Bab 4 Malam Panas

Ayana tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya kala sebuah nama yang sudah beberapa hari ini menemani malam panasnya di atas ranjang disebut oleh suaminya. Menggigit bibir bawahnya, Ayana mencoba menahan rasa gugup yang melanda dirinya sekarang ini.

“Maksud kamu apa, Mas?” tanya Ayana mencoba mengalihkan padangan matanya.

“Malam ini temui aku di hotel yang semalam. Begitu pesan yang dapat aku baca di notifikasi ponselmu saat kamu meninggalkannya di kamar,” jelas Radhitya. Mata pria itu tidak lepas dari wajah ayu Ayana.

Wanita asli turunan Indonesia itu entah bagaimana memiliki iris yang begitu indah. Mata coklat itu akan semakin berkilau saat sinar matahari menyinarinya.

“Arsya itu teman aku, Mas,” kelit Ayana masih mempertahankan kebohongan yang coba ia tutupi.

“Lalu apa maksudnya semalam? Bukankah kamu semalam pergi ke rumah bu Romlah?” cecar Radhitya yang masih mencari kebenaran dari pesan yang menurutnya sangat mencurigakan.

Ayana seolah kehabisan kata untuk menjawab pertanyaan dari suaminya. Bodohnya ia yang menyimpan nomor Arsya dengan nama asli pria itu.

Mata Ayana memperhatikan sekeliling, Ayana tidak mau jika suaminya mengetahui tentang tindakannya.

“Em ... Mas, kita bicarakan ini nanti saja. Masih ada El di sini,” pinta Ayana dengan harapan Radhitya akan menyetujui.

“Kenapa? Kamu malu jika El tahu ibunya wanita yang ....”

“Cukup, Mas!” bentak Ayana yang membuat El melihat Ayana dengan takut. Tubuh El sedikit bergetar sesaat setelah mendengar suara tinggi dari Ayana.

Melihat sang anak yang takut, Ayana pun menghampiri El dan mengelus puncak kepalanya sambil berkata, “Sayang, maafin mama, ya,” sesal Ayana karena telah meninggikan suaranya.

Radhitya melihat Ayana dengan tatapan jijik. Pria itu bahkan mengeluarkan senyum kemenangan saat El takut pada ibunya. Kurang ajar.

***

Matahari begitu terik, langit nampak cerah dengan awan putih yang bergerak bersamaan dengan desiran angin. Burung-burung pun berlomba mengeluarkan suara merdu mereka secara bergantian.

Hari ini Radhitya benar-benar memutuskan untuk tidak pergi bekerja. Suasana hatinya sedang kacau karena sebuah pesan yang ia lihat di ponsel milik istrinya.

Secangkir kopi dengan asap yang masih mengepul di udara pun mejadi teman Radhitya siang ini. Radhitya menunggu penjelasan apa yang akan Ayana katakan tentang siapa Arsya dan isi pesan itu.

“Mas,” panggil Ayana yang kini telah duduk di sebelah Radhitya dengan detak jantung yang tidak karuan.

“Jelaskan!”perintah Radhitya tanpa menoleh ke arah Ayana.

Tangan Ayana mengepal kuat di sisi tubuhnya. Jantungnya berdetak dengan begitu sangat kuat. Ia tidak pernah di posisi ini sebelumnya. Ayana tidak pernah melihat wajah yang dipenuhi oleh amarah dari suaminya.

Ayana menyusun kata yang tepat untuk kalimat penjelasan yang akan ia katakan pada Radhitya.

“Seperti yang aku katakan padamu, Mas. Arsya adalah temanku,” bohong Ayana untuk kesekian kali.

“Lalu hotel itu?” cecar Radhitya.

“Aku kemarin bertemu dengannya di jalan dekat hotel saat bu Romlah nyuruh aku membeli sesuatu.” Ayana berharap jika suaminya akan percaya. Sungguh ia tidak ingin jika sesuatu terjadi pada rumah tangganya.

Radhitya menghela nafas berharap rasa kesal yang ia rasakan dapat menguar bersamaan dengan angin yang menerpa.

“Ayana, kamu adalah ibu dari anakku. Aku tidak ingin jika kamu mengkhianati aku. Lebih baik tinggalkan aku dan El jika kamu punya pria lain di luar sana,” tandas Radhitya yang kini sudah berdiri dari tempatnya meninggalkan Ayana sendirian.

Hati Ayana kini benar-benar tidak karuan saat Radhitya menyuruhnya meninggalkan El. Ayana tahu ia salah, tetapi ia tidak akan meninggalkan El. Haruskah Ayana berteriak di depan wajah Radhitya jika bukan karena uangnya El tidak akan bisa melakukan pengobatan rutin di rumah sakit?

***

Matahari telah meninggalkan singgasananya digantikan dengan sang rembulan malam. Bintang yang bertaburan di langit pun menambah indah pemandangan. Suara hewan malam menjadi satu-satunya teman Ayana saat membuka mata.

Suami dan anaknya telah tidur menjemput mimpi indah. Dengkuran halus dari Radhitya menandakan bahwa lelaki itu telah tidur dengan nyenyaknya. Perlahan Ayana turun dari ranjang dan berusaha tidak menimbulkan suara decitan.

Malam ini Ayana terlihat cantik dengan dress berwarna merah yang memperlihatkan paha mulus wanita pemilik senyum manis itu. Jangan lupakan belahan dada yang nampak terlihat jelas yang semakin menambah kesan sensual pada Ayana.

Rambut panjang Ayana ia biarkan tergerai begitu saja. Jepit rambut berwarna merah muda terlihat cantik sebagai penghias rambut hitam kelamnya. Manis.

Ayana tidak akan membiarkan angin malam menerpa tubuh mulusnya, wanita itu mengenakan mantel berwarna coklat sebelum akhirnya menerobos malam yang dingin.

Lima belas menit menempuh perjalanan, kini Ayana sampai pada sebuah ruangan yang tidak asing bagi dirinya. Di depannya telah menunggu seorang pria dengan senyum yang telah terpancar pada bibir penuhnya.

Ayana mendekat pada orang tersebut dan menundukkan kepalanya seraya berkata, “Selamat malam, Pak.”

Tidak ada tanggapan dari Arsya, pria itu hanya fokus pada ukiran luar biasa yang diciptakan Tuhan di depannya. Pipi tirus, mata hazel yang indah dan juga bibir tipis yang selalu menggoda dirinya untuk mencicipi.

“Duduklah!” perintah Arsya yang masih mengagumi wajah cantik Ayana.

Ayana tersenyum dan melangkahkan kakinya untuk duduk di kursi di samping Arsya. Namun, sebelum Ayana menjatuhkan dirinya di sana, Arsya lebih dulu menarik pergelangan tangan Ayana dan membawa sang wanita duduk di pangkuannya.

Jantung Ayana benar-benar berdetak tidak karuan. Wajah mereka yang sangat dekat membuat Ayana malu. Meski mereka pernah berbuat hal yang lebih jauh, tetapi deru nafas Arsya yang menyapa kulitnya membuat Ayana merinding.

“Pelayananmu sungguh memuaskan dengan tubuh yang sangat indah. Apa kamu sudah ahli dalam memuaskan pria seperti diriku ini?” ejek Arsya. Jika tadi Ayana dibuat malu dengan sikap Arsya, kali ini wanita itu seakan marah dengan penuturan Arsya.

“Berapa pria yang sudah merasakan tubuhmu ini? Hm?” sindir Arsya lagi.

Ayana yang tidak terima pun berdiri dari pangkuan Arsya, wanita itu menatap Arsya tanpa rasa takut sedikit pun. Ia memang rendah, tetapi bukan untuk direndahkan.

“Saya memang seorang p*l*cur tapi anda tidak berhak merendahkan saya seperti itu!” marah Ayana sembari mengepalkan kedua tangannya.

Seringai licik terlihat jelas dari bibir penuh milik Arsya. Lelaki itu berdiri dan mendekatkan tubuh besarnya pada tubuh mungil Ayana. “Kenapa marah? Bukankah itu adalah pekerjaanmu?”

“Saya akan pulang.” Ayana membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar kamar. Namun, sebelum wanita itu mencapai pintu, sebuah tangan kekar mencengkeram pergelangan tangannya dan berhasil membuat Ayana membalikkan tubuhnya.

“Tetap di sini dan layani aku,” bisik Arsya dengan nada seduktif.

Entah sejak kapan tangan pria itu sudah berada di pinggang ramping Ayana. Dengan kasar Arsya melepaskan mantel yang menutupi tubuh Ayana dan membuangnya ke sembarang arah.

“Mengganggu,” celetuk Arsya.

Mata Arsya kini melebar dengan sempurna melihat pemandangan seksi di depannya. “Kamu sudah menyiapkan semua ini?” bisik Arsya sembari menjilat cuping telinga Ayana.

“Eugh,” lenguh Ayana.

Arsya sangat senang dengan suara ******* yang ditimbulkan oleh Ayana. Semakin Ayana mendesah maka Arsya semakin semangat untuk menyentuh tubuh indah wanita itu.

Tangan nakal Arsya kini sudah di tempat yang sangat empuk. Dua bukit kembar Ayana benar-benar memanjakan Arsya.

“Kita mulai, Sayang.”

Persetan dengan persetujuan Ayana, pria itu dengan beringas menikmati tubuh Ayana yang begitu memukau.

Terpopuler

Comments

Victorfann1dehange

Victorfann1dehange

Ngikik terus gara-gara cerita ini.

2023-07-27

0

Jenni Alejandro

Jenni Alejandro

Wah, seru banget! 😄

2023-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!