Bab 4

"Kak Aku capek kita istirahat dulu ya..."

"Ok...kita berhenti sebentar nanti lanjut lagi ya."

"Abis ini kita balapan lagi ya Kak, aku yakin kali ini aku yang menang..."

"Yakiiin???......"

"Iya lah, lihat saja aku pasti bisa mengalah kan Kakak."

Sepasang kekasih terlihat sangat romantis, mereka menghabis kan pagi akhir pekan ini dengan bersepeda di jalanan sesekali mereka saling menggoda.

"Ok Kak kejar aku kalau bisa...."

"Sayang....pelan pelan jangan ngebut..."

"Ayo kak kejar aku!...."

Terlihat gadis cantik itu terus mengayuh sepeda nya sambil sesekali menoleh kekasihnya yang tertinggal di belakang.

"Ayo Kak cepat!..."

Gadis itu terus mengayuh sepeda tampa menghiraukan ucapan sang kekasih, tiba-tiba saat dia menoleh kebelakang sebuah truk besar bermuatan penuh melaju dengan kencang dan "Braaaak....." Kecelakaan tak bisa dihindarkan dan tubuh gadis malang itu terpental hingga beberapa meter dan jatuh dengan kepala menyentuh aspal seketika tristan menjerit histeris.

"Renataaaa!......"

Tristan terduduk di ranjang dengan nafas terengah-engah dan keringat dingin membasahi wajah nya dia berusaha menenangkan diri setelah itu ia beranjak dari ranjang menuju ke nakas mengambil air putih dan meminumnya.

Tristan menuju sofa dan duduk di sana ia teringat kembali akan mimpinya.

"Renata sayang.... kenapa datang lagi, sudah lama aku tak memimpikan kejadian itu lagi tapi kenapa malam ini terulang lagi apa karena dia?....apa kamu marah karena aku menikahinya? Renata maaf kan aku, kamu tau sendiri kan selama hampir sepuluh tahun ini aku membuang diriku itu karena rasa bersalah ku padamu.

" Renata izinkan aku bahagia, aku ingin memulai hidup yang baru bersama nya tapi bukan untuk melupakan mu percaya lah namamu terukir abadi di hatiku aku mencintai mu.

"Ibu memintaku untuk bangkit dari masa lalu, dan aku pikir ibu benar aku tak mungkin terus begini sedangkan engkau tak mungkin kembali, Renata restui aku....." Tristan bergumam seorang diri seolah ada Renata bisa mendengar nya.

Lama termenung Tristan menoleh jam dinding kamar menunjukan pukul dua tiga puluh ia memilih kembali ke ranjang untuk melanjutkan tidurnya.

Tristan kembali terlelap dan memasuki alam mimpi.

Seorang wanita mengenakan gaun putih menjuntai, dengan rambut lurus terurai terlihat berdiri membelakanginya. Tristan melangkah mendekati sosok itu, saat Tristan berada tepat di belakangnya gadis itu berbalik badan dan menatap Tristan sembari tersenyum.

"Reva....."

Dan di samping Reva berdiri seorang gadis dengan gaun yang sama persis seperti yang dikenakan Reva, namun wajahnya pucat dan ekspresi wajah yang sulit ditebak, sosok itu mendekat dia mengambil tangan kanan Tristan dan juga tangan kiri Reva ia satukan kedua tangan itu dan tak lama sosok itu berangsur-angsur hilang. Tristan tertegun lalu dia memanggil nama Renata berulangkali namun sosok Renata makin tak nampak.

"Renata... tunggu jangan pergi...Renata...."

Tristan kembali terjaga dari tidurnya sayup-sayup dia mendengar azan subuh berkumandang ia pun bergegas ke kamar mandi, setelah selesai dengan ritual mandinya ia masuk ke ruang ganti dan memakai sarung serta baju koko tak lupa memakai peci dan membawa sajadah setelah beres ia bergegas turun dan di bawah Ayah sudah menunggunya.

Mereka pergi ke Masjid yang tak jauh dari Mension untuk solat subuh berjamaah.

Sementara itu dikamar nampak Reva tengah mengumpulkan kesadarannya, ia terkejut mendapati dirinya ada di atas ranjang, "Bukan kah semalam aku tidur di sofa tapi kenapa sekarang aku di sini apa dia memindahkan ku,lalu dimana dia apa dia tidur di kamar lain?" Gumam Reva.

Ia bergegas bangun merapikan tempat tidur baru setelah itu masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri setelah beres Reva tak lupa menunaikan kewajibannya untuk beribadah setelah selesai dengan segala urusannya Reva bergegas turun ke bawah dia berniat membuat sarapan nasi goreng spesial untuk menu sarapan pagi ini.

Reva menuruni tangga sampai pada pertengahan tangga ia berpapasan dengan Tristan yang terlihat begitu tampan bahkan ketampanannya berkali-kali lipat dengan busana yang ia kenakan saat ini Reva terpana."Hey mengapa kamu melamun awas ludah mu menetes..." Goda Tristan membuat Reva gelagapan dan membuang muka yang sudah merah seperti kepiting rebus.

Terlihat Tristan mengulurkan tangan dan Reva menyalami tangan besar milik Tristan kemudian Tristan berlalu pergi ke kamar dan Reva menerus kan niatnya untuk memasak nasi goreng.

"Tuhan...mengapa begitu sempurna kau menciptakannya dia sangat tampan dan memukau kalau begini terus bisa meledak jantungku oleh nya" Gumam Reva sambil senyum tersipu.

Reva terlihat begitu lihai memegang alat masak, bagaimana tidak sejak kecil dia memang sudah hobi memasak mungkin karena tidak memiliki ibu membuat nya menjadi anak yang mandiri meski di rumahnya memiliki banyak pelayan tapi Reva tetap memasak makanan yang dia inginkan.

Bik Asih terlihat heboh karena nona mudanya masuk ke dapur Bik Asih melarangnya karena takut Tuannya marah, namun Reva bersikeras sehingga BIk Asih mengalah dan membiarkan Reva di sana, setelah selesai Reva meminta BIk Asih membantunya menata hasil masakan nya di meja makan.

Setelah selesai Reva berniat memanggil suami dan mertuanya, ia mencari keberadaan mertuanya namun tidak ia temui di sudut manapun, dan kebetulan ada Pak Supri tukang kebun yang melintas lalu Reva menanyakan keberadaan mertuanya.

"Maaf pak ...apa bapak melihat ayah dan ibu dimana?."

"Tuan dan Nyonya ada di taman samping Non mereka sedang olah raga ringan, silahkan Nona lewat pintu samping sebab taman ada disebelah sana" Pak Supri menjelaskan.

"Baik Pak terima kasih..."

"Sama-sama Non...." Supri pun berlalu.

Reva mengikuti arahan Pak Supri dan ternyata benar Ayah dan Ibu sedang ada di taman, mereka sedang melakukan pijat refleksi dengan berjalan di atas batu kerikil yang sudah tersusun rapi di taman tersebut. Reva bergegas menghampiri keduanya.

"Pagi Ayah... pagi Ibu..." Sapa Reva."

"Reva sayang... Kemari nak kamu sudah bangun bagai mana tidurmu semalam nyenyak?" Tanya Ibu.

"Iya Bu Reva tidur nyenyak ..."

Syukurlah kalau begitu itu artinya kamu betah tinggal di sini" Sahut ibu.

"Ayah, Ibu ayo kita sarapan Reva sudah buat nasi goreng spesial buat menu sarapan kita."

"O..ya..kalau begitu ayo kita masuk." Ajak Ayah.

Di mana suamimu apa dia sudah turun?." Tanya Ibu.

"Belum Bu nanti Reva panggil."

"Reva,...ada yang ingin Ayah bicarakan sama kamu tapi nanti setelah kita sarapan."

"Baik Ayah."

"Ayo panggil Tristan kita sarapan bersama." Ucap ibu dan Reva segera berjalan menaiki tangga.

Sementara itu Tristan tengah berdiri di balkon kamarnya pandangan nya tertuju pada taman yang ada di bawah nya terlihat tiga orang yang sedang berbincang.

Ayah,Ibu dan Reva, mereka terlihat sudah begitu akrab sesekali terdengar gelak tawa mereka Tristan kembali mengingat mimpinya semalam.

"Renata apa itu artinya kamu sudah merestui kami? kalau benar adanya seperti itu baiklah aku akan membuka hati dan diriku untuknya."

Lihat lah tingkah nya sama sepertimu bahkan sifat nya yang ceria dan mudah akrab persis seperti mu ...apa mungkin tuhan mengirimkan dia sebagai penggantimu?."

Tristan berbicara sembari menatap tiga orang di bawah sana...setelah itu ia memutuskan untuk turun dan menemui mereka namun baru saja dia menuruni tangga, Reva terlihat menaiki tangga dan sesaat tatapan mereka bertemu "Degh...." Mereka sama sama terpaku dalam diam dan hanya mampu memandang tampa mau bertegur sapa.

"Ya tuhan tolong kuat kan jantungku jangan biarkan dia meledak karena debaran ini" Batin Reva.

Sementara Tristan ikut membatin dan mengumpat dirinya. "Ya tuhan kalau begini terus bisa mati kejang aku, kenapa perasaan ini begitu membuncah ingin sekali aku mendekatinya dan memeluk tubuh mungilnya namun apa daya aku gengsi."

"Tristan Reva, sampai kapan berdiri di situ terus keburu pingsan Ayah dan Ibu nahan lapar!, mana bau masakannya sangat menggoda ayo cepat kemari!" Ibu berteriak memanggil keduanya membuat mereka seperti tertampar dan wajah yang memanas karena malu.

Keduanya melangkah beriringan menuju meja makan dan mengambil tempat duduk bersebelahan. Reva kemudian mengambil piring untuk Tristan dan mengisinya nasi goreng beserta telur ceplok serta pelengkap lainnya baru setelah itu ia mengambil untuk dirinya.

Melihat Reva yang seperti itu membuat Ibu lega setidaknya Reva bisa di andalkan untuk mengurus Tristan.

Mereka mulai makan dan di suapan pertama ketiganya saling tatap...mereka mulai mengunyah makanan yang ada di dalam mulut mereka, terkejut apa benar ini buatan Reva mengapa rasanya seperti masakan chep handal?."

"Wah...Reva, kamu jago masak ya nasi goreng buatan mu enak sekali" Puji ibu.

"Kamu beruntung Tristan, dapat istri seperti Reva, sudah cantik, baik, pintar masak lagi...." Ayah ikut memuji membuat Reva menunduk malu.

Sementara Tristan yang di sindir terus makan dengan tenang tak menyahuti ucapan kedua orang tuanya.

Selesai sarapan Ayah dan Ibu memanggil Reva ke dalam kamar mereka dan memberikan sedikit nasehat untuknya.

"Reva, setelah ini Ayah dan Ibu sudah harus pulang ke rumah utama, jadi mulai sekarang Ayah dan Ibu menitipkan Tristan padamu, rawat dan layani dia dengan baik, Ibu dan Ayah percaya kamu mampu melakukannya tetaplah bertahan dan bersabar menghadapi kelakuannya Ayah dan Ibu mengandalkan mu semoga saja Tristan bisa sembuh dari kesakitan dan trauma yang ia rasakan selama ini."

"Ayah dan ibu akan pulang kemana? bukan kah ini rumah kalian juga. Ayah, Ibu, Reva tidak yakin bisa memenuhi permintaan kalian kalau Reva hanya sendiri lihat saja sikapnya yang dingin begitu" Reva takut Ayah.

Kedua orang tua itupun tertawa mendengar rengekan Reva.

Reva sebenarnya Tristan, itu orang nya sangat lembut dia juga hangat sikapnya seperti sekarang ini di sebab kan oleh kejadian yang menimpanya dulu percayalah dia tidak akan menyakitimu.

Niat kami pulang ke rumah utama untuk memberikan kalian waktu berdua agar kalian bisa memahami satu sama lain saling mengenal, Ayah dan ibu khawatir bila ada kami di sini Tristan akan merasa terganggu.

"Ayah juga akan menasehatinya...."

Setelah itu Ayah dan ibu keluar menemui Tristan, dan mengajaknya bicara dari hati kehati mereka mengajak Tristan ke ruang kerjanya.

"Tristan, cobalah untuk membuka hati dan cobalah untuk menerima kehadiran Reva, dia gadis yang baik,lupakan masa lalu jangan biarkan dirimu terus tenggelam di sana kamu masih muda kamu punya masa depan yang cerah, dan kamu adalah harapan kami satu satunya, lihatlah Ayah dan Ibu sudah tua sudah seharusnya kami menimang cucu ....masa depan keluarga ini bergantung pada mu Tristan."

"Baiklah Ayah, Ibu, Tristan akan mencoba semuanya dari awal, Tristan mohon doa kan Tristan ya Yah..Ibu."

"Pasti Nak doa kami selalu ada untuk mu...."

Bersambung.......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!