04 Terpesona

Cup

Setelah lama mentapa wajah cantik Viena, Garel tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium bibir mungil yang merekah itu.

Seperti ada magnet yang menarik diri Garel untuk melakukannya.

"manis" ujar Garel setelah merasakan bibir Viena, ia menyunggingkan senyum seakan puas telah mencuri ciuman di bibir Viena tanpa sepengetahuan orangnya.

Cup

Garel mencium bibir Viena sekali lagi, namun kali ini Garel sedikit melu mat bibir Viena.

Serasa ada sesuatu yang mengganjal dan bermain di bibirnga membuat Viena terusik, perlahan ia membuka matanya.

"Ka..." ucap Viena terhenti saat jari telunjuk Garel sudah menempel di depan bibirnya mengisyaratkan jika Viena tidak diperkenakan untuk mengatakan apapun.

Viena menatap heran pada suaminya itu, yang mana posisi Garel sedang berjongkok di hadapannya dengan jarak yang sangat dekat, kedua mata saling bertautan setiap inci mata masing-masing.

Deg deg

Tatapan yang dipancarkan Garel mampu membuat jantung Viena berdetak kencang, mau bagaimanapun Viena manusia normal dan keadaan sedekat itu dan tatapan intens Garel berikan, wajar saja memberikan getaran pada diri Viena.

"ceroboh" satu ucapan dilontarkan Garel memecahkan keheningan antar Viena dan Garel tentunya.

Tidak lupa Garel menyentil kening Viena lalu meninggalkan Viena seorang diri.

"Aww" pekik Viena lalu menatap punggung suaminya yang mulai menjauh.

"enggak jelas, apa dia berkepribadian ganda?" kesal Viena yang masih bisa didengarkan oleh Garel.

Namun Garel hanya tersenyum mendengar penuturan Viena sembari melangkah memasuki kamarnya.

Di kamar, Garel kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk seraya menatap langit-langit kamar, entah kenapa Garel tersenyum bahagia mengingat kebingungan dan keheranan di raut wajah Viena barusan dan Garel juga tersenyum karna telah mengambil ciuman istrinya tanpa sepengetahuan istrinya itu.

Garel terus tersenyum sendiri dan merasa bahagia tersendiri.

Meski belum ada rasa cinta atau memang Garel belum menyadari saja jika secepat itu Viena sudah membuat ia tertarik.

Di ruang tamu Viena baru menyadari jika tadi ia menonton film China dan film itu masih tayang.

"apa dia juga menonton" Viena bertanya tanya sendiri lalu ia mengambil remot yang sudah diletakan Garel di dekatnya.

Viena mematikan TV.

Beralih ke kamar Garel

"apa cewek planet itu akan marah, karena aku menciumnya tanpa izin. Tapikan aku suaminya" ujar Garel pada dirinya sendiri.

"apa kalau dia marah bakalan banyak ngomong atau menjadi planet sesungguhnya" sambung Garel bertanya tanya mengenai sikap istrinya yang sangat tidak banyak bicara itu, apa jika marah akan semakin singkat aah itu membuat Garel penasaran saja.

"haah, ngapain mikirin dia" protes Garel tak habis pikir kenapa ia harus memikirkan istrinya itu.

Pagi hari

Akhirnya mata yang terpenjam dari semalam terbuka perlahan lahan dan tak lupa Viena menyesuaikan tubuhnya untuk merilekkan tubuhnya dan menyambut pagi hari yang baru dengan semangat.

Namun alangkah terkejutnya Viena melihat sosok laki laki yang berada di atas kasurnya dengan tertidur lelap.

"aaaaakh" pekik Viena sekencang kencangnya, Viena sangat takut mengenai laki laki yang tidur bersamanya itu pria datang dari mana?, karna posisi pria itu membelakanginya.

"kenapa kamu teriak?" tanya pria itu tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Kenapa bisa ada di sini?" tanya Viena masih dalam keterkejutan, lataran ia mengira pria itu adalah pria asing ternyata suara yang baru ia kenal itu dapat Viena kenal dengan baik meski terdengar seperti khas bangun tidur tapi tidak dipungkiri suara itu syukurnya milik suaminya sendiri.

"kenapa? Apa tidak boleh tidur dengan istri sendiri?" bukannya menjawab Garel malah bertanya balik pada istrinya, seakan ia melupakan sendiri atas permintaannya yang meminta untuk tidur secara berpisah.

"Bukan begitu" sahut Viena singkat, ia tidak tahu mau menyikapi sikap berubah rubah dari suaminya itu.

Toh sudah menjadi suaminya sendiri jadi untuk apa Viena mempermaslaahkan keberadaan Garel berada di kamarnya.

Namun rasa gugup itu terlihat jelas diwajah Viena, karna ini pertama kali baginya tidur di atas kasur bersama dengan lawan jenis.

"ya sudah, aku maish ngantuk, kasur kamu empuk" kilah Garel beralasan, yang emmang benar kamar Viena memiliki kasur yang lebih empuk dari kamar kamar yang lainnya namun siapa tahu selain itu Garel hanya berkilah saja agar istrinya itu tidak berpikir macam-macam.

Semalam isi kepala Garel dipenuhi dengan Viena dan Viena, sehingga Garel kesulitan untuk tidur sehingga memiliki pemikiran untuk mendatangi kamar Viena, ia pun memberanikan diri.

Dengan cara mengendap endap Garel memasuki kamar Viena yang sama sekali tidak terkunci itu.

Seberuntung itu Garel sehingga ia tidak perlu berusaha apapun agar bisa masuk kamar Viena.

Sesampainya di kamar Viena Garel dengan puas memandang wajah cantik Viena serta bibir mungil Viena yang sedang terlelap.

Memandang Viena seperti obat tidur bagi Garel sehingga Garel terlelap di samping Viena hingga pagi.

Niat hati Garel tidak ingin tidur di kamar Viena melainkan ia hanya berniat memandang wajah perempuan yang ia juluki sebagai cewek planet itu.

Viena yang hanya melihat tingkah suaminya hanya bisa menggelengkan kepala, Viena bertanya tanya tentang suaminya yang memang belum Viena kenal itu.

"apa dia sudah menerima pernikahan ini?" Batin Viena bertanya-tanya.

Karna sudah waktunya bangun, Viena segera beranjak dari kasur empuk milik ya itu, dan berusaha untuk tidak mempermasalahkan sikap berubah ubah Garel.

Menyambut pagi gang cerah, senyum Vienapun terpancar indah.

Pagi ini Viena berencana untuk pergi ke pasar untuk memebeli sayur dan kebutuhan dapur lainnya.

ia akan membeli sendiri kebutuhan dapur, karna memang belum ada pembantu, kebetulan juga kakek dari suaminya tidak memperkerjakan orang untuk itu dan Viena tidak mempermasalahkan itu toh jika ia mau ia akan mencari sendiri.

Ia menuju kamar mandi dengan membawa handuk berwarna putih dan melakukan ritual mandi pagi seperti biasanya.

Tak lupa di ingatan Viena setelah ia mandi ia akan bersiap ke pasar dan tidak juga melupakan janjinya pada Agelia untuk bertemu di tempat biasa.

Dengan telaten Viena menyabuni tubuhnya dengan busa sabun yang menutupi tubuh polos miliknya yang mulai menyatu pada kulit mulusnya.

Tidak ingin berlama-lama Viena menyudahi ritual mandi laginya kemudian membalutu tubuhnya dengan handuk putih yang ia bawa tadi.

Cklek

Suara pintu kamar mandi terbuka, seiringan dengan Viena keluar dari pintu kamar mandi sepasang mata menatap kearah suara tanpa berkedip sedikitpun.

Desiran darah mengalir dengan cepat melihat sosok yang begitu indah memiliki lekukan tubuh yang begitu sempurna, warna kulit terlihat mulus dan bersih.

Glek

Garel menelan ludahnya kasar, tidak bisa Garel bendungi lagi ternyata sosok istri yang ia sebut cewek planet memang ciptaan dari planet yang paling indah.

Kulit putih mulus dengan belutan handuk putih yang menampilkan paha yang putih bersih, rambut yang basah yang menyisakan tetesan air kecil dari rambut istrinya itu, semakin membuat Viena terlihat semakin mempersona.

"indah" satu ucapan yang mampu Garel gambaran yang bisa menggambarkan sosok begitu menggoda di depannya itu.

Perasaan yang dirasakan Garel hal wajar dan normal saja, apa lagi ciptaan yang indah di depannya itu adalah istrinya sendiri.

Viena yang masih asyik dengan dirinya, tentunya tidak menyadari jika ada sepasang mata suaminya yang sendari tadi memperhatikannya.

Dengan santainya Viena berjalan seakan dirinya sendiri berada di kamar itu.

Garel yang tidak tahan lagi dengan asupan mata di pagi hari yang amat menggoda itu nalurinya mengajak Garel untuk mendekat ke arah Viena.

Sontak saja mata Viena membulat dengan sempurna saat dikiranya suaminya itu masih terlelap dalam tidur ternyata sudah berada di depannya.

Dengan cepat Garel meraih pinggang seksi Viena sehingga menciptakan kedekatan yang sangat intim.

Sepasang suami istri itu saling tatap menatap dalam tatapan yang sulit diartikan.

Apa lagi di bawah sana sudah tidak bisa di kendalikan lagi, sesuatu yang amat sulit diartikan seakan menggila sendiri ingin mencari kediamannya.

Lama saling tatap menatap, Garel mendekatkan bibinya dengan bibir Viena sang istri.

Cup

Ciuman seklias diberikan Garel pada Viena, melihat Viena tiak bergeming sama sekali dna tidak ada tanda tanda menolak, Garel memberanikan diri lagi untuk kembali mencium.bibir mungil milik Viena.

Namun kali ini Garel melu mat bibir itu dengan penuh minat meski Viena tidak membalas ciuman yang diberikan suaminya.

Malah setelah merasa bibirnya diombrak ombrak Viena tersadar jika ciuman pertamanya diambil oleh pria didepannya yang tak lain suaminya sendiri, bukan karna Viena tidak memberi hak suaminya hanya saja ia belum begitu yakin pada suaminya itu yang membuat ia bingung.

"Ci ciuman per..tamaku" ucap Viena terbata bata di tengah aksi lum at an Garel dan tangan Viena berusaha mendorong tubuh suaminya.

Namun berbeda dengan Garel yang tersenyum manis, karna ia sudah mengambil ciuman pertama istrinya itu adalah dirinya sendiri yang di lakukannya tadi malam.

Dan Garel membiarkan ciuman itu terlepas begitu saja, Garel semakin memaksa Viena tetap berada dalam dekapannya ia berusaha membuka bibir Viena yang masih tertutup rapat.

Kesempatan Viena berbicara digunakan Garel untuk memasukan lidahnya untuk menyelusuri ke dalam.

Cukup lama Viena meronta namun ia tidak bisa melawan apa lagi melepaskan dekapan suaminya yang sangat erat.

Seketika Viena menjernihkan pikirannya untuk menerima perilakuan suaminya itu, lantaran itu wajar saja terjadi karna memang sudah seharusnya suaminya mendapatkan apapun dari dirinya.

Dan rasa yang baru pertama kali Viena rasakan seperti aluran listrik menyelusuri tubuhnya membuat Viena pasrah saja.

Viena sadar ia harus melayani suaminya yang sudah menjadi kewajiban bagi istri, maka ia menerima dan mempermudah Garel untuk melakukan apa yang ingin dilakukan suaminya itu terhadap dirinya.

Garel mendapati reaksi Viena yang tidak lagi melawan melepas lum at an untuk memberi ruang bernafas untuk kedua pasang insan itu.

Tiba-tiba Garel menggendong tubuh Viena ke atas kasur empuk, tatapan yang penuh minat di mata Garel seakan tidak ingin kesempatan itu hilang.

Viena mengabaikan tatapan intens Grel yang menatapnya dengan isyarat meninta izin untuk melakukan hal yang lebih dari perciuman.

Karna sesungguhnya Viena tidak tahu harus mengatakan apa untuk menjawab tatapan Garel.

Tidak ada respons dari Viena baik dari tatapan atau anggukan, Garel mendekatkan kepalanya ke arah telinga Viena lalu berbisik lembut.

"aku akan melakukannya dengan pelan" bisik Garel dengan nada sensual

Viena dilema ingin menolak namun ia ingat dengan statusnya ia harus melakukan yang seharusnya ia lakukan.

"semoga ini awal yang indah untuk hubungan rumah tanggaku" imbuh Viena dalam lubuk hati paling dalam.

Garel yang tidak mendapatkan jawaban ataupun penolakan mengganggap diamnya Viena sebuah persetujuan apa lagi istrinya itu tidak suka mengeluarkan banyak kosa kata dalam kesehariannya.

"aku akan anggap diammu sebuah persetujuan" ucap Garel meyakinkan istrinya lagi.

Dengan sigap Garel menyingkirkan baju tidur miliknya dan menyimbah baju itu ke sembarangan arah.

Lalu Garel menarik ikatan handuk yang melingkar menutupi tubuh istrinya, perlahan ia membuka handuk putih itu yang memperlihatkan kehidupan pada lekukan tubuh milik Viena serta menampakan lekuk lekukan lainnya.

Glek

Garel menelan salvinanya sendiri dengan kasar saat melihat benda serupa itu.

Tidak kuat menahan gejolak dalam dirinya sekan menggelitik seluruh tubuhnya.

Viena yang diam tidak mengekuarkam suara apapun meski bagian inci tubuhnya dikuasai oleh Garel.

Garel melepas semua pakiannya terakhir kali hingga tidak ada satu benangpun yang menghalangi tubuhnya.

"tahanlah, akan sedikit sakit" ucap Garel lembut di samping teinga Viena.

Tubuh Viena meremang, desir desiran yang belum pernah hinggap di dirinya seakan ini lertama kali Viena rasakan begitu menggebu di diirinya yang Viena senidiri tidak tahu apa.

Gare tersenyum melihat reaksi tubuh Viena yang mulai terbuai oleh Permainanya, berbeda dengan bibir Viena tidak bersuara sama sekali tapi dapat Garel lihat tubuh Viena juga menerima sentuhan semtuhannya.

Jlbeb

"aaaakkkhhh"

Episodes
1 01 Ironis
2 02 Agelia kecewa
3 03 Curi Ciuman
4 04 Terpesona
5 05 Kemarahan Andriana Saffana
6 06 Sorotan Tajam Mata Viena
7 07 Kecelakaan
8 08 Kisah Cinta Pertama
9 09 Perhatian Sang Istri
10 10 Bertemu Plakor dan Plat Motor
11 11 Siuman
12 12 Keberuntungan Anasya
13 13 Jika Waktu Bisa Diputar Kembali
14 14. Aku Hamil Bi
15 15 Tamparan Garel
16 16 Aktivitas Sehari-hari
17 17 Masa Lalu Kita Memang Tidak Lagi Penting
18 18 Rencana Anasya
19 19 Mengawali dan Mengakhiri
20 20 Penyesalan
21 21 Meninggalkan Kebenaran
22 22 Aku Tomy Amarsyan
23 23 Aku Tidak Ingin Menyesali
24 24 Kekacauan Garel
25 25 Kehawatiran Tomy
26 26 Pendengaran Tomy
27 27 Ruang VIP
28 28 Mencari Viena
29 29 Merelvin & Agelia
30 30 Siapa Dia Sebenarnya Part 1
31 31 Siapa Dia Sebenarnya Part II
32 32 Jangan Bujuk Fana
33 33 Vezan Andrianada Saffran
34 34 Malam Yang Panjang Part 1
35 35 Malam Yang Panjang Part II
36 36 Ungkapan Cinta Merelvin
37 37 Merelvin Cemburu
38 38 Ulang Tahun Viena & Vazan
39 39 Rahasia Apa?
40 40 Semakin Pensaran Part 1
41 41 Semakin Penasaran Part II
42 42 Negara Kebenaran
43 43 Kisah Masa Lalu Marlind
44 44 Bukti Pengakuan Emearlin
45 45 Viena Pingsan
46 46 Hukuman
47 47 Kenapa Pergi?
48 48 Pasrah
49 49 Jika Membenciku Bisa Membuatmu Bahagia
50 50 Ancaman
51 51 Pikiran Tomy
52 52 Viena Lapar
53 53 Tatapan Heran
54 54 Kau Mencintainya?
55 55 Maren Maharani Sesungguhnya
56 56 Tawa Viena Dan Tomy
57 57 Mewarisi Sifat Licik Ibumu?
58 58 Putra Tua Ibu
59 59 Ibumu dan Ibumu Adalah Satu
60 60 Ruang Oprasi
61 61 Memikirkan Maren
62 62 Milik Tomy
63 63 Membayangkannya
64 64  Kejutan Diberi Kejuatan
65 65 Mata Agelia Ternodai
66 66 Gagal Lagi-Gagal Lagi
67 67 Kembalinya Daddy Marjones
68 68 Daddy Marjones Membawa Marlind
69 69 Kekompakan Tony dan Tomy
70 70 Semeringai Licik Reonal
71 71 Godaan Agelia
72 72 Naga Kasumbat
73 73 Sarang Deffan
74 74 Kemarahan Merelvin Merupakan Kekecewaan Agelia
75 75 Penjahat Kel*min
76 76 Menikahlah Denganku
77 77 Tidak Bisa Menghindar
78 78 Introgasi
79 79 Sifat Asli Deffan
80 80 Sempit
81 81 Permintaan Maaf Merelvin dan Agelia
82 82 Jika Mau Cepat Nikah
83 83 Hobbi Baru
84 84 Permintaan Miki
85 95 Modusnya Tomy
86 86 Rencana Deffan
87 87 Nyelenehnya Tomy
88 88 Kesigapan Tomy
89 89 Senyum Geli
90 90 Tiga Hari Sebelum Persalinan
91 91 Janji Deddy Marjones
92 92 Niat Anasya
93 93 Ide Lain
Episodes

Updated 93 Episodes

1
01 Ironis
2
02 Agelia kecewa
3
03 Curi Ciuman
4
04 Terpesona
5
05 Kemarahan Andriana Saffana
6
06 Sorotan Tajam Mata Viena
7
07 Kecelakaan
8
08 Kisah Cinta Pertama
9
09 Perhatian Sang Istri
10
10 Bertemu Plakor dan Plat Motor
11
11 Siuman
12
12 Keberuntungan Anasya
13
13 Jika Waktu Bisa Diputar Kembali
14
14. Aku Hamil Bi
15
15 Tamparan Garel
16
16 Aktivitas Sehari-hari
17
17 Masa Lalu Kita Memang Tidak Lagi Penting
18
18 Rencana Anasya
19
19 Mengawali dan Mengakhiri
20
20 Penyesalan
21
21 Meninggalkan Kebenaran
22
22 Aku Tomy Amarsyan
23
23 Aku Tidak Ingin Menyesali
24
24 Kekacauan Garel
25
25 Kehawatiran Tomy
26
26 Pendengaran Tomy
27
27 Ruang VIP
28
28 Mencari Viena
29
29 Merelvin & Agelia
30
30 Siapa Dia Sebenarnya Part 1
31
31 Siapa Dia Sebenarnya Part II
32
32 Jangan Bujuk Fana
33
33 Vezan Andrianada Saffran
34
34 Malam Yang Panjang Part 1
35
35 Malam Yang Panjang Part II
36
36 Ungkapan Cinta Merelvin
37
37 Merelvin Cemburu
38
38 Ulang Tahun Viena & Vazan
39
39 Rahasia Apa?
40
40 Semakin Pensaran Part 1
41
41 Semakin Penasaran Part II
42
42 Negara Kebenaran
43
43 Kisah Masa Lalu Marlind
44
44 Bukti Pengakuan Emearlin
45
45 Viena Pingsan
46
46 Hukuman
47
47 Kenapa Pergi?
48
48 Pasrah
49
49 Jika Membenciku Bisa Membuatmu Bahagia
50
50 Ancaman
51
51 Pikiran Tomy
52
52 Viena Lapar
53
53 Tatapan Heran
54
54 Kau Mencintainya?
55
55 Maren Maharani Sesungguhnya
56
56 Tawa Viena Dan Tomy
57
57 Mewarisi Sifat Licik Ibumu?
58
58 Putra Tua Ibu
59
59 Ibumu dan Ibumu Adalah Satu
60
60 Ruang Oprasi
61
61 Memikirkan Maren
62
62 Milik Tomy
63
63 Membayangkannya
64
64  Kejutan Diberi Kejuatan
65
65 Mata Agelia Ternodai
66
66 Gagal Lagi-Gagal Lagi
67
67 Kembalinya Daddy Marjones
68
68 Daddy Marjones Membawa Marlind
69
69 Kekompakan Tony dan Tomy
70
70 Semeringai Licik Reonal
71
71 Godaan Agelia
72
72 Naga Kasumbat
73
73 Sarang Deffan
74
74 Kemarahan Merelvin Merupakan Kekecewaan Agelia
75
75 Penjahat Kel*min
76
76 Menikahlah Denganku
77
77 Tidak Bisa Menghindar
78
78 Introgasi
79
79 Sifat Asli Deffan
80
80 Sempit
81
81 Permintaan Maaf Merelvin dan Agelia
82
82 Jika Mau Cepat Nikah
83
83 Hobbi Baru
84
84 Permintaan Miki
85
95 Modusnya Tomy
86
86 Rencana Deffan
87
87 Nyelenehnya Tomy
88
88 Kesigapan Tomy
89
89 Senyum Geli
90
90 Tiga Hari Sebelum Persalinan
91
91 Janji Deddy Marjones
92
92 Niat Anasya
93
93 Ide Lain

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!