Bab 3 "Siapa itu Arsya?"

Ayana yang baru sampai di rumah pun mendudukkan dirinya di sofa sembari menunggu sang suami membersihkan diri. El telah menjemput mimpi indahnya dalam tidur.

Getar ponsel yang terdengar dari tas Ayana pun membuat wanita itu mengambilnya. Ah, jika diingat wanita itu seharian ini belum membuka ponselnya.

Ayana mengernyitkan dahinya saat nomor yang tidak ia ketahui mengirim pesan padanya. ‘Temui aku malam ini di hotel semalam.’ Begitu tulisnya.

Menolehkan kepalanya untuk melihat keadaan sekitar. Ia takut jika saja Radhitya tiba-tiba saja datang dan melihat pesan singkat di ponsel miliknya.

‘Baik. Beri saya waktu tiga puluh menit lagi,’ balas Ayana dan kemudian menghapus pesan dari nomor tersebut.

Tentu saja Ayana tidak ingin hal yang buruk terjadi di rumah tangganya. Ayana melakukan hal menjijikkan dengan menjadi seorang p*l*cur karena keadaan yang memaksa.

Apa yang harus Ayana katakan untuk sebuah alasan pada suaminya? Sudah terlalu banyak ia membohongi Radhitya dengan segala cara sejak dirinya menekuni profesi terlarang ini.

“Sudah malam kenapa belum tidur?” Suara Radhitya tiba-tiba saja terdengar dari belakang. Tentu saja hal tersebut sukses membuat Ayana terkejut.

“Sebentar lagi, Mas, belum ngantuk,” ujar Ayana berusaha menahan gugup.

Radhitya mengusap kepala basahnya dengan sebuah handuk. Pria itu lekas mendudukkan dirinya di samping sang istri.

Menggigit bibir bawahnya menyalurkan rasa gugup yang mendera, Ayana berusaha mencari alasan pada Radhitya lagi malam ini.

“Mas , aku hari ini izin mau ke tempat mbak Romlah. Beliau dapat pesanan catering banyak dan aku disuruh bantuin,” bohong Ayana berharap Radhitya akan percaya.

Tentu saja tidak ada kecurigaan sedikit pun dari Radhitya. Pria itu menganggukkan kepalanya dan berkata, “Perlu Mas antar?”

“Enggak perlu, Mas. Ayana bisa sendiri,” tolak Ayana.

Radhitya selama ini berpikir jika uang simpanan istrinya adalah dari membantu tetangga yang kemudian dikasih upah. Andai Radhitya tahu dari mana sebenarnya uang itu berasal.

***

Mengendarai motornya di tengah malam tidak membuat Ayana merasa takut. Gelapnya jalanan sudah menjadi teman Ayana sejak ia menekuni dunia malam seperti ini.

Ayana yang sedikit terlambat pun harus buru-buru untuk memasuki hotel tempat ia dan Arsya bertemu. Sudah lima menit dari waktu yang dijanjikan dan Ayana merutuki atas keterlambatannya.

Sebuah pintu yang sudah pasti tidak asing bagi Ayana, wanita itu memasukkan beberapa angka sandi agar pintu bisa ia buka. Tentu saja sang pemilik kamar hotel telah memberitahukan sandinya.

Pelan namun pasti, Ayana melangkahkan kakinya ke dalam kamar. Penerangan yang minim membuat Ayana sedikit kesulitan menemukan sang pemilik kamar.

“Pak,” panggil Ayana yang tidak mendapatkan jawaban sama sekali.

Ayana tetap melanjutkan langkahnya, hingga sesosok bayangan dapat ia lihat. “Maaf saya terlambat,” sesal Ayana yang masih tidak mendapatkan tanggapan.

Meski tidak dapat ia lihat karena penerangan yang minim, tetapi Ayana dapat merasakan orang tersebut berjalan ke arahnya.

“Ya, dan kamu harus dihukum,” ancamnya. Entah sejak kapan orang tersebut sudah berada di samping Ayana dengan membisikkan ancaman yang baru saja ia katakan.

Jantung Ayana seakan berhenti berdetak, tubuhnya merasa panas. Bisikan seduktif di telinganya membuat Ayana tidak dapat bergerak sedikit pun.

Arsya, pria itu masih betah dengan ruangan gelapnya. Tanpa berniat untuk menyalakan lampu yang ada di sekelilingnya.

Tangan kekar Arsya kini sudah berada di atas perut rata milik Ayana. Ya, meski Ayana telah melahirkan seorang putra, tetapi perut wanita itu masihlah sangat bagus.

“Bukankah aku sudah memberitahu tempat dan jamnya?” bisik Arsya meraba perut Ayana yang sukses membuat wanita itu melenguh.

“Ada hal yang harus saya lakukan lebih dulu, Pak,” sahut Ayana tidak ingin disalahkan atas keterlambatannya.

“Apa? Bercinta dengan suamimu lebih dulu?” Ayana melebarkan matanya kala suara berat Arsya yang sedikit mengancam itu terdengar di telinganya.

Dari mana Arsya tahu? Ia tidak pernah mengutarakan pada tamunya siapa ia sebenarnya.

“Jangan terkejut. Aku tahu semua tentangmu,” ujar Arsya menjilat daun telinga Ayana.

Berada di dekat Arsya benar-benar tidak baik untuk kesehatan jantung Ayana. Pria itu bagai bom waktu untuk wanita yang kini telah berusia dua puluh tujuh tahun itu.

“Malam ini aku tidak akan melepaskan kamu. Aku akan memasuki hingga kamu menjeritkan namaku,” kata Arsya dengan bangga dan penuh keyakinan.

Arsya membalikkan tubuh mungil Ayana dan kini mereka saling berhadapan. Tangan yang tadinya berada di perut Ayana kini telah berganti di pinggang ramping wanita itu.

Mengecup leher jenjang Ayana, Arsya semakin panas oleh lenguhan merdu dari bibir wanita yang saat ini di bawah kungkungannya.

Tangan nakal Arsya semakin berani mengusap tubuh Ayana dari balik kaos yang ia kenakan. “Aku tidak tahan,” ucap Arsya yang kemudian secara beringas melepaskan seluruh pakaian yang ia kenakan.

Malam ini akan menjadi malam yang panas dan juga panjang untuk Arsya dan juga Ayana. Mereka akan melepaskan gairah yang sempat tertunda kemarin. Malam ini juga akan mengubah segalanya tentang kehidupan mereka berdua.

***

Pagi ini Ayana merasa sangat lelah. Tubuhnya seperti habis lari berpuluh-puluh meter jaraknya. Permainan Arsya semalam mampu membuatnya lemas.

Pelanggannya yang satu itu benar-benar luar biasa. Bagaimana dirinya yang merasa lelah, tetapi Arsya masih begitu kuat dalam permainan malam itu.

Seakan memberikan tanda kepemilikan, Arsya membuat karya seni indah di beberapa tubuh Ayana. Wanita itu awalnya menolak dan merasa kalut, ia takut jika Radhitya melihat dan mempertanyakan tanda itu. Beruntung tanda merah itu Arsya buat di tempat yang tertutup.

Ayana turun dari ranjang dan sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara. Ia tidak ingin membuat suaminya bangun, ia pasti lelah.

Sebuah laci yang berada di dekat ranjang pun menjadi tujuan utama Ayana pagi ini. Dompet kecil berwarna abu-abu menjadi saksi bisu permainan panas Ayana dan Arsya.

Membuka tas itu dan mengeluarkan sejumlah uang yang ia dapat semalam, banyak, sangat banyak. Menyimpan uang itu di suatu tempat yang hanya dirinya yang tahu.

Ayana beranjak meninggalkan kamar, tetapi sebelum itu Ayana mengisi daya pada ponsel miliknya.

Sepeninggalan Ayana, Radhitya mengerjapkan matanya menandakan sang empunya telah bangun. Getar ponsel milik istrinya yang berada di atas meja membuat Radhitya menolehkan kepalanya.

Radhitya takut jika saja itu telepon yang penting, pria itu beranjak dari posisinya. Dadanya terasa nyeri, aliran darahnya terasa berhenti. Sebuah notifikasi pesan yang membuat amarah Radhitya memuncak.

***

“Ibu, nanti aku boleh pergi main?” tanya El setelah menelan makan paginya.

Ayana tidak pernah melarang anaknya melakukan hal yang ia sukai. Selagi El merasa nyaman dan itu tidak mengganggu kesehatannya Ayana pasti memperbolehkan.

“Tentu saja,” jawab Ayana mengelus puncak kepala El.

Melihat sang suami yang sedari tadi hanya diam saja membuat Ayana menatap Radhitya dengan aneh. Wajah yang serius dan mata yang memancarkan amarah itu sungguh membuat Ayana takut.

“Mas, ke-kenapa tidak sarapan? Sebentar lagi bukannya berangkat kerja?” tanya Ayana dengan gugup.

“Siapa itu Arsya?”

Terpopuler

Comments

juan carlos vasquez paredes

juan carlos vasquez paredes

Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤

2023-07-26

1

Lah_

Lah_

Kok susah sih thor update, udah nungguin banget nih 😒

2023-07-26

0

Rajnandini Sukla Bhattacharjee

Rajnandini Sukla Bhattacharjee

Baca cerita ini kayak masuk ke dalam dunia lain, seru deh!

2023-07-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!