiku dengan menyetubuhi perempuan itu" pesan kekasihnya itu tiba tiba mengiang ditelinga garel sekan benar benar tidak mengizinkan suami istri yang halal itu untuk melalukan kegiatan intim.
Tangan garel mecengkeram lengan viena dengan kasar lalu melepaskan penyatuan sepasang halal itu.
"aaaww" pekik viena bukan karena penyatuannya lepas tapi karena cengkram garel seakan merobek lengan viena.
Garel tidak menggubris rasa sakit yang dirasakan Viena, baik itu hati viena garel tidak memperdulikannya, yang ia pikirkan hanyalah perasaan sang kekasih, karna ia sudahenghianati kekasih hati.
Yang ada diisi kepalanya hanyalah rasa bersalahnya karena telah menghianati kekasihnya.
Padahal diseberang sana yang sebenarnya tidak perduli sama sekali dengan perasaan garel.
Garel meraih pakaiannya yang berserakan diatasi lantai atas ulahnya tadi dan mengenakannya kembali.
"Jangan pernah menggodaku lagi, anggap pagi ini tidak pernah terjadi" ucap garel ketus bagaikan pisau yang menyayat hati.
Hati viena bagai luka disayat pisau yang tajam lalu dihancurkan dalam mesin penggiling.
Setelah berucap tanpa perasaan garel meningalkan kamar viena dan membanting pintu dengan kencang.
Brakk
Suara pintu yang dibanting oleh garel semakin meluka hati viena, viena benar terluka bagaimanapun ia ingin dihargai meski hubungan mereka tanpa dasar cinta apalagi viena telah salah memberi mahkotanya kepada pria berstatus suami malah menganggap dirinya bagaikan ja lang yang menggoda suami orang lain.
Marah? Kesal? kecewa? tersakiti? itu sudah pasti dirasakan viena bahkan viena merasa menyesalakan kebodohannya yang mudah mempercayai suami bajing annya itu.
Cengkeraman garel bahkan menggoreskam luka dilengan viena, darah kecil mengalir dikulit putih miliknya .
seakan lengan, mata dan area sensitif viena bersahabat sama sama merasakan sedih.
Viena mengikat kembali handuk yang sudah ternodai oleh darah kesuciannya itu.
Jauh dilubuk hati viena merasa dipermainkan oleh suaminya sendiri.
Jijik itulah yang dirasakan viena pada dirinya sendiri, ia merasa kotor karna dianggap seperti ja lang dan itu sama saja ia seakan tidur bersama bajing an yang suka jajan di luaran sana.
Ia mengira hubungannya dengannya akan baik baik saja setelah apa yang terjadi namun apa yang viena harapkan malah mengantarkan luka untuk dirinya sendiri.
Telah lama menangis tersedu sedu seketika raut wajah viena berubah datar lalu tersenyum getir, air bening yang awalnya mengalir dipipinya viena usap dengan kasar.
Entah apa yang sekarang ada didalam pikiran viena setelah bersedih, viena tidak lagi memperlihatkan kesedihan sama sekali.
Ia tersenyum yang entah senyum yang memiliki arti seperti apa.
"aaawww" pekik viena merasakan kesakitan pada bagian sensitifnya saat ia ingin beranjak dari keterpurukannya.
Lagi-lagi viena memperlihatkan senyum yang sulit diartikan "bertekuk lutut" satu kalimat keluar dari ucapan viena entah garel yang bertekuk lutut atau dirinya sendiri.
Berbeda dikamar sebelah garel nampak prustasi dan bersalah atas aksinya barusan, garel tidak menyangka bahwa melihat keindahan tubuh viena dapat menggoda hasrat dirinya dan mampu membuatnya ia berkhianat pada kekasihnya.
Garel malah merasa berdosa karena telah mengkhianati kekasihnya bukan karena ia telah menyakiti istrinya.
Garel masih menganggap apa yang terjadi antara dia dengan viena adalah sebuah kesalahan.
Garel merendamkan dirinya dibadtup kamar mandi sama halnya dengan viena ia juga merendamkan dirinya menggunakan air hangat untuk memulihkan tubuhnya yang tersa sakit.
Pagi ini kedua kalinya viena membersihkan diri namun yang kedua kalinya viena merasa belum puas dan rasa jijik disekujur tubuhnya membuat viena merasa tidak puas hanya dengan berendam 1 jam saja.
" VIENA ANDRIANA SAFFANA,...hhahhahahah" viena tertawa terbahak bahak setelah menyebut namanya sendiri dengan lantang seakan mentertawai dirinya sendiri yang amat bodoh.
Deret dreet
Suara ponsel milik viena terdengar dari arah viena, karena pintu kamar mandi memang tidak tertutup sama sekali.
Viena menyudahi ritual dan membaluti tubuhnya dengan handuk yang masih bersih lainnya.
Viena mengambil poselnya diatasi nakas yang masih berbunyi itu lalu menggeser tobol hijau.
"hemmm? "
"vi?" sapa Agelia diseberang sana
"iya"
"jadikan Vi? Mau aku jemput atau ketemuan langsung ditempat biasa nih?" tawar Agelia pada viena.
"aku bisa sendiri, lagi siap-siap. Enggak usah buru buru berangkat li " tutur viena dengan menahan kejolak rasa dihatinya untuk bersikap biasa biasa saja seakan tidak ada yang terjadi padanya.
"siap bos!!!" ucap agelia lantang
Seuntai senyum diwajah Viena, meski dengan sikap sederhana Agelia tapi mampu mengukir senyum dipipi cantik Viena.
"aku matikan" ucap viena mengatakan untuk mengakhiri panggilan antara Viena dengan sahabatnya itu.
Tut tutt
Bunyi panggilan berakhir
Viena menatap wajahnya dicermin rias tanpa efresi sedikit pun, entah apa yang dipikirkan viena tidak lah terlihat dari raut wajah kali ini. tatapan datar menatap sosok diri sendiri dibalik cermin itu lebih menyeramkan.
Sudah puas Menatap dirinya sendiri viena beralih kearah perlengkapan make up miliknya dimeja rias.
Iya mengambil alat make up yang digunakan lalu dengan lembut tangannya memoleskan sedikit polesan make up kearah wajah nya.
Viena selalu berdandan rapi tak kala ia sekarang juga sudah menjadi sekretaris diperusahaan Oskar yang lumayan terpandang dikotanya sama halnya dengan perusahaan milik keluarga Az-Zardan dan keluarganya yang sekarang dipegang oleh kakaknya sendiri. Maka viena selalu terlihat rapi meski mengenakan pakaian sanatai.
meski tidak menjadi sekretaris Viena memang sudah di juluki gadis fashtionable yang tiada tara.
Baik mengenakan pakaian sanatai atau kantoran dari pakaian mahal samapi murah sekali viena selalu menggunakan pakaian senada apalagi dengan dandanan natural ala viena semakin memukau.
Karena Viena libur bekerja hari ini ia memilih pakaian yang lebih santai dan Tak lupa viena menggaunakan tas senada dengan pakaian yang ia kenakan.
Tap tap tap
Langkah kaki viena melangkah menuruni anak tangga
Keanggunan yang terpancarkan dari sosok viena memanglah memukau dimata orang lain jikalau benda benda mati didalam rumah bisa memberi reaksi atas keterpukauan mereka dengan sosok viena mungkin saja benda benda mati didalam rumah itu sudah meloncat loncat dan berjatuhan dari tempatnya termasuk sosok pria yang sedang berdiri dibawa sana sedang memperhatikan viena menuruni anak tangga.
"mau kemana?" nada ketus garel sekan mengelegar membuat benda benda yang terpesona menjadi menciut.
Garel bersikap ketus padahal ia juga sudah terpesona kesekian kalinya atas diri viena yang sangat cantik.
Dengan sikap menjengkelkan garel layak laki laki brengsek yang tidak merasa salah akan prilakunya tadi.
Tapi pria brengsek itu memang sudah mengatakan kepada viena untuk menganggap apa yang terjadi l tadi seakan tidak pernah terjadi, maka benar garel harus menepatinya.
Viena yang masih teringat perilaku kasar garel dan rasa tidak dihargai, viena hanaya melirik nya sekilas tapi tidak mengubris pertanyaan viena, sekilas tatapan itu terlihat tajam.
"mana makanan untuk sarapan?" bentak Garel tak terima diabaikan oleh viena
"beli sendiri" ucap viena memberhentikan langkahnya.
"ouh" sambung viena lalu melangkah kesuaminya dan mebuka tas miliknya.
"ini, milikmu dari kakek" ucap viena ketus menyerahkan black card milik Garel yang diserahkan kakek pada viena dihari pernikahan viena dan garel malam itu
Tenntu saja Garel kenal jika kartu itu memang miliknya yang isinya lebih banyak dari card yang dia bawa berbelanja pakaian kekasihnya semalam.
"istri seharusnya menyiapkan sarapan dirumah" protes Garel kesal tak terima ditatap tajam viena.
Tak lupa tangan Garel mencengkal pergelangan tangan Viena.
"lepas" ucap Viena sembari menghibas tangan Garel dengan kasar hinggabterlepas saking kuatnya Viena menghibas tangan Garel seakan ia merasa kotor di sentuh Garel dan tidak luput senyum penuh maksud diwajah Viena.
Senyum penuh maksud dibalik wajah Viena yang cantik itu tidak hanya membuat tangan Garel sakit tapi juga membuat Garel tak berkutik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments