Cup
Setelah lama mentapa wajah cantik Viena, Garel tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium bibir mungil yang merekah itu.
Seperti ada magnet yang menarik diri Garel untuk melakukannya.
"manis" ujar Garel setelah merasakan bibir Viena, ia menyunggingkan senyum seakan puas telah mencuri ciuman di bibir Viena tanpa sepengetahuan orangnya.
Cup
Garel mencium bibir Viena sekali lagi, namun kali ini Garel sedikit melu mat bibir Viena.
Serasa ada sesuatu yang mengganjal dan bermain di bibirnga membuat Viena terusik, perlahan ia membuka matanya.
"Ka..." ucap Viena terhenti saat jari telunjuk Garel sudah menempel di depan bibirnya mengisyaratkan jika Viena tidak diperkenakan untuk mengatakan apapun.
Viena menatap heran pada suaminya itu, yang mana posisi Garel sedang berjongkok di hadapannya dengan jarak yang sangat dekat, kedua mata saling bertautan setiap inci mata masing-masing.
Deg deg
Tatapan yang dipancarkan Garel mampu membuat jantung Viena berdetak kencang, mau bagaimanapun Viena manusia normal dan keadaan sedekat itu dan tatapan intens Garel berikan, wajar saja memberikan getaran pada diri Viena.
"ceroboh" satu ucapan dilontarkan Garel memecahkan keheningan antar Viena dan Garel tentunya.
Tidak lupa Garel menyentil kening Viena lalu meninggalkan Viena seorang diri.
"Aww" pekik Viena lalu menatap punggung suaminya yang mulai menjauh.
"enggak jelas, apa dia berkepribadian ganda?" kesal Viena yang masih bisa didengarkan oleh Garel.
Namun Garel hanya tersenyum mendengar penuturan Viena sembari melangkah memasuki kamarnya.
Di kamar, Garel kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk seraya menatap langit-langit kamar, entah kenapa Garel tersenyum bahagia mengingat kebingungan dan keheranan di raut wajah Viena barusan dan Garel juga tersenyum karna telah mengambil ciuman istrinya tanpa sepengetahuan istrinya itu.
Garel terus tersenyum sendiri dan merasa bahagia tersendiri.
Meski belum ada rasa cinta atau memang Garel belum menyadari saja jika secepat itu Viena sudah membuat ia tertarik.
Di ruang tamu Viena baru menyadari jika tadi ia menonton film China dan film itu masih tayang.
"apa dia juga menonton" Viena bertanya tanya sendiri lalu ia mengambil remot yang sudah diletakan Garel di dekatnya.
Viena mematikan TV.
Beralih ke kamar Garel
"apa cewek planet itu akan marah, karena aku menciumnya tanpa izin. Tapikan aku suaminya" ujar Garel pada dirinya sendiri.
"apa kalau dia marah bakalan banyak ngomong atau menjadi planet sesungguhnya" sambung Garel bertanya tanya mengenai sikap istrinya yang sangat tidak banyak bicara itu, apa jika marah akan semakin singkat aah itu membuat Garel penasaran saja.
"haah, ngapain mikirin dia" protes Garel tak habis pikir kenapa ia harus memikirkan istrinya itu.
Pagi hari
Akhirnya mata yang terpenjam dari semalam terbuka perlahan lahan dan tak lupa Viena menyesuaikan tubuhnya untuk merilekkan tubuhnya dan menyambut pagi hari yang baru dengan semangat.
Namun alangkah terkejutnya Viena melihat sosok laki laki yang berada di atas kasurnya dengan tertidur lelap.
"aaaaakh" pekik Viena sekencang kencangnya, Viena sangat takut mengenai laki laki yang tidur bersamanya itu pria datang dari mana?, karna posisi pria itu membelakanginya.
"kenapa kamu teriak?" tanya pria itu tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Kenapa bisa ada di sini?" tanya Viena masih dalam keterkejutan, lataran ia mengira pria itu adalah pria asing ternyata suara yang baru ia kenal itu dapat Viena kenal dengan baik meski terdengar seperti khas bangun tidur tapi tidak dipungkiri suara itu syukurnya milik suaminya sendiri.
"kenapa? Apa tidak boleh tidur dengan istri sendiri?" bukannya menjawab Garel malah bertanya balik pada istrinya, seakan ia melupakan sendiri atas permintaannya yang meminta untuk tidur secara berpisah.
"Bukan begitu" sahut Viena singkat, ia tidak tahu mau menyikapi sikap berubah rubah dari suaminya itu.
Toh sudah menjadi suaminya sendiri jadi untuk apa Viena mempermaslaahkan keberadaan Garel berada di kamarnya.
Namun rasa gugup itu terlihat jelas diwajah Viena, karna ini pertama kali baginya tidur di atas kasur bersama dengan lawan jenis.
"ya sudah, aku maish ngantuk, kasur kamu empuk" kilah Garel beralasan, yang emmang benar kamar Viena memiliki kasur yang lebih empuk dari kamar kamar yang lainnya namun siapa tahu selain itu Garel hanya berkilah saja agar istrinya itu tidak berpikir macam-macam.
Semalam isi kepala Garel dipenuhi dengan Viena dan Viena, sehingga Garel kesulitan untuk tidur sehingga memiliki pemikiran untuk mendatangi kamar Viena, ia pun memberanikan diri.
Dengan cara mengendap endap Garel memasuki kamar Viena yang sama sekali tidak terkunci itu.
Seberuntung itu Garel sehingga ia tidak perlu berusaha apapun agar bisa masuk kamar Viena.
Sesampainya di kamar Viena Garel dengan puas memandang wajah cantik Viena serta bibir mungil Viena yang sedang terlelap.
Memandang Viena seperti obat tidur bagi Garel sehingga Garel terlelap di samping Viena hingga pagi.
Niat hati Garel tidak ingin tidur di kamar Viena melainkan ia hanya berniat memandang wajah perempuan yang ia juluki sebagai cewek planet itu.
Viena yang hanya melihat tingkah suaminya hanya bisa menggelengkan kepala, Viena bertanya tanya tentang suaminya yang memang belum Viena kenal itu.
"apa dia sudah menerima pernikahan ini?" Batin Viena bertanya-tanya.
Karna sudah waktunya bangun, Viena segera beranjak dari kasur empuk milik ya itu, dan berusaha untuk tidak mempermasalahkan sikap berubah ubah Garel.
Menyambut pagi gang cerah, senyum Vienapun terpancar indah.
Pagi ini Viena berencana untuk pergi ke pasar untuk memebeli sayur dan kebutuhan dapur lainnya.
ia akan membeli sendiri kebutuhan dapur, karna memang belum ada pembantu, kebetulan juga kakek dari suaminya tidak memperkerjakan orang untuk itu dan Viena tidak mempermasalahkan itu toh jika ia mau ia akan mencari sendiri.
Ia menuju kamar mandi dengan membawa handuk berwarna putih dan melakukan ritual mandi pagi seperti biasanya.
Tak lupa di ingatan Viena setelah ia mandi ia akan bersiap ke pasar dan tidak juga melupakan janjinya pada Agelia untuk bertemu di tempat biasa.
Dengan telaten Viena menyabuni tubuhnya dengan busa sabun yang menutupi tubuh polos miliknya yang mulai menyatu pada kulit mulusnya.
Tidak ingin berlama-lama Viena menyudahi ritual mandi laginya kemudian membalutu tubuhnya dengan handuk putih yang ia bawa tadi.
Cklek
Suara pintu kamar mandi terbuka, seiringan dengan Viena keluar dari pintu kamar mandi sepasang mata menatap kearah suara tanpa berkedip sedikitpun.
Desiran darah mengalir dengan cepat melihat sosok yang begitu indah memiliki lekukan tubuh yang begitu sempurna, warna kulit terlihat mulus dan bersih.
Glek
Garel menelan ludahnya kasar, tidak bisa Garel bendungi lagi ternyata sosok istri yang ia sebut cewek planet memang ciptaan dari planet yang paling indah.
Kulit putih mulus dengan belutan handuk putih yang menampilkan paha yang putih bersih, rambut yang basah yang menyisakan tetesan air kecil dari rambut istrinya itu, semakin membuat Viena terlihat semakin mempersona.
"indah" satu ucapan yang mampu Garel gambaran yang bisa menggambarkan sosok begitu menggoda di depannya itu.
Perasaan yang dirasakan Garel hal wajar dan normal saja, apa lagi ciptaan yang indah di depannya itu adalah istrinya sendiri.
Viena yang masih asyik dengan dirinya, tentunya tidak menyadari jika ada sepasang mata suaminya yang sendari tadi memperhatikannya.
Dengan santainya Viena berjalan seakan dirinya sendiri berada di kamar itu.
Garel yang tidak tahan lagi dengan asupan mata di pagi hari yang amat menggoda itu nalurinya mengajak Garel untuk mendekat ke arah Viena.
Sontak saja mata Viena membulat dengan sempurna saat dikiranya suaminya itu masih terlelap dalam tidur ternyata sudah berada di depannya.
Dengan cepat Garel meraih pinggang seksi Viena sehingga menciptakan kedekatan yang sangat intim.
Sepasang suami istri itu saling tatap menatap dalam tatapan yang sulit diartikan.
Apa lagi di bawah sana sudah tidak bisa di kendalikan lagi, sesuatu yang amat sulit diartikan seakan menggila sendiri ingin mencari kediamannya.
Lama saling tatap menatap, Garel mendekatkan bibinya dengan bibir Viena sang istri.
Cup
Ciuman seklias diberikan Garel pada Viena, melihat Viena tiak bergeming sama sekali dna tidak ada tanda tanda menolak, Garel memberanikan diri lagi untuk kembali mencium.bibir mungil milik Viena.
Namun kali ini Garel melu mat bibir itu dengan penuh minat meski Viena tidak membalas ciuman yang diberikan suaminya.
Malah setelah merasa bibirnya diombrak ombrak Viena tersadar jika ciuman pertamanya diambil oleh pria didepannya yang tak lain suaminya sendiri, bukan karna Viena tidak memberi hak suaminya hanya saja ia belum begitu yakin pada suaminya itu yang membuat ia bingung.
"Ci ciuman per..tamaku" ucap Viena terbata bata di tengah aksi lum at an Garel dan tangan Viena berusaha mendorong tubuh suaminya.
Namun berbeda dengan Garel yang tersenyum manis, karna ia sudah mengambil ciuman pertama istrinya itu adalah dirinya sendiri yang di lakukannya tadi malam.
Dan Garel membiarkan ciuman itu terlepas begitu saja, Garel semakin memaksa Viena tetap berada dalam dekapannya ia berusaha membuka bibir Viena yang masih tertutup rapat.
Kesempatan Viena berbicara digunakan Garel untuk memasukan lidahnya untuk menyelusuri ke dalam.
Cukup lama Viena meronta namun ia tidak bisa melawan apa lagi melepaskan dekapan suaminya yang sangat erat.
Seketika Viena menjernihkan pikirannya untuk menerima perilakuan suaminya itu, lantaran itu wajar saja terjadi karna memang sudah seharusnya suaminya mendapatkan apapun dari dirinya.
Dan rasa yang baru pertama kali Viena rasakan seperti aluran listrik menyelusuri tubuhnya membuat Viena pasrah saja.
Viena sadar ia harus melayani suaminya yang sudah menjadi kewajiban bagi istri, maka ia menerima dan mempermudah Garel untuk melakukan apa yang ingin dilakukan suaminya itu terhadap dirinya.
Garel mendapati reaksi Viena yang tidak lagi melawan melepas lum at an untuk memberi ruang bernafas untuk kedua pasang insan itu.
Tiba-tiba Garel menggendong tubuh Viena ke atas kasur empuk, tatapan yang penuh minat di mata Garel seakan tidak ingin kesempatan itu hilang.
Viena mengabaikan tatapan intens Grel yang menatapnya dengan isyarat meninta izin untuk melakukan hal yang lebih dari perciuman.
Karna sesungguhnya Viena tidak tahu harus mengatakan apa untuk menjawab tatapan Garel.
Tidak ada respons dari Viena baik dari tatapan atau anggukan, Garel mendekatkan kepalanya ke arah telinga Viena lalu berbisik lembut.
"aku akan melakukannya dengan pelan" bisik Garel dengan nada sensual
Viena dilema ingin menolak namun ia ingat dengan statusnya ia harus melakukan yang seharusnya ia lakukan.
"semoga ini awal yang indah untuk hubungan rumah tanggaku" imbuh Viena dalam lubuk hati paling dalam.
Garel yang tidak mendapatkan jawaban ataupun penolakan mengganggap diamnya Viena sebuah persetujuan apa lagi istrinya itu tidak suka mengeluarkan banyak kosa kata dalam kesehariannya.
"aku akan anggap diammu sebuah persetujuan" ucap Garel meyakinkan istrinya lagi.
Dengan sigap Garel menyingkirkan baju tidur miliknya dan menyimbah baju itu ke sembarangan arah.
Lalu Garel menarik ikatan handuk yang melingkar menutupi tubuh istrinya, perlahan ia membuka handuk putih itu yang memperlihatkan kehidupan pada lekukan tubuh milik Viena serta menampakan lekuk lekukan lainnya.
Glek
Garel menelan salvinanya sendiri dengan kasar saat melihat benda serupa itu.
Tidak kuat menahan gejolak dalam dirinya sekan menggelitik seluruh tubuhnya.
Viena yang diam tidak mengekuarkam suara apapun meski bagian inci tubuhnya dikuasai oleh Garel.
Garel melepas semua pakiannya terakhir kali hingga tidak ada satu benangpun yang menghalangi tubuhnya.
"tahanlah, akan sedikit sakit" ucap Garel lembut di samping teinga Viena.
Tubuh Viena meremang, desir desiran yang belum pernah hinggap di dirinya seakan ini lertama kali Viena rasakan begitu menggebu di diirinya yang Viena senidiri tidak tahu apa.
Gare tersenyum melihat reaksi tubuh Viena yang mulai terbuai oleh Permainanya, berbeda dengan bibir Viena tidak bersuara sama sekali tapi dapat Garel lihat tubuh Viena juga menerima sentuhan semtuhannya.
Jlbeb
"aaaakkkhhh"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments