📱"hallo, sayang? Maaf ya baru bisa menghubungin kamu" ucap Garel lembut pada seseorang di seberangan panggilan suara itu, dengan sebutan sayang.
Iya, seseorang yang disebut dengan sebutan sayang oleh Garel merupakan kekasihnya, bahkan hubungan keduanya sudah 3 tahun lamanya.
📱"iya enggak apa-apa yang, tapi temanin ke Mall , ya?" pinta kekasih Garel dengab nada manja dan sedikit dengan suara mayinnya.
📱"tapi aku masih caoek sayang, besok aja ya?" pinta Garel yang memang adanya, ia sangat lelah dengan drama hari itu.
📱"ya udah, enggak usah hubungin aku lagi" ucap kekasih Garel dengan suara ngambeknya, tentu jika sudah begitu Garel tidak bisa menolak keinginan kekasihnya itu.
📱"jangan ngambek gitu doong, ya udah aku ke sana. 30 menit lagi smapai" akhirnya menyikapi kekasihnya dengan mengalah.
📱"gitu dong" ucap kekasih Garel lalu mematikan panggilan suara secara sepihak.
Tut tut (panggilan suarapun berakhir)
"Kebiasaan" ucao Garel pada ponselnha yang suah tidak terhubung lagi, Garel sudah hafal jika dalam mode ngambek kekasihnya itu memikiki kebiasaan mematikan panggilan sepihak hingga keinginannya dipenuhi maka baru selesai ngambeknya.
Tapi mau bagaimanapun Garel sangat mencintai kekasihnga itu, bahkan sekarang Garel melupakan status dirinya sebagai suami orang lain.
Di Apertement
Lain cerita dengan seorang wanita yang kegirangab setelah mengakhiri panggila dengan kekasihnya yang selalu memanjakannya dengan harta yang berlimpah dan ia juga selalu mendapatkan kasih sayang dan ekhangatan dari pria yang selalu menemani harinya terutama menghiasi hari harinya di apertement yang tak lain suaminya sendiri.
"belikan aku baju baru dong, yang. Besok aku mau kumpul-kumpul" ucap suami wanita itu dengan manja pada wanitanya
"sekalian bawa makamam juga ya, aku lapar"pinta suaminya yang masih melingkarkan kedua tangannya dipinggul sang istri.
Ia tahu sang istri memiliki.kekasih diluar sana, tapi ia tidak perduli selama sang istri hanya menghangatkan dirinya seorang dan tentunya ia mendapatkan keuntungan dari hubungan istrinya itu yang tak lain uang mengakir tanpa perlu ia berkerja keras.
"tentu sayang" sahut gadis itu laku mengcup sekilas bibir suaminya.
Cup, kecupan sekilas itupun membuat hati suaminya membunga bunga.
"sekarang lepas dulu, aku mau siap-siap" ucap wanita itu sembari meleraikan pekukan hangt dari suami tercinta.
"emmh" suaminya pun terpaksa melepaskan istri tercinta namun ada secuil kebahagiaan diwajahnya, yang diiringi iming iming terhujudkan keinginannya yang ia raih dari memanfaatkan kekasih istrinya.
Bodoh ya pria bodoh, itulah yang ada dalam pikiran pria itu menggambarkan kekasih istrinya yang secara tidak langsung menggambarkan dirinya sendiri, yang bodohnya dirinya ingin berbagi wanita demi kehidupan yang nyaman.
Istrinya yang dicium dengan mesra dan dirangkul begitu mesera oleh orang lain ia biarkan begitu saja, kalau bukan bodoh lalu apa?.
Sedangkan Garel harus menunda waktu istirahatnya dan menumouk rasa lelahnya demj sang kekasih dan bersiap-siap untuk menjemput sang kekasih.
Heran bahkan lupa jika perutnya yang tadi sangat mnginginkan nasi goreng pun sudah tidak ia perdulikan lagi.
lain cerita dengan Viena, ia harus mencari di mana warung nasi gorel berada, Viena tidak begitu tahu loksi dan dimana warung nasi goreng itu karna ia baru pindah di seputaran sana.
Cukup lama Viena memperhatikan penjual yang ada dipinggiran jalan, menyelusuri tempat penjual nasi goreng pad akhirnya Viena menemukan warung yang dimaksud.
Karna tidak mau berlama-lama Viena tidak hanya memesan nasi goreng untuk Garel saja melainkan untuk dirinya juga.
"dua bu, Dibungkus" pesan Viena singkat pada ibu penjual nasi goreng.
"iya dek, ditunggu dulu ya" sahut ibu itu lembut.
"iya" jawab Viena seperti biasanya, yang amat singkat dan sesingkat mungkin jika berbicara.
"anak muda jaman sekarang" gumam ibu penjual nasi goreng memprotes jawaban Viena yang mana menurut penjual nasi goreng itu tidak sopan Jika Viena menjawab sesingkat itu pada ibu ibu seumuran dirinya.
Padahal jika didengar dari nada bicara Viena ia tidak ketus sama sekali hanya saja Viena pelit kosa kata saja.
Sebenarnya Viena mendengarkan gumaman ibu penjual nasi goreng itu yang berkomentar tentang dirinya, akan tetapi Viena yang tidak ingin banyak bicara itu membiarkan ibu itu berasumsi apapun tentang dirinya, toh enggak ada gunanya Viena mempermasalahkan itu semua.
Sembari menunggu pesanan, Viena menggulir gulir layar ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan selama nasi goreng pesanannya dibuat.
"ini dek, nasi gorengnya" ucao ibu penjual nasi goreng itu, membuat fokus Viena teralihkan kearah tangan ibu penjual nasi goreng yang sedang menyodorkan dua porsi nasi goreng.
"Berapa bu?" tanya Viena
"30rb dek" jawab ibu itu
"ini, terima kasih bu" ucap Viena seraya memberikan uang pada ibu penjual nasi goreng itu dan setelah itu Viena bergegas pergi tanpa menunggu jawaban sama-sama dari pemilik warung nasi gorebg itu.
"kembaliannya dek" seru ibu itu pada Viena, Viena pun menghentikan langkahnya.
"1 porsi, untuk adek itu bu" pinta Viena sembari menunjukan telunjuknya kearah anak remaja yang terlihat lebih muda darinya itu.
Mata ibu penjual nasi goreng itu melihat kearah tangan Viena yang tak lain kearah remaja yang sedang memungut sisa botol botol kosong.
Lalu Viena kembali melanjutkan langkahnga yang sempat tertunda.
"baik juga" gumam ibu itu lalu tersenyum dan tidak lupa ia memanggil remaja yang dimaksud Viena.
"Hey,...kamh. kemarilah" sapa ibu penjual nasi goreng itu kepada remaja pengulung itu.
"apa ibu memanggil saya?" tanya remaja itu seraya masih memperhatikan Viena yang mulai menjauh dengan mobilnya.
"iya, perempuan tadi membayarkan nasi goreng untukmu, tunggulah akan saya buatkan" pinta ibu penjual nasi goreng kepada remaja pengulung itu.
Tentu tibanya Viena di rumahlebih cepat, bertimbang terbalik dengan keberangkatannya ke pewarung nasi goreng.
Tentu itu semua terkendala oleh pencarian terlebih dahulu.
Raut wajah Viena jadi tenang karna sudah tidak sabar lagi mengisi perutnya yang sendari tadi minta diisi.
Didepan pintu Viena berpasan dengan Garel sang suami yang sudah mengenakan stell yang rapi.
"kemana? Nasi go.." ucap Viena terpotong.
"aku makan di luar, nasi gorengnya makan saja buat kamu atau buang saja" ucap Garel enteng dan dengan enaknya ia mengatakan harus membuang nasi goreng yang susah susah Viena cari, seandainya jika bukan keinginan suaminya sudah pasti Viena mampir kewarung yang lebih dekat dari pada warung nasi goreng tadi.
Tapi Viena lagi lagi tidak mempermasalahkan tentu jika ia mempermasalahkan itu akan menguras kosa kata.
Lagi lagi itulah Viena.
Namun Viena memberanikan diri untuk bertanya.
"jam berapa pulang?" tanyanya Viena tidak ingin suasana rumah tangganya kaku, jika belum bisa menerima satu sama lain setidaknya tidak membuat rumah serasa tidak nyaman karna saling abai satu smaa lain.
"bukan urusanmu" jawab Garel ketus lalu meninggalkan Viena yang menatap punggung Garel dengan wajah heran.
Gimana tidak heran, Viena bertanya baik-baik malah rmndapatkan jawaban ketus dari Garel, toh Viena juga sudah lapar jadi lebih baik ia mengurus dirinya sendiri.
Viena segera menuju dapur mengambil dua piring dan memindahkan dua porsi nasi goreng tadi kemasing-masing piring tentunya.
Satunya Viena lahap hingga habis tak tersisa sedikitpun dan satu piringnya lagi Viena letakan dimeja dengan ditutup rapi tanpa berminat memakannya apa lagi membuang nasi goreng itu sesuai apa yang dikatakan suaminya.
Usai makan tidak lupa Viena merapikan kembali meja makan dan membersihkan sisa makanannya.
Setelah urusan perut dan dapur Viena kembali ke kamarnya.
Viena memperhatikan seisi kamatnya yang belum terisi sama sekali.
"kosong" gumam Viena
Ya kamar yang Viena tepati sekarang masih kosong seperti yang dialami Viena mulai dari hari lernikahannha terjadi.
Biasanya Viena selalu mendengar teguran dan nasehat ayah dan kakaknya.
Tapi mulai ini Viena harus menghadapi satu suara suaminya yang entah setiap untaian katanya berdasarkan apa, namun terdengar ketus.
Dreet dreet
Suara panggilan masuk mengalihkan perhatian Viena kearah layar ponsel dan tertera disana nama kontak yang tidak asing.
📱"eemmzh?" dehem Viena seakan bertanya pada seseorang di balik layar sana.
📱"VII..." terika seseorang di seberangan sana "aku dengar kamu menikah? Benarkah Vi? Siapa pria yang menjadi suamimu? Orang mana? Orang kaya?" Cerca seseorang dengan banyak pertannhaan, bahkan Viena belum bisa menjawab satupun pertannyaan dari orang itu.
📱"AGELIA ANDRIN" teriak Vjena balik setelah mendapatkan pertannyaan yang menuritnya tidak tahu kapan akan berhenti pertannyaan dari sahabatnya itu.
Iya nama yang disebut Viena merupakan sahabat dekat Viena.
📱"iya VIENA ANDRIANA SAFFANA" teriak Agelia tidak kalah keras dengan menyebut nama lengkap sahabatnya.
📱"Satu-satu" ucap Viena pelan.
📱"iya iya satu-satu, hehehe" sahut Agelia cengengesan di balik layar sana.
Agelia dan Viena bersahabat sudah cukup lama, jadi ia sangat kenal dengan sahabatnya itu yang sangat tidak suka menjawab satupun pertannyaan borongan seperti tadi meski sebenarnya Viena menangkap semua pertannyaaan itu.
📱"kamu benaran sudah menikah?" tanya Agelia serius.
📱"emmh" jawab Viena seperti biasanya hanya dengan deheman saja.
📱"kamu jahat Vi" ucap Agelia lesu dan hanya bisa menggambarkan satu kata itu untuk sahabatnya itu, jangan di tanya pasti Agelia kecewa pada sahabatnya sendiri yang tidak mengabari tentang pernikahan Viena.
📱"eemmh" lagi lagi Viena hanya bisa mrngiyakan sahabatnya itu dengan deheman saja.
Dilubik hati Viena yang paling dalam ia juga merasa bersalah pada Agelia sahabatnya itu.
jika bukan karna kedatangan keluarga kakek Zirda Az Zardan yang tak lain kakeknya Garel secara tiba tiba semuanya tidak akan terjadi.
Tapi mau bagaimana lagi, itu semua.suda menjadi takdirnya.
📱"kamu enggak mau ngomong apa apa sama aku Vi?" Tanya Agelia tidak habis pikir sama sahabatnya itu, ia berharap sahabatnya itu mengatakan maaf karna tidak mengundangnya dan sama sekali tidak mengabarinya namun hati kecil Agelia membawa ia untuk berpikir jernih, jika Viena sahabatnya itu pasti memiliki alasan sendiri yang belum ia ketahui.
📱"Li,..Maaf, aku terpaksa menikah dadakan semalam" ucap Viena sesal karna tidak mengabark sahabatnya itu. "Li..maaf?" sambung Viena mengulangi permintaan maafnya.
📱"iya, tapi kamu harus jelasin, besok kita ketemh, oke?" tekan Agelia agar tidak ada penolakan dari Viena.
📱"oke, tempat biasa" sahut Viena tanpa ada penolakan sama sekali.
Mau bagaimanapun Viena juga tidak dianggap istri oleh suaminya sendir, jadi wajar saja Viena tidak berpikir untuk mendapatkan izin dari suaminya.
📱"tapi kamu enggak itukan?" Tanya Agelia menggantung namun Viena memahami ke mana arah pertanyaan Agelia.
📱"enggak Li" jawab Viena
📱"lalu kamu nikah siri?" tanya Agelia lagi.
📱"Ku nikah secara Agama dan negara, Agelia"ucap Viena mnegerti maksud sahabatnya itu, yang mungkin terkadang hanya dimengerti antar Viena dan Agelia saja.
📱"aah syukurlah" meski kecewa Agelia tidak ingin jika pernikahan sahabatnya itu hanya pernikahan siri dan amat disayangi apa lagi Agelia tahu jika Viena adalah anak orang yang kaya raya di dikotanya setelah keluarga Az Zardan.
📱"terus siapa suami mu?" tanya Agelia Agelia yang memang dipenuhi pertannyaan di kepalanya itu, namun mengingat Viena harus ditanya satu persatu, maka ia juga harus bersabar dalam bertanya.
📱"cucu kakek Zirdan" jawab Viena menyebutkan nama kaleknya Garel.
📱"kakek yang kamu tolong waktu itu?" tanya Agelia memastikan apakah kakek yang dimaksud Viena adalah kakek yang oernah ditolong Viena beberapa minggu yang lalu.
Semenjak insidenct itulah Viena sudah diyakini kakrk Zirdan cocok menjadi jodoh Garel cucuknya kakek Zirdan.
📱"iya, ternyata kakek Zirdan keluarga Az Zardan" jelas Viena singkat karna pasti mengenali keluarga terpandamg itu yang sudah menyebar di mana mana jika keluarga Az Zardan hanya memiliki saty satunya cucu pewaris keluarga, dalam arti Garel adalah pewaris tunggal keluarga Az Zardan.
📱"maksudmu, Ga,..Garel Gebriel Az-Zardan" cerocos Agelia tak percaya.
📱"emmh"
📱"waah waah benar sesuatu kamu Vi" ucap Agelia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments