4. Seperti biasa

“Gila!!! Gue yang nggak terima. Bisa-bisanya dia bilang nggak cinta main talak. Emang dia pikir mudah jadi lo, lo udah ngorbanin masa muda lo buat ngurus rumahnya dan dia malah enak-enakan ngajak cerai.”

Melihat sahabatnya yang kebakaran jenggot sendiri, Nina malah tersenyum. Ya mau bagaimana lagi Mita memang sahabatnya sejak smp, mereka juga satu kampung. Nina anak yang pintar, ia tidak pernah absen juara kelas. Bahkan banyak guru menyayangkan keputusan Nina untuk menikah muda dan mengubur cita-citanya menjadi desain grafis. Gambarnya bagus, bahkan ia kerap mengikuti lomba desain, lomba membuat komik dan banyak yang berhubungan dengan menggambar.

“Kok malah ketawa sih, Na?!” protes Mita.

“Gimana nggak ketawa, gue yang di cerai lo yang uring-uringan.”

“Lo nggak sedih?”

“Sedih,” Jawab Nina disertai dengan helaan nafas panjang, “Tapi harus segera berakhir, aku punya Akmal dan Sasa yang harus aku jaga perasaannya. Jika ada yang terluka, pasti mereka yang paling terluka nantinya, dan aku nggak mau itu terjadi . Aku ingin membuktikan pada mereka kalaupun ayah dan ibunya tidak lagi bersama, tidak akan berpengaruh pada kehidupan mereka selanjutnya.”

Rasa bangga memiliki sahabat setegar Nina kembali membuat Mita tersenyum, “Ya Allah, gue benar-benar nggak nyangka lo bakal setegar itu. Pokoknya gue doain yang terbaik buat lo, buat anak-anak lo. Dan lo segera dapat jodoh lagi yang lebih baik segala-galanya dari mas Kamal.”

“Astagfirullah hal azim Ta, cerai resmi aja belum lo udah mikir jodoh lagi.”

“Iya dong, harus. Lo itu cantik, pinter, rajin, pinter masak, apa coba yang kurang. Emang dasar tuh suami lo yang o’on. Nggak bisa apa lihat sempurnanya istrinya. Dasar laki-laki!!!”

“Sudah ahhh jangan ngomongin dia terus, kasihan ntar tersedak.”

“Biarin, biar sekalian mati tersedak. Almarhum deh.”

“Astagfirullah hal azim, Ta!!! Nggak gitu juga kali Ta.”

“Greget banget sih gue, Na.”

“Sudah ah, gue jadi lupa kan tujuan gue ke sini buat apa.” Keluh Nina, sudah hampir siang dan seharusnya ia sudah kembali ke rumah sebelum ia lanjut menjemput anak-anaknya. Tapi memang jika sudah ngobrol dengan sahabat yang satu server selalu lupa waktu, apalagi mereka sudah jarang ketemu setelah Mita mengandung anak pertamanya.

“Memang ada tujuan lain ya? Lo butuh uang? Mas Kamal mu udah nggak ngasih nafkah?” cerocos Mita.

“Enggak Mita, bukan kayak gitu” Dengan cepat Nina mengibaskan tangannya sebelum sahabatnya itu keterusan. “Gue sebenarnya butuh kerja, apa aja yang penting gue punya pekerjaan.”

“Tuh kannnnn.”

“Tuh kan kenapa?”

“Mas Kamal mu nggak kasih nafkah. Makanya lo cari kerja.”

“Apaan sih, nggak gitu. Gue Cuma nggak mau aja tergantung terus sama mas Kamal. Lagi pula dia juga sudah nggak punya tanggungan buat membiayai hidup gue. Mas kamal Cuma punya tanggungan buat membiayai hidup anak-anak kan!”

“Iya sih. Ya udah, nanti coba gue tanya sama mas Bram pulang dari luar kota gue tanya deh. Siapa tahu di kampusnya ada lowongan apa gitu, jaga-jaga kantin nggak pa pa kan?”

“Nggak pa pa lah, gue juga tahu diri kali Ta, gue nggak punya ijasah.”

***

“Ayahhhhh,” Sasa dan Akmal berlarian keluar rumah saat mendengar suara mobil yang memasuki pagar rumah mereka yang mereka yakini itu mobil ayahnya.

Dan benar saja, pria dengan perawakan tinggi bertubuh atletis itu keluar dari mobil dengan dua paper bag di tangannya. Sudah menjadi kebiasaan pria itu setiap kembali dari kerja selalu membawa tentengan untuk kedua buah hatinya.

“Sini peluk ayah,” Kamal merentangkan kedua tangannya menyambut Sasa dan Akmal, dan dua malaikat itu berhambur ke tubuh kekarnya. Sebuah pelukan hangat dari pria yang selalu mereka rindukan. Kecupan di kening mereka secara bergantian seolah mengobati rasa rindunya.

“Bagaimana sekolahnya? Kalian nggak nakal kan di sekolah baru? Nggak ngerepotin guru kan?” tanyanya setelah melepaskan pelukannya.

“Nggak dong ayah.Akmal dapat banyak teman baru juga di sana, ada Eka, bilqis, …” tampak Akmal mengabsen teman-temannya dengan jari-jari tangannya.

“Wow banyak ya, kalau adek gimana?” tanyanya pada putri kecilnya.

“Teman Sasa juga banyak, tapi teman Sasa ada yang nakal. Kemarin Sasa nangis di sekolah. Tapi Sasa juga punya teman baru, namanya Mia. Dia baiik banget yah, ayahnya juga kerja kayak ayah, sering pergi-pergi.” Gadis kecil itu bercerita begitu antusias dengan ekspresi yang berubah-ubah seolah-olah tengah membawa lawan bicaranya masuk ke dalam ceritanya.

“Anak-anak pintar ayah.” Kamal kembali memeluk anak-anaknya tapi kali ini manik matanya tengah menelisik ke sekitar, ia tidak menemukan wanita yang sudah melahirkan dua malaikat kecilnya itu.

“Ibuk di mana?” tanyanya kemudian. Setelah kembali melepas pelukannya.

“Ibuk masak yah, ibuk kan sudah tahu kalau ayah mau pulang hari ini, makanya ibuk masak makanan kesukaan ayah.”

“Benarkan? Ya udah bagaimana kalau kita susul ibuk sekarang?”

“Siap ayah.”

Rupanya Nina sengaja tidak menyambut keluar karena ia ingin memberi kesempatan anak-anaknya untuk dekat dengan ayahnya sebelum semuanya berakhir.

“Itu ibu, ayah.” Tunjuk Akmal sambil berlari menghampiri Nina. Nina yang tengah menyiapkan makanan di atas meja makan pun tersenyum dan meletakkan baskom yang berisi opor ayam kemudian menghampiri Kamal, mencium punggung tangannya seperti yang biasa ia lakukan setiap kali suaminya itu datang, Dan mungkin ini yang terakhir. Setelah ini semuanya tidak akan sama, mungkin saat mereka bertemu nanti rasanya akan seperti dua orang asing yang hanya akan menyapa seperlunya.

“Makan dulu, mas. Nina sudah masak makanan kesukaan mas.” Ucap Nina lembut seolah-olah tidak terjadi apa-apa diantara mereka. Dengan sikap Nina yang seperti itu membuat Kamal terdiam, ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada wanita yang sebentar lagi bukan lagi istrinya itu tapi tidak bisa, ada anak-anaknya.

“Kamu tidak perlu melakukan hal ini, Na.”

“Tidak pa pa, Nina suka melakukannya. Ya sudah ayo makan, anak-anak juga belum makan tadi. Katanya nunggu ayahnya pulang.”

“Baiklah.”

Masih sama seperti hari kemarin, keluarga itu seolah baik-baik saja. Makan bersama dalam satu meja dengan di selingi canda tawa dan celotehan anak-anak yang bercerita random membuat suasana meja makan begitu hidup.

‘Salahkah bila aku berharap semua ini tidak berakhir,’ hampir saja air mata itu luluh dari kelopak mata Nina tapi dengan cepat ia menghapusnya dan ia tutup dengan senyum. Cukup lah hati dan tubuhnya yang remuk, memilih untuk mengakhiri yang seharusnya tidak perlu berakhir membuat Nina tersadar jika ia tidak cukup baik untuk menjadi istri seorang Kamal. Pria yang sudah sepuluh tahun mengisi hatinya dan mulai sekarang ia harus mampu mengosongkannya lagi.

Bersambung

Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga yang banyak biar bisa up tiap hari

Follow akun Ig aku ya

Ig @tri.ani5249

...Happy Reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Hera Puspita Sari

Hera Puspita Sari

baca cerita ini air mata nya jatuh sendiri 😭😭, nyesek banget

2024-02-10

0

Alivaaaa

Alivaaaa

nyesek rasanya 🥺

2024-01-13

0

yono PGSD Tasikmalaya

yono PGSD Tasikmalaya

nyesekkk deh kalo jd nina

2023-12-21

0

lihat semua
Episodes
1 1. Talak
2 2. Pengenalan Tokoh
3 3. Sahabat Nina (Mita)
4 4. Seperti biasa
5 5. Terasa Asing
6 6. Masih Cemburu
7 7. Kontrakan Baru
8 8. Benar-benar Berakhir
9 9. Silvi
10 10. Terlalu dalam
11 11. kenapa Silvi?
12 12. Sahabat terbaik
13 13. Sakit yang tak berdarah
14 14. Bos yang ramah
15 15. Undangan
16 16. Datang ke pernikahan mantan
17 17. Terabaikan
18 18. Memilih pergi
19 19. Menghibur anak-anak
20 20. Pindah ke kota
21 21. Om yang baik
22 22. Kedatangan Silvi
23 23. Bos yang baik
24 24. Sungguh berbeda
25 25. hasutan Silvi
26 26. bos yang baik
27 27. Merahasiakan
28 28. Dua hari yang panjang
29 29. Keputusan yang tepat
30 30. Mendominasi
31 31. cinta pertama anak perempuan
32 32. Ikatan batin
33 33. Rasa nyaman
34 34. Cari jodoh
35 35. Dalam kesederhanaan
36 36. boneka untuk Sasa
37 37. Keluarga Dirga
38 38. Aduan Silvi
39 39. Merasa nyaman
40 40. Ulang tahun Akmal
41 41. Hadiah dari ayah
42 42. Terlalu mahal
43 43. Akmal sakit
44 44. Kekhawatiran Nina
45 45. Dia lebih perhatian
46 46. Selalu ibu yang salah
47 47. Akting Silvi
48 48. Terlalu baik
49 49. Gosip
50 50. Silvi kebakaran jenggot
51 51. Surat dari mengadilan
52 52. Tidak punya hak
53 53. Persidangan
54 54. Mita melahirkan
55 55. Aku ingin menikahinya
56 56. Dia pengecut
57 57. Kegundahan Nina
58 58. Berkhayal terlalu tinggi
59 59. Titip Aga
60 60. Pernah mendambakannya
61 61. Bukti perselingkuhan
62 62. kedatangan Wulan
63 63. Rencana pernikahan
64 64. Persiapan pernikahan 2
65 65. Benar-benar Menikah
66 66. Masa lalu Silvi
67 67. Bikin kegaduhan
68 68. Salah tingkah
69 69. Canggung
70 70. Membagi tugas
71 71. kado khusus dari Mita
72 72. Penasaran
73 73. Menyalahkan Nina
74 74. Pelukan hangat
75 75. persidangan terakhir
76 76. Keluarga yang bahagia
77 77. Kabar tidak mengenakkan
78 78. Tiba-tiba diam
79 79. Akhirnya
80 80. Menyukai tanda yang di buat Nina
81 81. Surat di bawah tempat tidur
82 82. Berbanding terbalik
83 83. Pulang Kampung
84 84. Sertifikat tanah
85 85. sewa tanah
86 86. Tidak dihargai lagi
87 87. Silvi melahirkan
88 88. Merawat seorang diri
89 89. Diratukan
90 90. Temen?
91 91. oleh-oleh dari Nina
92 92. 2 Paper bag
93 93. Mengunjungi Mertua
94 94. Mengunjungi Usman
95 95. Seperti dejavu
96 96. Pertemuan dengan ayah
97 97. Surat cerai
98 98. Berondong Silvi
99 99. Karma sesuai porsinya
100 100. (End)
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Talak
2
2. Pengenalan Tokoh
3
3. Sahabat Nina (Mita)
4
4. Seperti biasa
5
5. Terasa Asing
6
6. Masih Cemburu
7
7. Kontrakan Baru
8
8. Benar-benar Berakhir
9
9. Silvi
10
10. Terlalu dalam
11
11. kenapa Silvi?
12
12. Sahabat terbaik
13
13. Sakit yang tak berdarah
14
14. Bos yang ramah
15
15. Undangan
16
16. Datang ke pernikahan mantan
17
17. Terabaikan
18
18. Memilih pergi
19
19. Menghibur anak-anak
20
20. Pindah ke kota
21
21. Om yang baik
22
22. Kedatangan Silvi
23
23. Bos yang baik
24
24. Sungguh berbeda
25
25. hasutan Silvi
26
26. bos yang baik
27
27. Merahasiakan
28
28. Dua hari yang panjang
29
29. Keputusan yang tepat
30
30. Mendominasi
31
31. cinta pertama anak perempuan
32
32. Ikatan batin
33
33. Rasa nyaman
34
34. Cari jodoh
35
35. Dalam kesederhanaan
36
36. boneka untuk Sasa
37
37. Keluarga Dirga
38
38. Aduan Silvi
39
39. Merasa nyaman
40
40. Ulang tahun Akmal
41
41. Hadiah dari ayah
42
42. Terlalu mahal
43
43. Akmal sakit
44
44. Kekhawatiran Nina
45
45. Dia lebih perhatian
46
46. Selalu ibu yang salah
47
47. Akting Silvi
48
48. Terlalu baik
49
49. Gosip
50
50. Silvi kebakaran jenggot
51
51. Surat dari mengadilan
52
52. Tidak punya hak
53
53. Persidangan
54
54. Mita melahirkan
55
55. Aku ingin menikahinya
56
56. Dia pengecut
57
57. Kegundahan Nina
58
58. Berkhayal terlalu tinggi
59
59. Titip Aga
60
60. Pernah mendambakannya
61
61. Bukti perselingkuhan
62
62. kedatangan Wulan
63
63. Rencana pernikahan
64
64. Persiapan pernikahan 2
65
65. Benar-benar Menikah
66
66. Masa lalu Silvi
67
67. Bikin kegaduhan
68
68. Salah tingkah
69
69. Canggung
70
70. Membagi tugas
71
71. kado khusus dari Mita
72
72. Penasaran
73
73. Menyalahkan Nina
74
74. Pelukan hangat
75
75. persidangan terakhir
76
76. Keluarga yang bahagia
77
77. Kabar tidak mengenakkan
78
78. Tiba-tiba diam
79
79. Akhirnya
80
80. Menyukai tanda yang di buat Nina
81
81. Surat di bawah tempat tidur
82
82. Berbanding terbalik
83
83. Pulang Kampung
84
84. Sertifikat tanah
85
85. sewa tanah
86
86. Tidak dihargai lagi
87
87. Silvi melahirkan
88
88. Merawat seorang diri
89
89. Diratukan
90
90. Temen?
91
91. oleh-oleh dari Nina
92
92. 2 Paper bag
93
93. Mengunjungi Mertua
94
94. Mengunjungi Usman
95
95. Seperti dejavu
96
96. Pertemuan dengan ayah
97
97. Surat cerai
98
98. Berondong Silvi
99
99. Karma sesuai porsinya
100
100. (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!