Hari itu terjadi sebuah kesepakatan antara Dave dan juga Adrian.
"Saya akan kembali ke ruangan saya untuk mengerjakan semuanya pak."
"Pergilah Dave."
Setelah mengatakan hal tersebut Dave keluar dari ruangan Adrian, kini hanya tinggal Adrian saja yang ada di dalam ruangannya.
"Anyelir ya Anyelir, Meira sering sekali mengatakan bahwa karya Anyelir luar biasa, namun sampai saat ini aku sama sekali belum pernah membaca novelnya, bukan hanya novel namun sinopsis novelnya pun aku sama sekali tidak tertarik."
Adrian mengatakan hal tersebut sambil menyandarkan kepalanya di kursi, entah mengapa dengan cepat dirinya memberikan persetujuan ketika rumah produksinya akan mengadaptasi salah satu karya novel dari Anyelir.
Sementara itu pagi ini seperti biasa Kiara mengantarkan Helen untuk menuju ke sekolahnya.
"Sayang, sekali lagi maafkan mama ya sayang, hari ini mama tidak dapat bertemu dengan wali kelas mu, namun mama sudah membayar semuanya, jadi kau bisa sekolah dengan tenang."
Helen yang mendengarkan alasan Kiara untuk kesekian kalinya hanya memandang tajam ke arah Kiara lalu turun begitu saja dari dalam mobil tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Sayang, suatu saat engkau akan bisa mengerti nak, Helen maafkan mama."
Kiara mengatakan hal tersebut sambil menatap Helen dari dalam mobilnya.
Dengan perasaan yang resah akhirnya Kiara kembali mengemudikan mobilnya untuk menuju ke arah toko buku.
"Selamat pagi Anyelir."
Begitu sampai di toko buku, ada satu orang laki - laki tampan menyapa Kiara dengan senyum manisnya.
"Selamat pagi juga dokter Hendra."
Kiara yang sangat mengenal laki - laki tersebut langsung mendekatkan diri dan menjabat ke dua tangannya.
"Ada apa gerangan toko buku ku pagi - pagi sekali sudah mendapatkan kunjungan dokter psikiater tampan seperti anda."
"Ah kebetulan aku hanya mampir sebelum aku dinas pagi di rumah sakit."
"Hendra terima kasih yah."
"Terima kasih untuk apa Kiara?"
Hendra mengatakan hal tersebut sambil mengernyitkan dahi.
"Terima kasih karena kau memperbolehkan aku untuk menggunakan profesi mu di dalam novel terbaru ku, aku mengangkat kehidupan dokter psikiater seperti mu."
Senyum manis Kiara sungguh membuat hati Hendra pagi ini menjadi bertambah bahagia.
"Ah kau tidak perlu berterima kasih kepada ku Kiara, aku senang bisa membantu wanita cantik seperti mu."
Dengan tenang Hendra mengatakan hal tersebut yang pada akhirnya di sambut gelak tawa dari Kiara.
"Sungguh Hendra, kau pintar sekali untuk merayu wanita, pasti banyak sekali wanita yang ingin menjadi kekasih mu, jangan banyak memilih Hen, untuk kita yang berusia di atas tiga puluh tahun, tampang sudah bukan menjadi nomor satu lagi bukan? yang terpenting adalah bagaimana tanggung jawab dari seseorang yang kita cintai."
Hendra hanya tersenyum dengan semua perkataan Kiara.
"Aku belum ingin untuk menikah Kiara."
Jawaban singkat langsung membuat Kiara terdiam.
"Ya kau benar Hen, pernikahan bukanlah perlombaan, menikahlah ketika engkau sudah siap."
Tidak ada satu kata lagi yang terucap dari mulut Hendra kecuali senyumannya.
"Jadi apakah secangkir kopi dan makan malam bisa aku dapatkan dari seorang penulis cantik bernama Anyelir?"
"Dengan senang hati dokter Hendra yang tampan, malam ini izinkan aku yang mentraktir mu, novel ku cinta sang dokter sukses besar Hen, banyak sekali pembacanya, jadi jika hanya secangkir kopi dan makan malam sederhana aku masih bisa membayarkan."
"Dengan senang hati Anyelir."
Setelah mengatakan hal tersebut Hendra membeli beberapa buku dan keluar dari toko buku milik Kiara.
"Mbak Kiara dokter Hendra tampan ya mbak."
Jen yang sejak tadi tidak berhenti menatap Hendra tiba - tiba mengatakan hal tersebut kepada Kiara.
"Ya Jen, Hendra memang tampan, bukan hanya tampan wajahnya, namun hatinya juga sangat tampan."
"Nah pas dengan mbak Kiara bukan? Dokter Hendra tampan, mbak Kiara manis kenapa tidak bersatu saja daripada mbak Kiara terus menjodohkan dokter Hendra dengan teman - teman mbak Kiara."
"Masih pagi Jen, jangan menghalu."
Kiara mengatakan hal tersebut sambil berlalu dari hadapan Jen.
"Tapi Jen serius mbak, mbak Kiara dan dokter Hendra itu serasi sekali, kenapa mbak Kiara tidak membuka hati saja untuk dokter Hendra, sebelum ada wanita lain yang memilikinya mbak."
Jen mengatakan hal tersebut sambil berteriak-teriak, namun Kiara yang sudah masuk ke dalam ruangan memilih untuk tidak memberikan tanggapan kepada Jen.
"Seandainya kau tau Jen sebenarnya hati ini masih menjadi milik satu laki - laki yang sudah meninggalkan ku lebih dari sepuluh tahun lamanya."
Kiara mengatakan hal tersebut sambil menyandarkan kepalanya di kursi, dengan perlahan ke dua matanya kembali terpejam, Kiara mengingat -ingat kembali masa putih abu - abu dimana dirinya untuk pertama kali bertemu dengan laki -laki pujaan hati sekaligus ayah kandung dari putri kesayangannya Helen.
Sementara itu di rumah sakit.
"Selamat datang dokter Hendra."
"Pagi suster Dian, bagaimana apakah hari ini aku ada pasien?"
Begitu sampai di rumah sakit, suster Dian segera menyambut dokter Hendra di dalam ruangannya.
"Untuk hari ini hanya tiga orang dokter Hendra."
"Ah baguslah jika seperti itu, malam nanti aku ada acara, jadi hari ini aku bisa pulang lebih cepat."
Dokter Hendra mengatakan hal tersebut sambil sibuk memeriksa riwayat pasien tanpa memperhatikan satu wanita yang sejak tadi menatapnya.
"Suster Dian, apakah anda baik - baik saja?"
Deg
Dian yang saat itu menatap tajam ke arah dokter Hendra harus berusaha untuk mengalihkan tatapannya.
"Aku baik - baik saja dokter."
"Segera panggilkan pasien pertama sus."
"Baik dokter."
Dian mengatakan hal tersebut sambil mengambil berkas - berkas pasien yang masih ada di meja dokter Hendra.
Sampai kapan aku harus terus seperti ini, apakah anda tidak mengetahui jika aku menaruh hati terhadap anda dokter? Atau anda memang betul-betul tidak menyadarinya?
Suster Dian mengatakan hal tersebut di dalam hati sambil menuju pintu keluar ruang praktek untuk memanggil satu per satu pasien dari dokter Hendra..
Cinta terpendam yang dialami oleh satu orang perawat cantik yang hampir setiap hari bertemu dengan sang pujaan hati, namun tidak bisa untuk mengungkapkan perasaannya karena profesional kerja dan belum tentu sang pujaan hati memiliki perasaan yang sama dengannya.
Pada akhirnya cinta dan perawat cantik hanya bisa menjadi cinta terpendam saja.
Hari itu Dian sang perawat cantik hanya bisa berada di dekat dokter Hendra tanpa bisa mengatakan hal apapun juga.
Sementara itu menjelang sore di toko buku, Jen tiba - tiba saja berlari masuk ke dalam ruangan Kiara.
"Mbak, mbak Kiara bangun."
Jen masuk ke dalam ruangan dan seperti biasa Jen akan selalu melihat Kiara tertidur dengan pulas...
"Ada apa Jen?"
"Itu mbak di luar ada orang dari rumah produksi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments