Setelah Kiara selesai mengatakan hal itu, dengan perlahan Kiara turun dari dalam mobilnya dan melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.
"Ma, kenapa hari ini mama lupa untuk menjemput Helen?"
Begitu membuka pintu rumah, Helen yang saat itu sedang duduk di ruang tamu langsung mengatakan semuanya kepada sang ibunda.
"Helen sayang maafkan mama, tadi mama sempat ketiduran nak."
"Mama bilang nama ketiduran?"
Helen mengatakan hal tersebut dengan beranjak dari tempat duduknya.
"Ya nak, seharian ini, mama menyelesaikan banyak naskah novel dan setelah itu mama ketiduran di toko."
"Ma, mama sadar dengan apa yang mama katakan tadi? Mama tau akibat dari apa yang mama lakukan terhadap ku? Ma Helen harus berjalan untuk pulang ma, dan perjalanan itu tidak dekat, Helen menghubungi mama berkali - kali karena uang Helen ada di dalam mobil mama, dan mama sama sekali tidak mengangkatnya."
Helen mengatakan hal tersebut dengan kemarahannya yang meledak-ledak.
"Mama pasti juga lupa, kalau besok Helen harus membayar sejumlah uang buku bukan?"
Deg
Kiara kini tersadar dengan apa yang telah dikatakan oleh Helen, dan itu semua benar apa adanya.
"Sayang maafkan mama, tapi untuk ini mama juga lupa."
"Dan mama pasti juga tidak ingat jika pembayaran itu mama sendiri yang harus datang ke sekolah Helen?"
Deg
Kini Kiara betul - betul diam mematung untuk mendapatkan kemarahan dari san anak.
"Sayang, maafkan mama, mama betul - betul lupa, nak besok mama tidak bisa ke sekolah mu, ada pekerjaan yang harus mama selesaikan, nanti mama hubungi ibu kepala sekolah ya sayang."
"Mama sebenarnya sayang Helen atau tidak sih? .
Setelah mengatakan hal tersebut Helen langsung berlari naik ke lantai dua.
"Helen sayang, mama sayang sekali dengan Helen, sayang mama minta maaf yah."
Kiara berteriak mengatakan hal tersebut kepada Helen yang kini hanya terdengar pintu kamarnya saja yang di banting.
Dengan perlahan Kiara pada akhirnya duduk di atas sofa dan mulai menangis.
"Kiara kenapa kau begitu bodoh, kenapa kau sama sekali tidak mengingat kebutuhan anak mu sendiri, seharian kau sibuk bekerja sampai kau melupakannya, Kiara kau memang bukan ibu yang baik."
Dengan penuh derai air mata Kiara mengatakan hal itu, sungguh hari ini sesak sekali hati Kiara ketika sang putri semata wayangnya betul - betul marah dengan semua hal yang telah dia lupakan.
Malam hari ini pada akhirnya Helen tidak mau untuk menyentuh makan malam yang dibuatkan oleh Kiara.
"Sayang jika Helen lapar, makanannya mama taruh di dalam kulkas, nanti Helen bisa langsung taruh di microwave yah."
Kiara mengatakan hal tersebut sambil mengetuk pintu kamar Helen berkali-kali namun sama sekali tidak mendapatkan jawaban apapun.
"Sayang sekali lagi mama minta maaf."
Setelah mengatakan hal tersebut Kiara yang sudah pasrah pada akhirnya masuk ke dalam kamarnya dan mencoba untuk beristirahat.
"Semoga besok kemarahan Helen sudah mereda, aku mohon Tuhan."
Di dalam kelelahannya, saat Kiara berbaring, dia mengatakan hal tersebut dan berharap kemarahan Helen bisa mereda dengan cepat, karena jika tidak, Kiara tidak tau lagi bagaimana harus menghadapi putri tercintanya tersebut.
Malam hari ini pada akhirnya Kiara mencoba untuk memejamkan ke dua matanya dan mencoba untuk beristirahat dengan tenang dan tidak memikirkan sang putri tercinta.
