CHAPTER 4

Beberapa saat kemudian, Seraphina datang sambil membawa makanan dan minuman. "Lihatlah! Aku membawa makanan kesukaanmu," ujarnya. Safy menatap dengan mata berkaca-kaca, air matanya mengalir. "Huaa... Tuan Putri, saya takut ditinggalkan sendirian di sini. Bagaimana jika ada penjaga yang marah padaku!" Tangisnya begitu keras mengguncang hati Seraphina. Dia segera meletakkan makanan di atas meja dan memeluk Safy. Tangisannya terdengar oleh prajurit yang sedang berjaga di pintu gerbang, dan dengan tulus Seraphina tetap memeluk Safy.

Beberapa saat kemudian, tangis itu mereda. Seraphina dengan lembut mengelus rambut Safy. "Maafkan aku karena membuatmu ketakutan sendirian," ucapnya.

"Jangan berkata begitu, Tuan Putri. Anda tidak bersalah. Saya yang penakut ini selalu meributkan hal-hal kecil. Jadi, ini murni kesalahanku," jawab Safy sambil tertidur di pangkuannya.

"Lalu bagaimana aku bisa membuatmu bahagia lagi?".

Safy bangkit dan dengan tegas menjawab, "Tuan Putri, Anda tidak perlu repot-repot. Melayani anda saja sudah membuat saya bahagia. Anda adalah seorang putri yang sempurna di mataku. Oh, tapi bukan berarti saya menginginkan sesuatu. Yang saya maksud adalah, anda merupakan pemimpin yang baik, dan hal itu membuat pekerjaan saya begitu menyenangkan."

Seraphina sangat gembira mendengar kata-kata dari pelayan setianya itu. Tanpa berpikir panjang, dia langsung memeluk Safy dengan erat. Setelah melepaskan pelukan itu, dia berdiri. "Perkataanmu sebelum mengatakan bahwa kamu senang untuk melayaniku. Nah, aku punya permintaan, bagaimana jika kamu ikut denganku ke dunia lain sebagai pelayan setiaku?"

Safy berlutut di samping Seraphina dan dengan tegas menjawab, "Dengan hormat, saya bersedia melayani anda, dimanapun dan kapanpun."

Akhirnya, mereka mencapai kesepakatan sambil menikmati makanan yang disajikan oleh Seraphina. Tidak ada kekhawatiran lagi, Safy mendapatkan kesempatan untuk melayani putri yang selalu dia hormati. Sementara itu, Seraphina merasa lega karena memiliki seseorang yang dapat dipercaya dalam perjalanannya. Malam itu mereka menggunakan waktu untuk berbincang lebih lama, hingga pukul 8 malam. Safy pun berpamitan untuk pulang ke rumahnya, karena jarak antara istana dan rumahnya cukup jauh. Sementara Seraphina kembali ke istana untuk beristirahat.

Safy masih melanjutkan perjalanannya dengan santai menuju rumah. Dia melewati pasar, melintasi jalan menurun, dan akhirnya sampai di perumahan sederhana. Ketika masuk ke dalam rumah yang sudah terbilang tua, Safy menuju dapur untuk membuat secangkir teh hangat. Kehidupannya tidak begitu mewah. Safy, atau nama lengkapnya Safy Simenorpa, adalah anak kedua dari Drats Ohion dan Sivey Simenorpa. Saat ini, Safy telah berusia 16 tahun dan bekerja sebagai pelayan Putri Seraphina. Saudaranya, Rio, adalah seorang pria gagah yang bekerja sebagai prajurit, tetapi dia meninggal pada usia 20 tahun karena penyakit bawaan. Ibunya, yang sekarang hampir berusia 47 tahun, bekerja sebagai penjahit biasa di pasar. Sedangkan ayahnya, berusia 57 tahun, bekerja sebagai tukang kayu. Sebelum menjadi pelayan istana, Safy sudah mengalami hal tidak menyenangkan ketika umurnya masih 8 tahun. Dia tidak bisa masuk ke sekolah akademi seperti anak lainnya,  karena keluarganya mengalami krisis ekonomi. Biaya masuk sekolah sebesar empat keping emas, itu pun belum termasuk biaya seragam dan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, Safy memutuskan untuk mencari pekerjaan di beberapa toko, tetapi usianya terlalu muda sehingga ditolak di mana-mana. Setelah itu, dia mencoba mencari pekerjaan di pabrik-pabrik, namun sekali lagi ditolak karena fisiknya dianggap terlalu lemah.

Setelah merasa ditolak oleh banyak orang, Safy terpaksa membantu ibunya mengantarkan pesanan baju. Kehidupannya penuh tekanan, terkadang namanya terseret dalam obrolan tetangga. Dia dianggap pemalas, penyakitan, dan tidak kompeten. Dilingkungannya tidak ada anak seusianya yang mau berteman dengannya karena mereka memiliki pekerjaan yang lebih mapan daripada Safy. Namun, suatu hari ada pesanan baju yang harus diantarkan ke istana, dan Safy dipercaya untuk melakukan tugas itu. Meski ragu, dia tetap menerima tanggung jawab untuk mengantarkan pakaian tersebut. Safy berjalan dengan keranjang di tangannya, melewati jalan sempit untuk mempercepat perjalanannya. Saat tiba di istana, seorang gadis cantik menunggunya di pintu gerbang. Itulah Putri Seraphina, mengenakan gaun kebangsawanan yang membuatnya semakin berwibawa. Safy diantar oleh para penjaga ke taman, dan para pelayan di sana segera mengambil keranjang pakaian yang dibawanya. Seraphina duduk di sebelah Safy, dan kehadirannya membuat Safy merasa gugup tingkat dewa. Seraphina memperhatikan pakaian Safy, terlihat pakaian itu cukup tua, jahitan tambalan terlihat jelas di beberapa bagian.

Perbincangan mereka berlangsung beberapa menit, dan salah satu pelayan wanita memberikan beberapa keping perunggu sebagai pembayaran untuk jasa menjahit. Safy pun bersiap untuk pulang, namun Seraphina menahannya dan menawarkan pekerjaan sebagai pelayan. Tanpa keraguan, Safy menerima tawaran tersebut mengingat upah bekerja di istana begitu besar. Sejak saat itu, Safy menjadi pelayan setia Seraphina, dan dia merasa sangat beruntung. Secangkir teh hangat yang telah Safy buat telah habis tanpa disadari. Meminum teh itu sembari mengingat kenangan masa lalu, membuat Safy merasa tenang. Rasanya begitu sempurna di lidahnya.

Setelah menikmati teh yang lezat, Safy melihat ke dalam kamar orang tuanya. Ibu Safy sedang tertidur pulas, sedangkan dari arah dapur terdengar suara pemotongan kayu. Safy mengikuti suara itu dan menemukan ayahnya sedang memotong kayu sambil mengukus roti.

"Kamu belum tidur, Nak?" tanya ayahnya.

"Belum, Ayah. Ngomong-ngomong, mengapa Ayah masih bekerja? Apakah Ayah harus lembur lagi?"

Kayu terus dipotong, dan saat ayahnya ingin memindahkan roti yang telah matang, Safy menyela, "Biar aku saja!" Dengan keterampilannyal, Safy memindahkan semua roti ke atas piring.

Ayahnya melihat dengan bangga sambil tersenyum, "Ayah sedang tidak bekerja sekarang. Sebenarnya, roti itu kubuat untuk perjalananmu bersama sang Putri. Ayah sangat bangga melihat perkembanganmu, keterampilan dan pemahaman yang kamu miliki sangat mengagumkan."

"Kenapa Ayah?" Safy merasa senang tapi juga merasa malu dengan pujian tersebut.

Ayahnya menjelaskan, "Begini, kamu telah berkembang menjadi seorang gadis profesional. Kamu sudah menguasai keterampilan bangsawan, seperti teh yang biasa kamu sajikan yang begitu lezat. Tidak hanya itu, masakan yang kamu buat juga enak seperti masakan di restoran para bangsawan yang harganya senilai 10 keping emas. Kamu telah menguasai banyak hal, seperti pengobatan, teknik rumah tangga, etiket, keterampilan berbicara, dan masih banyak lagi. Itulah yang membuat kami bangga. Meskipun hidup kita tidak stabil, namun kamu tidak pernah menyerah, melainkan memaksimalkan potensi yang ada." Ayahnya kemudian mengeluarkan sesuatu dari sakunya, ternyata itu adalah kalung dengan tujuh batu mulia yang berkilauan. Ayahnya memasangkan kalung itu pada Safy, dan dengan penuh kebahagiaan berkata, "Wow, kamu terlihat sangat cantik dengan kalung itu."

Safy terkejut, "Bagaimana Ayah bisa...?"

Ayahnya menjelaskan, "Dulu, ketika Ayah pulang ke rumah, pintu kamarmu terbuka sedikit. Saat itu, aku melihat kamu sedang berbicara dengan boneka kesayanganmu. Dalam percakapan itu, Ayah berusaha keras untuk menambang batu-batu itu."

Ketika Safy masih kecil, dia sering merasa sangat kesepian. Kakaknya telah tiada, dan dia sering merenung sendirian di kamarnya. Kedua orang tuanya tidak selalu bisa menemaninya setiap hari, maka mereka membelikan Safy sebuah boneka berbentuk batu. Karena di toko mainan, satu-satunya pilihan adalah boneka batu itu, maka akhirnya mereka sepakat untuk membelinya.

Safy merasa sangat bahagia ketika melihat hadiah pertamanya, boneka tersebut begitu disukainya. Setiap hari, Safy membawa boneka itu kemanapun ia pergi, bahkan saat tidur, boneka itu selalu ada disisinya. Safy merasa kesepian di rumahnya, dan dia sering berbicara dengan bonekanya, "Tuan Batu, aku akan berbagi keinginan rahasia denganmu. Tolong jangan beritahu siapapun, ya. Keinginanku adalah memiliki sebuah kalung yang indah. Kalung itu harus terbuat dari tujuh batu mulia, seperti mythril, berlian, topaz, safir, ruby, zamrud, dan amethyst. Karena Tuan Batu juga berbentuk batu, maka kalung indah itu harus dihiasi dengan batu-batu mulia." Ayahnya mendengar perkataan Safy melalui pintu yang sedikit terbuka.

Lalu, Safy teringat masa lalunya. Dia tidak bisa menahan air matanya dan langsung memeluk ayahnya. Kebahagiaannya mencapai puncaknya, dalam pelukan ayahnya, dia menangis dan melepaskan semua rasa sedih dan bahagia yang ada di hatinya.

Hari telah berganti dan saatnya Seraphina untuk bersiap-siap berangkat. Safy telah tiba di istana, mengenakan seragam pelayan dan membawa koper. Para penjaga istana dengan sigap mengantarnya ke aula, di mana semua pelayan berkumpul menantikan kedatangan Safy. Rekan-rekan sesama pelayan memberikan salam perpisahan, "Semoga perjalananmu lancar, Safy," "Jangan lupa pada kami, ya!" "Safy, jangan menjadi beban bagi Tuan Putri!"

Seraphina mendekati Safy, "Kita akan berangkat sebentar lagi. Jika ada yang terlupa, sebaiknya diselesaikan sekarang juga."

"Tidak ada yang terlupa, Tuan Putri,"

"Dan satu lagi, ketika kita berada di sana, jangan memanggilku 'putri' atau 'Tuan Putri'. Panggil saja dengan nama Sera, Phina, atau Ina. Kamu diperbolehkan menggunakan gelar itu ketika berada di tempat yang aman," Seraphina mengatakan dengan tegas.

Safy menjawab, "Saya mengerti!"

Terpopuler

Comments

cathome

cathome

perjuangan seorang ayah 😭

2023-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!