"Jangan nakal ya di sekolah, nanti kalau di tanya Bu guru harus jawab yang jelas. Kakak kan anak Solehnya ibuk," Nina terus mengajak dua buah hatinya bicara sepanjang jalan. Ini hari pertama Akmal dan Sasa sekolah. Akmal baru masuk sekolah dasar sedangkan Sasa akan masuk taman kanak-kanak. Beruntung sekolah Sasa dan Akmal satu yayasan hingga Nina tidak perlu mengantarkan secara terpisah. Nina sengaja mendaftarkan mereka di sekolah yang sekalian dengan diniyahnya, jadi pulangnya sore. Ini cukup menguntungkan bagi Nina di saat seperti ini, hari ini ia berencana untuk menanyakan pekerjaan pada sahabatnya yang kebetulan juga tinggal di kota.
"Iya ibukkkk." ucap Sasa dengan bibir yang sengaja dimanyunkan sambil mendongakkan kepalanya mencoba menggapai wajah Nina yang tengah fokus mengemudikan motor maticnya.
"Padahal Akmal pengen pas pertama masuk sekolah di antar sama ayah, buk." ucapan putra sulungnya seolah kembali membuat luka yang masih menganga itu teriris kembali, rasanya perih dan Kamal bersedia membiayai semua urusan anak-anaknya setelah mereka bercerai. Tapi tetap saja, perhatian seorang ayah seharusnya tidak bisa di gantikan dengan uang sebanyak apapun.
Tapi apa yang bisa Nina lakukan selain menerima keputusan suaminya secara sepihak, lagi pula selama delapan tahun ini suaminya yang membiayai seluruh hidupnya. Mungkin rasa berjasa itu yang membuat Kamal merasa berhak menentukan apapun dalam hidupnya termasuk hidup Nina dan kedua buah hatinya.
"Ayah kan sibuk kerja, Akmal. Lagi pula ayah kan sudah janji akhir pekan akan pulang sekalian ngajak kalian berlibur di rumah embah."
"Jadi kita mau ke rumah embah, buk?" tanya Akmal begitu bersemangat, tampak senyumnya begitu polos.
"Iya,"
"Horeeee," sorak Sorai dari Sasa dan Akmal seakan mengaburkan suara bising kendaraan di pagi hari.
Ekspresi berbeda tampak di wajah Nina, ia tahu kenapa Kamal mengajak ia dan kedua buah hatinya pulang ke desa. Semua tidak tanpa alasan, dan setelah ini ia juga harus siap memberitahu kakak laki-laki nya tentang pernikahannya yang tinggal beberapa bulan lagi akan berakhir.
***
Sepeda motor matic Nina sudah terparkir di depan sebuah perumahan.
Rumah itu masih beberapa bulan ini di tinggali oleh sahabatnya itu tepat setelah menikah dengan seorang dosen. Bisa dibilang sahabatnya tengah cinlok dengan dosen tempatnya kuliah.
"Tumben pagi-pagi sudah ke sini, Na?" tanya wanita dengan perut berisi itu sambil meletakkan segelas teh hangat.
"Kan lama nggak ke sini, Ta. Lagi pula semenjak hamil kamu jarang keluar, jadi aku harus ke sini kalau butuh kamu."
"Busyettt, cuma pas butuh aja ke sininya. Ampun deh punya sahabat kok gini banget."
"Becanda kali Ta." nina tampak mengedarkan pandangannya, mencari-cari sesuatu, "Sepi, pak dosen nggak di rumah?"
"Lagi di luar kota, Na! Lagian kamu juga aneh, dosen pagi-pagi di rumah. Mau makan gaji buta."
"Ya kan biasanya juga gitu."
"Isstttttt, nggak ya suami gue."
Nina tidak lagi menanggapi ucapan Minta, sahabatnya. Membuat sang sahabat penasaran, bukan Nina kalau tidak banyak bicara.
"Ada apa nih? Lagi kesambet setan pojokan, atau apa nih? Sahabat gue kok jadi pendiam."
"Apaan sih enggak."
"Terussss?"
"Lo ada lowongan kerja nggak? Apa aja, di tempat suami Lo kerja juga boleh."
"Whaattttt!" Mita benar-benar terkejut, pasalnya selama ini sahabatnya itu sama sekali tidak tertarik dengan pekerjaan. Bahkan saat ia menawari untuk melanjutkan kuliahnya dengan jalur beasiswa, Nina sama sekali tidak tertarik, "Tempat kerja suami Lo bangkrut?"
"Ya enggak lah, aku memang lagi butuh, Ta."
"Yakin?"
"Nggak percaya banget sih."
"Lagian ya, penghasilan suami Lo juga sudah banyak. Lo kan tidak pernah tertarik buat jadi wanita karir, pekerjaan favorit Lo tuh yang ibu rumah tangga. Iya kan?"
Nina kembali diam, ia tidak pernah berpikir akan berada di situasi seperti ini, bahkan dalam mimpi pun tidak pernah. Ia hanya berharap jika ini masih mimpi dan ia bisa bangu esok hari, semuanya kembali ke kehidupannya yang indah, suami yang baik dan pengertian, penyayang keluarga, anak-anak yang lucu dan keluarga yang harmonis.
Tapi sampai sini, Nina kembali sadar. Bahwa semua sudah berakhir, keluarga yang harmonis itu sudah tidak ada.
"Aku mau cerai."
"Whattttttt!" sekali lagi Mita benar-benar terkejut, mata dan mulutnya melebar sempurna.
"Jangan kayak gitu Ta."
"Becandanya nggak lucu kali, Na."
"Gue nggak becanda, Ta."
"Apanya nggak becanda, ngomong nggak di saring dulu. Ntar kalau ada malaikat yang lewat trus di ijabah sama Allah gimana!?"
"Mas Kamal sudah melayangkan talak sama gue, Ta."
"Na,"
"Gue serius, Ya."
Mita tidak lagi bertanya, ia menarik tubuh Nina kedalam pelukannya membuat air mata Nina tiba-tiba pecah. Padahal saat dalam perjalan menuju ke rumah Mita, ia sudah merencanakan untuk tidak sampai terbawa suasana dan menangis. Mita tengah hamil, ia takut jika akan berpengaruh pada perkembangan bayi Mita jika ia menangis di rumah Mita.
"Sudah Ta, gue nggak mau nangis lagi." ucap Nina sambil mengusap air matanya yang sudah terlanjur mengalir di pipinya.
Nina pun melepas pelukan Mita, melihat ketegaran hati Nina, Mita pun menggenggam tangan Nina.
"Kenapa?"
"Katanya mas Kamal tidak mencintaiku."
"Tidak cinta, issttttt benar-benar tidak bisa di percaya. Kalau nggak cinta bagaimana bisa ada Akmal sama Sasa."
Nina pun mengangguk kedua bahunya dan mengedikkannya.
"Apa coba kurangnya Lo jadi seorang istri, Lo itu cantik, dulu Lo primadona desa, banyak cowok yang ngantri buat jadi suami Lo."
"Mas Kamal juga, Ta."
"Tapi kan tetap saja, dia sudah menerima Lo jadi istrinya, seharusnya kan konsekuensi dengan keputusannya."
"Nggak pa pa, aku udah terima kok Ta."
"Gila!!!! Gue yang nggak terima. Bisa-bisanya dia seenaknya saja main talak. Emang dia pikir mudah jadi Lo, Lo udah ngorbanin masa Buda Lo buat ngurus rumahnya dan dia malah enak-enakan ngajak cerai."
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga yang banyak biar bisa up tiap hari
Follow akun Ig aku ya
Ig @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
itulah laki2... klo dia udah ngerasa udah sukses idupin anak istri jdi seenak udelnya aja.. apalagi klo dia udah bilang gak cocok lah, gak cinta lah padahal tuh cuma alesan doang biar dia bebas jalan sama cewek lain tnpa ribet dengn urusan anak istri 😡😡
2024-10-01
0
Fhebrie
palingan juga punya WIL
2024-01-22
0
Alivaaaa
sabar ya Nin ❤
2024-01-13
0