"Selamat pagi pak Adrian."
Pagi ini satu orang laki -laki tampan mengatakan hal tersebut saat Adrian masuk ke dalam ruang kerjanya.
"Pagi Dave, bagaimana apakah hari ini ada kendala?"
"Ada pak Adrian."
Dengan cepat Adrian yang saat ini sudah duduk di kursinya langsung mengernyitkan dahi.
"Masalah apa Dave?"
"Ini pak."
Dave sang asisten pribadi mengatakan hal itu sambil memberikan beberapa berkas kepada Adrian.
"Rumah produksi saingan kita saat ini sedang memproduksi film layar lebar dan film tersebut sukses."
Adrian yang mendengarkan laporan dari Dave langsung membuka - buka berkas yang telah di berikan.
"Apa yang membuat film mereka sukses Dave?"
"Rumah produksi tersebut mengambil cerita adaptasi novel pak Adrian."
"Ya dan saat ini hampir semua cerita layar lebar tentang percintaan di ambil dari novel bukan?"
"Betul pak, namun rumah produksi ini mengadaptasi cerita dari salah satu novel platform, dan rumah produksi ini mengambil cerita yang memiliki jumlah pembaca terbanyak di platform novel online tersebut."
Cukup lama Adrian terdiam dan membaca semua berkas yang ada.
"Aku tau Dave, aku tau strategi rumah produksi itu."
"Betul pak, bukan hanya satu rumah produksi saja yang melakukannya, namun hampir seluruh ruang produksi saat ini seperti itu."
"Ya kau benar Dave, lantas apa yang saat ini harus kita lakukan?"
"Alangkah baiknya untuk kita melakukan hal yang sama pak Adrian."
Namun dengan cepat Adrian langsung menggelengkan kepalanya..
"Aku kurang percaya terhadap kemampuan para penulis platform novel digital Dav, ya memang pembaca novel digital lebih banyak, namun cerita yang dihadirkan seperti apa itu yang masih membuat ku ragu, jika kita mengadakan pemilihan itu masih juga membuat ku ragu."
"Tapi pak tidak ada salahnya untuk di coba, banyak sekali rumah produksi sukses dan untung besar ketika mereka berhasil mengadaptasi satu karya baru pak."
Dave terus mencoba menyakinkan sang atasan agar bisa percaya dengan apa yang dia yakini.
"Apakah kau ada referensi seorang penulis platform novel digital untuk karyanya bisa kita adaptasi?"
"Ada pak, ini."
Dave menunjukkan salah satu novel digital kepada Adrian.
"Anyelir?"
Dengan cepat Dave langsung menganggukkan kepalanya.
"Betul pak, sampai saat ini belum ada satupun rumah produksi yang mengadaptasi karyanya, meskipun novel tersebut memiliki banyak pembaca."
"Kenapa itu bisa terjadi Dave?"
"Karena hampir semua novel karya Anyelir bercerita tentang wanita yang kuat dan itu kurang menarik rumah produksi pak."
"Kau ini aneh Dave, kau meminta ku untuk mencoba membaca tulisan ini, namun di satu sisi tidak ada satu pun rumah produksi yang mencoba untuk mengadaptasi karyanya, jadi bagaimana?"
"Pak, mereka hanya belum mendapatkan pemeran yang pas, belum mendapatkan rasa yang bisa untuk dihidupkan, semua tergantung dari sang sutradara serta penulis yang akan kita libatkan langsung untuk film ini."
Kembali Adrian terdiam dengan semua hal yang telah dikatakan oleh Dave.
"Jujur aku masih kurang yakin dengan semua ide mu, namun tidak ada salahnya kita coba, namun karena Anyelir bukan termasuk penulis profesional di Indonesia, akan lebih baik jika kita tidak terlalu menggunakan anggaran besar untuk film yang akan kita produksi nanti."
"Untuk Masalah anggaran saya akan serahkan kepada pak Adrian."
"Baiklah, lebih baik kau segera mengurus administrasinya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments