Untuk kesekian kalinya Kiara harus menenangkan dirinya sendiri, mengobati luka hatinya dan menghapus air matanya juga seorang diri.
Tidak ada yang pernah mengetahui bahwa hampir setiap malam air mata menjadi teman tidur Kiara, tidak ada yang pernah mengetahui bahwa hampir setiap hari Kiara berjuang untuk bisa memberikan maaf terhadap satu laki - laki di masa lalu yang sampai saat ini mungkin tidak pernah mengingat bahwa dirinya pernah hadir di dalam cerita kehidupannya.
Pagi ini Kiara berusaha untuk kembali menghapus air mata dan kembali melajukan mobil kesayangannya ke arah jalan raya.
"Pagi mbak Kiara."
Begitu sampai di depan toko buku satu wanita langsung menyapa Kiara yang baru saja turun dari dalam mobil.
"Pagi Jen, toko sudah kamu buka?"
"Sudah mbak, Jen, buang sampah dulu ya mbak."
Kiara tersenyum dan langsung menganggukkan kepalanya.
Dengan langkah yang mantap Kiara berjalan masuk ke dalam toko buku miliknya.
Satu usaha yang dirintis sudah hampir dua tahun ini, karir Kiara yang menjadi seseorang novelis membuat dirinya ingin untuk novel - novel di Indonesia memiliki daya tingkat baca yang tinggi, untuk itulah dirinya nekat memulai usaha toko buku meskipun saat ini dunia digital sudah menguasai.
"Jen, ada bunga? ini dari siapa Jen?"
Begitu masuk ke dalam ruangan Kiara melihat buket bunga mawar merah tergeletak di meja kerjanya
"Biasa mbak Kiara dari fans mbak Kiara, lihat saja di kartu ucapannya untuk Anyelir."
Jen yang baru saja membuang sampah masuk kembali ke dalam toko dan mengatakan hal tersebut kepada Kiara.
"Anyelir kan nama mbak Kiara di dunia novelis, jadi sudah pasti bunga ini dari penggemar rahasia mbak Kiara."
"Iya aku tau, tapi bagaimana dia bisa mengetahui jika Anyelir itu ada di sini?"
"Bisa saja mbak, apa sih yang tidak bisa laki -laki lakukan jika ingin mendapatkan sesuatu yang sangat berharga?"
"Darimana kau tau jika pengiriman bunga ini adalah kaum laki - laki Jen?"
Kiara mengatakan hal tersebut sambil mengernyitkan dahi kepada Jen.
"Yakin sekali mbak, karena hanya kaum laki - laki yang mendadak berubah menjadi detektif untuk menyelidiki wanita yang membuatnya penasaran."
Dan seketika itu juga Kiara langsung tertawa.
"Jen, ada - ada saja kamu, ya sudah tolong di rawat ya Jen bunga-bunga ini, bagaimanapun juga kita harus tetap menghargai pemberian dari seseorang bukan, karena dia membeli ini pasti menggunakan uang dan semua itu tidak gratis."
"Siap mbak Kiara."
Jen mengatakan hal tersebut sambil memberikan hormat kepada Kiara yang saat ini tersenyum melihat kelakuan pegawai kesayangan itu, hari ini Kiara kembali tenggelam di dalam setiap karya - karya novel yang dia tuliskan.
Dengan novel, Kiara bisa bebas menuangkan setiap emosi dan juga setiap rasa yang sampai saat ini masih bergumul dan belum bisa dia lepaskan dengan baik.
Sementara itu di hari yang sama nampak satu orang laki - laki begitu bahagia sedang menggunakan camera ponselnya untuk mengabadikan acara.
"Papa Adrian, papa hari ini aku juara kelas loh."
Satu orang anak kecil berusia delapan tahun berlari dengan gembira menghampiri sang ayah.
"Sayangku Michelle, papa bangga sekali dengan mu."
Sang ayah mengatakan hal tersebut sambil menggendong putri kecilnya yang bernama Michelle.
"Michelle sayang jangan berlari -lari seperti itu, nanti jatuh."
Di belakang sang anak kecil nampak satu wanita cantik berkulit putih menggunakan dress hitam mencoba mengejar sang anak namun tampaknya sangat kewalahan.
"Sayang, apakah pengambilan rapotnya sudah selesai? maafkan aku tidak bisa menemani mu pekerjaan di kantor hari ini sangat padat."
"Tidak masalah Adrian, aku sangat mengerti posisi mu sebagai seorang CEO."
Adrian mengatakan hal tersebut sambil memeluk erat wanita yang sangat dia cintai.
"Terima kasih Meira istri ku, memang tidak salah aku memilih mu menjadi istri, kau yang pintar, cantik dan juga bisa mengurus suami dengan baik, terima kasih karena aku sangat bangga bisa menjadi pemimpin mu."
"Ssst, Adrian hentikan, malu ini masih didepan umum, dan ada anak kita juga yang melihat."
Meira mengatakan hal tersebut sambil berusaha untuk melepaskan pelukannya dari Adrian.
"Ah sayang kau akan selalu seperti ini jika aku ingin menunjukkan perasaan cinta ku terhadap mu."
"Nanti saja di rumah."
Dengan lembut Meira mengatakan hal tersebut sambil mengusap punggung Adrian, satu hal yang sangat di sukai oleh Adrian dan Meira mengetahui bahwa hal ini.
"Nah sayang anak papa yang pintar, karena hari ini Michelle Juara kelas, papa akan mentraktir Michelle."
"Asyik, Michelle mau es krim yang ada di sana pa."
Michelle mengatakan hal tersebut sambil menunjuk satu toko es krim di seberang jalan.
"Baiklah sayang, ayo kita pergi."
Dan Adrian mengatakan hal tersebut sambil mengangkat Michelle ke pundaknya, satu hal yang selalu di lakukan oleh Adrian kepada putri kecilnya, hal tersebut dilakukan Adrian sebagai bentuk tanda cintanya terhadap sang putri semata wayangnya tersebut.
Sepasang suami istri yang sangat ideal kini berjalan menyebrang jalan untuk masuk ke toko es krim, ada sukacita dan kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah ke tiganya.
Dan tak jauh dari tempat tersebut ada satu gadis remaja yang sejak tadi memperhatikan keharmonisan pasutri tersebut.
"Hei Helen kau menangis?"
Deg
"Ah di mata ku hanya ada debu saja."
Helen yang siang itu melihat sepasang suami istri penuh cinta kembali menitihkan air mata, kerinduannya akan sosok ayah semakin kuat ketika melihat keharmonisan mereka bertiga.
Sesak dada Helen ketika melihat pemandangan bahagia tersebut.
"Kau tidak bohong kan Helen?"
Dengan cepat Helen langsung menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak bohong Kes, ayo kita kembali ke sekolah saja, kita makan es krimnya di kantin sekolah saja Kes."
Dengan cepat Helen kembali menarik tangan Keisha untuk kembali berjalan ke arah gerbang sekolah.
"Tunggu Helen, kau sendiri yang mengatakan siang ini ingin sekali makan es krim di toko seberang kan, lalu kenapa tiba - tiba membatalkan seperti ini?"
Keisha yang mengetahui keanehan temannya langsung melepaskan genggaman tangannya dari Helen.
"Aku sudah tidak menginginkannya lagi Kes."
"Kau tidak bohong kan Helen? "
Keisha mengatakan hal tersebut sambil mengernyitkan dahi untuk bisa mencari kejujuran di dalam perkataan Helen.
"Terserah kau mau percaya atau tidak, tapi aku tidak mau makan es disana."
Helen yang sudah kesal akan pertanyaan Keisha mengatakan hal tersebut sambil berjalan meninggalkan Keisha begitu saja.
"Iya, iya aduh Helen jangan marah, Helen tunggu aku!"
Keisha berlari menyusul langkah kaki Helen yang tiba - tiba berjalan dengan cepat sekali.
Rasa sedih di hati Helen lah yang membatalkan semua rencananya hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments