Hati yang patah, namun bukan karena patah hati telah di rasakan oleh Helen berulang - ulang ketika dirinya melihat keluarga yang harmonis dan untuk kesekian kalinya Helen harus menutup pintu hati rapat - rapat agar setiap orang tidak mengetahui kesedihan yang telah dia alami saat ini.
"Meira, asyik sekali, apa yang kau baca sayang?"
Di dalam mobil Adrian menegur Meira yang sejak tadi sibuk memperhatikan ponselnya sambil memangku Michelle yang kini telah tertidur di dalam pangkuannya.
"Ah mas Adrian, ini aku sedang membaca novel online, coba lihatlah."
Meira mengatakan hal tersebut kepada Adrian yang kini bisa memperhatikan sejenak karena sedang menunggu lampu merah jalan raya berakhir.
"Anyelir?"
Dengan cepat Meira menganggukkan kepalanya.
"Iya mas, novel karya novelis Anyelir ini bagus- bagus, dan pembacanya pasti banyak mas untuk setiap novel yang dia tulis di aplikasi novel online."
"Ah, paling juga novel percintaan seperti itu bukan?"
"Iya mas, tapi sungguh berbeda, Anyelir banyak mengupas tentang cinta dan kesehatan mental di dalam novelnya, dan ini yang membuat novelnya menjadi bagus."
Meira menceritakan semua hal yang dia baca dari novelis bernama Anyelir, dan Adrian yang tidak mengerti akan apa yang di bicarakan sang istri tercinta hanya mengangguk - anggukan kepala saja.
"Mas kenapa tidak mencoba untuk mengangkat salah satu novel Anyelir untuk dijadikan cerita layar lebar saja? Pasti akan banyak yang menonton, rumah produksi yang mas pimpin seharusnya bisa untuk melakukannya bukan?"
Sesampainya di rumah Meira masih terus saja membahas tentang novelis bernama Anyelir.
"Istri ku tercinta, ketika di rumah mas sedang tidak ingin membicarakan tentang pekerjaan, mas ingin menghabiskan waktu bersama dengan mu di cuti mas hari ini, jadi.."
Tiba - tiba saja Adrian langsung menggendong Meira dan menaruhnya di atas tempat tidur.
"Sore ini mas sangat merindukan sentuhan hangat mu sayang."
Satu bisikan mesra Adrian katakan di telinga Meira.
"Tapi mas bagaimana kalau Michelle masuk ke dalam kamar ?"
"Kau tidak perlu khawatir sayang, ada suster yang saat ini sedang asyik bermain bersama anak kita, dan aku berani menjamin jika Michelle tidak akan menganggu ku pada sore hari ini."
Adrian mengatakan hal tersebut sambil membuka satu per satu kancing baju Meira.
Ciuman lembut mulai Adrian daratkan ke bibir sang istri tercinta, dan menjadi satu keahlian Adrian yang sangat membanggakan ketika dirinya bisa dengan mudah mengetahui titik rangsang dari sang istri.
Dengan cepat Adrian berhasil melucuti semua pakaian digunakan oleh Meira dan kini tubuh indah sang istri terpampang nyata di hadapan ke dua matanya.
"Mas apa kau lihat?"
Meira mengatakan hal tersebut sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
"Aku sedang memandang tubuh indah wanita yang aku cintai, jadi aku mohon untuk kau tidak menutupi tubuh indah ini."
Adrian mengatakan hal tersebut sambil menyingkirkan kembali selimut yang dipakai Meira untuk menutupi tubuhnya.
"Mas, aku turun mesin, karena bukan gadis lagi, aku sudah memiliki Michelle, jadi mas tidak perlu memuji ku sampai seperti ini."
Meira mengatakan hal tersebut dengan penuh tidak percaya diri.
"Justru karena kau kini telah menjadi milik ku seutuhnya, justru karena kau telah memberikan buah hati yang begitu cantik, itu lah yang membuat ku semakin mencintai mu sayang."
Setelah mengatakan hal tersebut Adrian kembali mencumbu tubuh sang istri tercinta, suara demi suara merdu dari Meira kini semakin terdengar ketika Adrian mulai menyentuh bagian demi bagian sensitif dari tubuh Meira.
Dengan sangat baik Adrian memperlakukan Meira di atas tempat tidur, dan hal itulah yang membuat Meira masih menaruh kekaguman terhadap sang suami tercinta.
Hentakan demi hentakan cinta pun terjadi di atas tempat tidur, cairan demi ****** ***** menyembur dengan sempurna ke dalam rahim sang istri di iringan suara indah Meira yang kini mendapatkan kepuasan secara maksimal dari laki - laki yang sangat dia cintai.
"Sayang, aku berjanji sampai seumur hidup, aku tidak akan pernah untuk meninggalkan mu, sampai seumur hidup ku hanya kau wanita yang aku cintai, aku katakan kepada mu dan aku mohon percaya lah kepada ku."
Adrian mengatakan hal tersebut sambil memeluk erat sang istri, di balik kelelahan mereka setelah melakukan aktivitas suami istri, Adrian berani menjanjikan bahwa dirinya tidak akan pernah meninggalkan Meira.
"Aku percaya mas Adrian, selama ini kau adalah suami yang sangat baik, terima kasih mas sudah menjadi pemimpin ku dan ayah bagi Michelle."
Meira mengatakan hal tersebut sambil terus memeluk erat Adrian, sama - sama tanpa busana dan tenggelam di balik selimut putih dengan ucapan janji setia pada keduanya membuat hari itu adalah hari yang bahagia dari hari - hari yang lainnya.
"Mbak, mbak Kiara bangun mbak, dari sekolah Helen menghubungi mbak Kiara."
Jen sore ini membangunkan Kiara yang tertidur pulas di atas meja kerjanya dengan laptop yang masih menyala.
"Ah ya Jen ada apa?"
"Ini pihak sekolah Helen mencari mbak Kiara."
Jen mengatakan hal tersebut sambil menunjukkan ponselnya yang telah berkali-kali di hubungi oleh pihak sekolah.
"Astaga Jen, aku lupa untuk menjemput Helen sore ini."
Kiara mengatakan hal tersebut sambil melihat ke arah ponselnya, dan seketika itu juga Kiara bangkit dari tempat duduknya, mengambil tas dan langsung membuka pintu.
"Jen, tolong matikan laptop ku ya, lalu segera tutup toko saja."
Kiara mengatakan hal tersebut dengan setengah berteriak kepada Jen yang kini hanya bisa menggeleng - gelengkan Kepalanya melihat tingkah Kiara.
"Kasihan mbak Kiara, masih muda sudah di tinggal suaminya meninggal, sekarang dia hidup bersama dengan Helen, mbak Kiara Jen berdoa semoga mbak Kiara cepat menemukan pendamping hidup, agar mbak Kiara bisa istirahat di rumah."
Jen mengatakan hal tersebut sambil mematikan laptop dan membersihkan sampah makanan yang terletak di meja Kiara.
Hari itu untuk kesekian kalinya Kiara lupa untuk menjemput sang putri tercinta.
"Baik pak terima kasih."
Begitu sampai di sekolah hanya itu yang bisa Kiara katakan kepada salah satu penjaga sekolah, dengan langkah gontai Kiara kembali masuk ke dalam mobil.
"Sayang, maafkan mama, hari ini kamu pulang berjalan kaki, pasti sampai di rumah mama akan melihat wajah mu yang di tekuk lagi."
Di dalam mobil Kiara mengatakan hal tersebut, dan dengan menarik nafas panjang Kiara pada akhirnya kembali melajukan mobilnya ke arah jalan raya.
Sore menjelang malam pun pada akhirnya tiba, dan Kiara sudah siap dengan apa yang akan Helen katakan kepadanya.
"Maafkan mama nak, maafkan mama yang belum bisa menjadi orang tua yang baik untuk mu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments