Selepas memberikan nasehat untuk Anak dan menantunya Presdir dan Nyonya kembali ke rumah utama mereka berdua cukup yakin bahwasanya Reva mampu merawat dan menyembuhkan trauma yang dialami Tristan.
Sepeninggal Ayah dan Ibu mereka berdua nampak canggung, Tristan lebih banyak membuang waktunya di ruang kerja sedangkan Reva, lebih memilih mengurung diri di kamar.
"Bagai mana memulainya? sekarang saja aku sudah sangat gugup, tidak pernah keluar rumah membuat otak ku beku, aku harus bagaimana mengajaknya bicara tapi mau membicarakan apa?...apa aku tanya Roy saja?, ya diakan jago merayu cewek atau cari di internet..... Tuhan aku bingung...." Tristan gusar sendiri di ruang kerjanya.
Sementara Reva, yang berada di kamar tak jauh beda dengan Tristan, dia bingung bagaimana memulai hubungan mereka.
"Apa yang harus ku lakukan apa aku yang harus memulai duluan tapi aku malu apa pandangannya terhadap ku nanti, dikiranya aku udah ngebet kenapa ayah dan ibu harus pulang kan aku jadi bingung?..."
Reva, melangkahkan kaki ke arah balkon ia menyibak tirai lalu membuka pintu balkon dia berdiri di atas balkon dan memandang taman yang ada dibawahnya ia begitu takjub melihat bunga yang beraneka warna terjejer rapih dan di samping taman terdapat kolam renang yang cukup luas.
Reva mengambil ponsel dan mulai photo mengambil latar taman yang ada di belakang nya
setelah puas reva teringat akan Ayahnya dan dia memutuskan untuk menelpon Ayah.
Beberapa kali panggilan namun tak juga diangkat, membuat Reva khawatir dia berniat turun dan meminta izin kepada Tristan, untuk pergi ke rumah Ayah namun belum sempat ia melangkah suara ponselnya berdering dan terlihat kontak Ayah memanggilnya.
"Halo Ayah kenapa telponnya ga diangkat Reva udah berkali kali telpon?."
"Reva sayang.... sabar dulu, salam dulu, tanya kabar Ayah dulu, kenapa langsung nyerobot gitu gak baik lho." Ayah mengingat kan Reva."
"Iya Yah maaf, soalnya Reva panik telpon ga di angkat, Ayah apa kabar?."
"Ayah baik, kamu sendiri gimana kabarnya?."
"Alhamdulillah Yah, Reva baik."
"Di mana suami mu?."
"Ada di ruang kerja, sepertinya dia sibuk soalnya dari pagi gak pernah keluar, ayah baik baik saja kan?."
"Iya Ayah baik, tadi Ayah sedang sibuk menyiapkan berkas berkas penting yang di perlukan untuk mengumpulkan bukti bukti bahwa Ayah tidak ikut terlibat di dalam kasus penggelapan dana itu."
"Reva kira Ayah kenapa kenapa ya sudah kalau Ayah sibuk nanti Reva hubungi lagi."
"Iya Nak salam buat Tristan ya."
"Baik Ayah akan Reva sampaikan."
Sambungan telpon terputus dan Reva berniat turun menyiapkan makan siang untuk suaminya.
Reva turun kebawah saat sampai di ujung tangga ia berpapasan dengan Tristan, sontak membuat keduanya salah tingkah.
Reva menundukkan kepala, dan berniat kabur dari sana namun belum sempat ia melangkahkan kaki suara bariton tristan mengagetkannya "mau kemana ? istri yang baik itu seharusnya melayani suami dengan benar bukan nya diam saja mengurung diri dikamar aku menikahi mu bukan untuk dijadikan pajangan kamar tapi untuk melayaniku "Tristan mendengus kesal.
Kenapa Kakak memarahi ku, bukankah Kakak juga sama mengacuhkan ku, dari tadi mengurung diri di ruang kerja ga pernah keluar gak pernah nanya keadaanku disini yang tuan rumah kan Kakak,dan aku hanya tamu" Reva tak kalah kesal.
Jadi semua salah ku lagi?, ya ya ya aku selalu salah dan kamu selalu benar, baiklah kamu tamu dan aku tuan rumah jadi seharusnya seorang tamu itu harus tau diri bagai mana bersikap sopan di depan tuan rumah."
Kamu panggil apa tadi,Kakak? baiklah aku akan membiarkan mu memanggil ku Kakak terdengar keren.
"Huh...sudah seperti petasan saja mulutnya rasanya mau aku sumpal pakai sendal ku ini biar diam, baiklah aku yang akan mengalah." Gumam Reva. "
Reva menengadah, memberanikan diri menatap wajah Tristan, lalu dia menyunggingkan senyum sembari berkata.
"Kak Tristan mau kopi?."
"Kenapa tiba tiba kamu berubah baik apa kamu berniat memberi racun pada kopi ku?."
"Ya ampun Kak, jahat sekali tuduhan mu niatku baik tapi kamu mencurigai ku."
"Ya siapa taukan?."
"Emangnya tampang ku ini seperti kriminal ya Kak, memangnya ada pembunuh secantik aku?."
"Kamu punya kepercayaan diri yang tinggi, bahkan sangking tingginya kamu memuji dirimu sendiri." Tristan tersenyum mengejek.
"Berdebat dengan Kakak, gak akan ada habisnya sudah lah aku mau menyiapkan makan siang apa ada makanan yang kakak inginkan untuk menu makan siang ini?."
"emmm..ide mu cerdik juga baiklah aku mau memesan banyak menu hari ini hitung hitung jamuan menyambut tamu ha...ha..." Tristan menemukan ide gila.
"Kalau begitu buatkan aku sop buntut,iga bakar, ayam bakar, ikan bakar, rendang dan juga capcay apa kamu bisa?."
"Kakak mau makan siang atau mau hajatan?baiklah akan aku buatkan tapi dengan syarat."
"Apa pun syaratnya, asalkan kamu bisa membuatkan semua menu pesanan ku."
"Janji!."
"Iya janji."
"Baiklah syaratnya adalah Kakak harus menghabiskan sendiri semua makanan itu bagaimana?."
"Ok...siapa takut, dan aku beri kamu waktu dua jam untuk menyelesaikan tugasmu."
"Ok...tak masalah."
Setelah itu Reva bergegas ke dapur dan membuka kulkas memeriksa bahan yang di perlukan beruntung semua bahan ada dan dia mulai berkutat dengan alat dapur.
Sedang kan Tristan kembali ke ruang kerja dan dalam hati nya berkata "Mana bisa masakan sebanyak itu bisa selesai dalam waktu dua jam, aku pastikan kamu kalah dan aku yang akan menang!."
Tepat dua jam semua menu sudah tersaji di atas meja makan dan Reva meminta Bik Asih memanggil Tristan.
Tristan turun dan terkejut dengan apa yang dia lihat semua menu pesanan nya sudah tersaji di meja makan.
"Bagai mana bisa dia menyelesaikan semuanya hanya dalam waktu dua jam?" Gumam tristan.
"Aku ragu apa masakan ini benar benar matang?."
"Silahkan di coba Kak."
Tristan menarik kursi lalu duduk dia mulai menyendok nasi dan mengambil beberapa lauk, baru satu suap yang masuk ke mulutnya mata Tristan melotot wajahnya memerah, sensasi panas terbakar di lidah,dia mengambil gelas berisi air minum lalu menegak nya hingga tandas.
"Kakak kenapa apa Kakak tidak suka pedas ,wah sayang sekali kalau begitu Kakak kalah."
"Siapa bilang aku tidak suka pedas, kamu lihat saja aku pasti menghabiskan semua makanan ini!."
Tristan kembali menyantap hidangan di atas meja tak perduli seperti apa wajahnya sekarang, bahkan peluh keluar sebesar biji jagung namun dia tetap melanjutkan makan karena gengsi, bila harus mengaku kalah tak lama semua makanan di meja makan ludes.
"Aaaakkk....." Tristan bersendawa.
Selang beberapa menit Tristan merasakan gejolak di perutnya, sakit melilit membuatnya berlari ke kamar mandi dapur.
Baru saja keluar dari toilet tak lama berlari lagi dan entah sudah berapa kali dia bolak balik kamar mandi, melihat hal itu Reva ikut panik dia meminta Bik Asih memanggil Dokter karena Tristan sudah terlihat lemas.
Tak lama dokter Nathan tiba dan segera memeriksa.
"Kamu makan pedas lagi?" Tristan hanya mengangguk, "Kan aku sudah bilang hindari makan asam dan pedas karena kamu punya riwayat sakit lambung."
"Bik Asih!...."
"Iya Dok."
"Kenapa bisa terjadi, bibi kan tau kalau tristan tidak bisa makan pedas tapi kenapa bibi berikan makanan yang saya larang?."
"Maaf Dok bukan saya yang buat makanan tapi Non Reva."
"Reva? siapa??"
"Itu Dok, istrinya Tuan Tristan."
"Istri???"
"Iya, dia istri ku!"
"Kamu sudah nikah kenapa ga ngasih tau aku?"
"Mendadak."
"Alasan mu ga masuk akal."
"Beneran semuanya mendadak, dan juga kami menikah diam diam."
"Kenapa?."
"Permintaan istriku."
"Di mana dia apa kau tak berniat mengenalkan nya padaku?."
Tristan terlihat malas sepertinya dia enggan mengenal kan Reva.
"Kalau sudah selesai sana pulang aku mau istirahat."
"Ishhh sudah di periksa dan di obati malah ngusir,
baik lah aku pulang dan minta Bik Asih menebus obatmu di apotik" Nathan memberikan resep obat pada Tristan.
"Ngomong ngomong udah cetak gol belum? Nathan masih ingin menggoda Tristan, namun sedetik kemudian dia sudah lari karena sorot mata tajam Tristan yang seperti mau menerkam.
Nathan terburu buru berlari dan tidak melihat sosok yang ada di depan pintu dan "Braaak..." Nathan menabrak seseorang membuat nya jatuh tepat di atas tubuh Reva.
"nathan apa yang kau lakukan pada istri ku!."
**Bersambung**.........
terima kasih buat yang udah mampir di lapak aku semoga kalian puas dan mohon maaf kiranya masih banyak tifo yang bertebaran maklumin ya kak namanya juga pemula di tunggu saran dan kritiknya tak lupa juga mohon untuk like dan komen bay b
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
zen
jejak zen kak
2023-10-07
0
Yani
Tristan di kerjain🤣🤣🤣
2023-09-08
1