“Tadi sangat luar biasa,” seloroh Arsya masih mendekap hangat wanita yang kini tidak mengenakan sehelai kain pun.
Tidak ada jawaban yang terlontar dari bibir wanita itu. Pikirannya melayang pada sosok pria yang berstatus sebagai suaminya. Wajah marah Radhitya masih terekam jelas di ingatan Ayana.
Merasa tidak dipedulikan oleh Ayana, Arsya pun merubah posisinya dan mengangkat dagu Ayana untuk menatap wajahnya. “Aku tidak suka diabaikan,” tegur Arsya dengan suara baritonnya.
Ayana mengerjapkan matanya beberapa saat setelah menyadari kalimat yang baru saja Arsya katakan. Bukankah mereka hanya sebatas teman ranjang tidak lebih? Lalu mengapa Arsya merasa seolah ia berkuasa atas diri Ayana?
“Maaf,” cicit Ayana takut.
“Mulai hari ini kamu hanya boleh melayaniku. Aku akan memberimu uang lebih dari cukup untuk pengobatan anakmu.”
Tentu saja mendengar kalimat panjang yang dilontarkan oleh Arsya membuat Ayana terkejut. Sebenarnya untuk apa Arsya harus melakukan hal sejauh itu? mereka hanyalah teman di atas ranjang dan tidak lebih.
“Apa maksud anda?” tanya Ayana singkat.
“Kamu hanya akan menjadi p*l*curku, hanya untukku. Sebagai gantinya aku akan memberikan sejumlah uang padamu.
Ayana selalu dibuat terkejut dengan semua kalimat yang Arsya katakan. Pria itu benar-benar pintar dalam berkata manis maupun pedas.
“Sa-saya ....”
“Sekedar memberitahu, jika aku tidak suka penolakan dari siapa pun,” tegas Arsya.
Malam yang semakin larut dengan suara angin yang lembut menambah suasana dingin begitu syahdu. Setelah penegasan Arsya tentang kepemilikan Ayana, pria itu memberikan kecupan di puncak kepala Ayana dengan lembut.
Ayana tidak bisa berdiam diri saja, ia tidak ingin Arsya dan dirinya terlihat hubungan yang lebih jauh. Mereka hanya sebatas rekan di atas ranjang. Ayana begini juga karena uang untuk pengobatan anaknya.
“Pak,” panggil Ayana disela-sela kegiatan Arsya menciumi kepala Ayana dengan lembut.
“Saya ini sudah berkeluarga. Saya bukan milik, Bapak,” ucap Ayana yang mendapatkan tatapan tidak suka dari Arsya.
“Apa kamu lupa jika saya tahu semua tentang kamu? Suamimu dan anakmu? Bahkan di mana suamimu bekerja aku pun tahu.”
Tentu saja Ayana tidak akan lupa akan hal itu. Arsya pernah mengatakan padanya beberapa hari yang lalu. “Tidak,” balas Ayana.
Arsya membawa wajah Ayana untuk menatap sepasang mata dengan iris hitam kelam itu. Mata yang mampu membuat orang lain terintimidasi dengan tatapan yang mematikan.
“Jadi milikku, serahkan tubuhmu hanya padamu dan aku akan membayar mahal untuk itu,” hardik Arsya yang membuat Ayana terdiam di tempat. Mata sekelam malam itu mampu membuatnya jatuh teramat dalam.
“Mungkin kata yang tepat adalah kamu menjadi pel*c*rku.”
“Atau aku akan membuat suamimu tidak mendapatkan pekerjaan dan anakmu tidak akan bisa melakukan pengobatan.” Senyum culas jelas terpancar dari bibir penuh milik Arsya. Pria itu punya segalanya untuk melakukan hal yang ingin ia lakukan.
Apa Ayana punya pilihan lain? Tentu saja tidak. Wanita berparas ayu itu hanya menganggukkan kepalanya tanda ia setuju.
“Bagus.” Senyum kemenangan atas kepemilikan Ayana membuat Arsya bahagia.
Andai wanita itu tahu siapa Arsya yang sebenarnya dan mengapa ia rela melakukan hal yang sangat jauh hanya untuk memiliki hubungan dengan Ayana.
***
Ayana menerobos dinginnya malam yang menyelimuti langit gelap. Kegiatan ranjangnya bersama Arsya sungguh membuatnya lelah. Entah tenaga dari mana pria itu mendapatkan kekuatan yang luar biasa. Ayana bisa saja pingsan jika ia tidak meminta Arsya menahan gairahnya.
Berjalan dengan pelan, Ayana membuka pintu rumahnya. Gelap, suaminya masih tertidur dengan pulas berselimutkan kain tebal. Memangnya siapa yang akan bangun di jam seperti ini dengan cuaca dingin yang menembus kulit?
“Baru pulang?” Sebuah suara membuat Ayana berdiri di tempatnya. Matanya melebar dengan sempurna tatkala seorang pria memandang tajam ke arahnya.
“Ma-mas?” gugup Ayana.
“Dari mana?” imbuh Radhitya. Bahkan pria itu tidak memberikan kesempatan pada Ayana untuk menjawab pertanyaan sebelumnya.
“A-aku ....”
“Menjual tubuhmu?” tebak pria yang berstatus sebagai suaminya itu.
Ayana menggigit bibir bawahnya menyalurkan rasa gugup di hati. Sakit? Itulah yang Ayana rasakan saat ini. Wanita itu tidak peduli rasa perih yang berasal dari bibirnya. Lelehan bulir bening dari sudut mata Ayana mampu menggambarkan hati yang terluka.
“Kenapa? Kaget?” Radhitya kembali membuka suaranya. Pria itu benar-benar tidak memberikan jeda pada Ayana untuk menjawab.
“Mas ....”
“Harusnya aku tahu dari mana kamu mendapatkan tambahan uang untuk pengobatan El,” potong Radhitya.
Pria tinggi menjulang itu melangkahkan kakinya dan berdiri tepat di depan sang istri yang menatapnya dengan rasa gugup sekaligus bercampur gugup. Mata merah Radhitya sudah menjelaskan segala yang ia rasakan kini. Tangan besarnya terulur menyentuh pipi lembut sang istri, tetapi sedetik kemudian elusan lembut itu berubah menjadi cengkraman kuat yang membuat Ayana meringis kesakitan.
“Sa-sakit, Mas,” rintih Ayana yang berusaha melepaskan tangan Radhitya dari wajah ayunya.
“Siapa yang menyangka jika wanita yang aku nikahi adalah seorang pel*c*r!” bentak Radhitya yang semakin kuat mencengkram wajah Ayana.
“Sudah berapa pria yang merasakan tubuhmu ini?” geramnya lagi. Radhitya kini melepas dengan kasar tangan yang ia gunakan untuk mencengkram wajah Ayana.
“Maafkan aku, Mas,” ujar Ayana penuh dengan penyesalan. Bulir bening kini telah luruh membasahi kedua pipinya.
Tidak ada jawaban dari Radhitya, pria itu pergi meninggalkan Ayana yang masih menangis dengan rasa bersalah yang bersarang di hati.
Namun, ini bukan keinginannya. Andai takdir berpihak pada mereka dan Tuhan memberikan kesehatan pada El sama seperti anak yang lain mungkin Ayana juga tidak akan pernah melakukan hal bodoh yang dapat menyakiti suami yang telah menikahinya beberapa tahun itu.
Tidak lama setelah kepergian Radhitya, pria itu kembali dengan membawa sebuah ransel yang kemudian ia lemparkan ke samping Ayana. Suara tangis yang sesenggukan itu berganti dengan tatapan tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
“Apa ini, Mas?” tanya Ayana menghapus lelehan bulir bening di kedua pipinya.
Sungguh, Ayana tidak bodoh untuk tidak mengetahui apa yang terjadi antara dirinya dan Radhitya.
“Bajumu. Aku sudah mengemasnya dengan rapi. Tidak perlu berterima kasih, sekarang pergilah dengan para pria yang telah menidurimu.”
“Tapi, Mas ...?”
“El? Aku mampu mengurusnya dengan baik.”
Melihat Ayana yang hanya diam saja, Radhitya pun menyeret wanita yang masih berstatus sebagai istrinya untuk ke depan pintu. Tidak lupa ransel yang berisikan barang Ayana berada di tangan kiri pria itu.
Radhitya benar-benar tidak peduli dengan tangis dari Ayana. Bahkan pria itu seakan menulikan pendengarannya perihal Ayana yang memohon maaf dari Radhitya.
“Biarkan aku bertemu dengan anakku, Mas,” rengek Ayana memeluk ranselnya.
“Tidak!” seru Radhitya menutup pintu dengan keras. Mengabaikan Ayana yang sudah berlutut di hadapannya.
Di balik pintu, Radhitya mengepalkan tangannya kuat hingga buku jarinya memutih. Amarah menguasai dirinya tatkala pria itu menemukan fakta jika Ayana bermain di belakangnya.
Pertemuannya dengan bu Romlah yang mengatakan jika Ayana tidak bekerja dengannya. Kemudian pesan singkat yang kemarin ia lihat dan yang paling membuat Radhitya yakin adalah penemuan pil KB di laci kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Daina :)
Tambahin lagi adegan romantisnya, thor. Aku suka banget sama chemistry antara tokoh utama 😍
2023-07-27
0
Yusuo Yusup
Tertinggal sama ceritanya, cepat update author!
2023-07-27
0
Pretty_Mia
Jangan-jangan aku udah terjebak obsession sama tokoh di cerita ini😍
2023-07-27
0