Bab 2 Incaran Yang Tidak Bisa Lepas

Pagi ini rasanya berbeda dari pagi kemarin. Entahlah, mungkin akan memasuki musim penghujan jadi cuaca sedikit lebih dingin. Meski langit begitu terang dan awan putih bergerak bersamanya, tetapi angin juga sedikit kuat.

Ayana merenggangkan otot-otot tubuhnya setelah bangun dari tidur cantiknya. Malam ini wanita cantik itu merasa tidurnya jauh lebih baik dari malam sebelumnya. Menolehkan wajahnya ke samping dan mendapati sang suami yang masih memejamkan matanya, Ayana pun menyibak sedikit anak rambut Radhitya.

“Mas, maafkan aku yang tidak jujur padamu,” tutur Ayana. Kini tangan wanita itu membelai pipi kasar milik Radhitya. Terlihat sedikit kerutan di wajah suaminya itu yang membuat Ayana semakin merasa bersalah.

“Aku menodai pernikahan kita,” lanjutnya yang semakin mengiris hati Ayana.

Ah, jika saja takdir tidak begitu kejam padanya, Ayana tidak akan melakukan hal bodoh yang dapat merusak rumah tangga yang telah ia bina dengan Radhitya.

Merasakan adanya sebuah sentuhan di wajahnya membuat Radhitya mengerjapkan sepasang mata indahnya. Mendapati sang istri yang menatapnya membuat Radhitya bersuara, “Ada apa?” tanya Radhitya dengan suara beratnya.

Ayana menggelengkan kepalanya seraya tersenyum manis dan menjawab, “Tidak ada apa-apa.” Setelah menjawab pertanyaan dari Radhitya, Ayana pun beranjak dari ranjang dan menuju kamar sang putra, Elvano.

Ayana yang akan masuk ke kamar El pun dikejutkan dengan El yang sudah berada di depan pintu. Pria cilik yang baru saja menginjak usia lima tahun itu kini sudah rapi dengan kaos bergambar beruang. Ayana tersenyum dan menyejajarkan tingginya dengan sang anak. Mengusap kepala El dengan begitu lembut dan berkata, “Kamu sudah siap?”

El menganggukkan kepalanya bersemangat, “Kan, mau ke rumah pak dokter biar cepat sembuh,” jawab El dengan senyum yang tidak luntur dari bibirnya.

Mendengar penuturan dari El membuat Ayana merasa miris. Ia tidak tega dengan sang anak yang berjuang dengan rasa sakit yang ia derita ini. Andai Ayana dapat meminta, ia sudah pasti akan meminta pada Tuhan jika dirinya sajalah yang mengalami sakit bukanlah sang anak.

Ya, seperti arti namanya anak yang kuat dan hadiah dari Tuhan. El tidak pernah merasa mengeluh sedikit pun dengan rasa sakit yang ia rasakan.

“Ibu mandi dulu nanti kita berangkat setelah mengantar ayah kerja, ya.” Ayana pun meninggalkan El dan segera bersiap untuk mengantar El ke rumah sakit.

***

“Ayah doakan El sehat, ya,” pinta El dengan menjabat tangan ayahnya dan tidak lupa mencium punggung tangan Radhitya.

“Pasti,” jawab Radhitya seraya mengusap puncak kepala El.

“Hati-hati, ya, Mas,” bisik Ayana tepat setelah ia berada di depan suaminya.

“Cepat berangkat, keburu banyak yang parkir di sini nanti ramai,” sahut Radhitya memberikan helm yang tadinya ia pakai pada Ayana.

Radhitya hanya seorang juru parkir di mall besar di kota. Pria itu terkadang merasa bersalah dengan sang istri yang hidup serba kekurangan karena menikah dengan dirinya. Apalagi setiap dua kali dalam seminggu ia harus bisa menyisihkan setidaknya lima ratus ribu untuk pengobatan sang anak.

Motor yang hanya satu itu pun mereka gunakan secara bergantian. Ayana akan mengantarkan Radhitya bekerja sebelum ia pergi ke rumah sakit bersama anaknya. Ayana memakai helm-nya kemudian segera berangkat ke rumah sakit bersama dengan El.

Tanpa Ayana sadari, sedari tadi sepasang mata telah memperhatikan wanita itu dengan saksama. Seringai nampak terlihat jelas di bibir penuh seorang Arsya. Ya, pria itu tidak pernah melewatkan pemandangan indah yang baru saja ia lihat.

Namun, entah mengapa ada rasa sesak kala wanita yang ia temui semalam begitu dekat dengan pria yang bekerja sebagai juru parkir di mall miliknya.

Tidak ingin terlalu memikirkan apa yang baru saja ia lihat, Arsya pun segera mengetikkan sesuatu di ponsel pintarnya. Senyum kemenangan pun menyertai ponsel yang baru saja ia masukkan kembali ke saku celananya.

Sedangkan di tempat lain, Ayana yang begitu khawatir dengan kondisi sang anak pun terlihat gugup. Tangan mungil miliknya tidak berhenti menggenggam tangan kecil milik El.

“Bu, tenanglah. Ini bukan yang pertama bagiku. Aku pasti selalu sehat,” ujar El mencoba menenangkan ibunya.

Ayana tidak henti merasa bangga pada anaknya ini. Di usia yang masih kecil ia sudah diberi cobaan yang berat, tetapi El tidak merasa lengah sedikit pun. El malah menjadi anak yang tegar dan kuat.

***

Langit jingga yang terkembang di atas kepala tampak indah dengan susunan awan yang membiaskan warna orange. Semilir angin berhembus yang menerbangan rambut lurus milik Ayana. Tak terasa matahari mulai menghilang kini cahaya mulai temaram.

Sore ini Ayana menjemput Radhitya. Namun, sebelum ia menjemput suaminya, Ayana lebih dulu mengantarkan pulang El. Cuaca yang dingin tidak baik untuk kesehatannya.

Ayana melihat Radhitya yang sedang menunggunya dari kejauhan. Lelaki itu nampak sumringah tatkala melihat sang istri yang berjalan ke arahnya. Begitu pula dengan Ayana, wanita cantik berkulit putih itu juga memperlihatkan senyum indahnya.

“Ayo,” ajak Radhitya yang sudah menggenggam tangan Ayana begitu erat. Tentu saja interaksi Ayana dengan Radhitya ini mengundang iri semua orang yang melihatnya. Ayana pun menganggukkan kepalanya dan tidak lupa Radhitya juga berpamitan dengan teman juru parkir yang lain.

Entah sebuah kebetulan atau takdir yang ingin menertawakannya, dari balik kaca jendela mobil seorang pria kini mengepalkan tangannya. Nafasnya berderu tidak karuan karena sesak yang ia rasa begitu menyakitkan.

Wanita itu belum membalas pesannya tapi kini malah tertawa bersama pria lain, berani sekali dia. Tunggu dulu, memang siapa dirinya? Ia hanya seorang pelanggan dari wanita yang bekerja sebagai p*l*cur.

Akan tetapi bukankah wanita itu semalam mengatakan jika ia membutuhkan uang untuk pengobatan anaknya? Lalu apakah itu suaminya atau pelanggan yang lain? Tetapi mengapa mereka sangat intim sekali?

Berbagai pertanyaan muncul di kepala Arsya. Pria itu tidak dapat berpikir dengan jernih. Harusnya ia tidak peduli, tetapi mengapa wanita itu selalu memenuhi pikirannya. Apa karena iris hazelnya yang mampu menenggelamkan ia hingga sulit bagi Arsya untuk abai terhadapnya?

“Aku tidak akan membiarkan kamu lolos lagi lain kali. Aku akan mencicipi seluruh tubuhmu dan menjadikan kamu milikku malam ini,” gumam Arsya dengan lirih.

Arsya menekan nomor telepon dan menghubungi salah satu orang kepercayaannya untuk mencari tahu tentang wanita yang saat ini menjadi incarannya itu. Bagai mendapatkan mangsa yang empuk, Arsya benar-benar tidak akan melepaskannya kali ini.

Di bawah langit gelap dengan penerangan lampu jalanan kota yang terang, Ayana memeluk pinggang suaminya dengan erat. Tidak ada rasa jijik saat keringat Radhitya menyapa indera penciumannya. Prianya, suaminya telah bekerja keras untuk dirinya dan El. Bodohnya ia yang malah menodai pernikahan mereka.

Terpopuler

Comments

Zhunia  Angel

Zhunia Angel

Saya suka banget dengan cerita ini, teruslah menulis thor!

2023-07-26

1

C S Rio

C S Rio

Makin lama makin seru, love it ❤️

2023-07-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!