Bab 3

Rean tersenyum senang, hari ini dia menerima gaji. Dia bisa memberi bu Laksmi sedikit uang untuk tambahan belanja panti.

Semenjak lulus SMA dan mendapatkan pekerjaan. Rean menjadi tulang punggung bagi panti asuhan tempat dia tumbuh besar. Sejak kecil, Rean sudah tinggal di panti asuhan tanpa tahu siapa dan dimana keluarga nya.

Laksmi adalah ibu asuh bagi anak anak yang di titipkan di panti asuhan yang dia kelola bersama mendiang suaminya. Awalnya panti asuhan itu sangat makmur, semuanya tercukupi ketika suami Bu Laksmi masih hidup. Dia selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan panti.

Namun, sekarang pendapatan sudah menurun. Mereka hidup bergantung pada penjualan kue Bu Laksmi yang di bantu oleh anak anak panti untuk membuatnya. Terkadang juga ada donasi yang masuk.

Sekarang, Rean sudah bekerja dan dia bisa membantu sedikit meringankan beban Bu Laksmi.

"Ibu pasti senang." Gumam Rean tersenyum senang, dia mengambil motornya yang terparkir di depan cafe, kemudian melaju pulang.

Tidak butuh waktu lama, hanya 25 menit dari cafe. Rean memasuki pekarangan panti, tempat yang selama ini dia anggap rumah.

"Assalamualaikum" Rean melangkah masuk ke dalam rumah. Dia langsung menuju ke dapur. Biasanya jam segini Bu Laksmi masih ada di dapur untuk menyiapkan jualan besok.

"Assalamualaikum bu-"

"Eh, tumben ibu tidak ada"

Rean mencari ke kamar mandi, siapa tahu Bu Laksmi sedang mencuci pakaian. Ketika dia masuk ke dalam kamar mandi. Rean tidak melihat siapapun.

"Mungkin ibu sudah selesai dan istirahat di kamar" pikir Rean melihat pakaian di dalam keranjang yang sudah di cuci.

Rean pun memutuskan pergi ke kamar Bu Laksmi, dia ingin memberikan setengah gaji nya, kemudian menyimpan sisanya untuk keperluan minyak motor atau pegangan kalau ada apa apa di jalan.

"Loh, Lea. Kamu belum tidur?"kaget Rean melihat Lea adik asuh nya keluar dari kamar Bu Laksmi. Dia melirik jam tangan sederhana melingkar di pergelangan tangannya.

"Sudah jam setengah sepuluh. Besok gak sekolah?"

Lea mengangguk pelan, kemudian menunduk sedih.

"Sekolah kok kak, aku baru saja mengecek kondisi ibu. Tadi-" Ucapan Lea belum selesai, dia terhenti saat Rean menyelonong masuk ke dalam kamar Bu Laksmi saat mendengar kata kondisi ibu.

"Kak.." panggil Lea mengikuti Rean masuk ke dalam kamar Bu Laksmi.

"Sejak kapan ibu seperti ini Lea, kenapa kamu tidak memberitahu kakak!" Ucap Rean marah, dia mengusap tangan hangat yang biasanya mengusap lembut pipinya sebelum berangkat bekerja. Sekarang, Bu Laksmi terlihat tidak berdaya.

Rean menoleh pada Lea yang berdiri di belakang nya, gadis itu tak kunjung menjawab pertanyaan dari nya.

Lea hanya menunduk sedih, dia tidak tahu harus berkata apa. Di pikiran dan di hatinya hanya ada kata khawatir. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana nanti bila Bu Laksmi tidak ada. Hanya beliau yang dia punya.

Melihat hal itu Rean pun merasa iba, dia bisa merasakan apa yang Lea rasakan saat ini. Karena dia juga merasakan hal yang sama. Ketakutan mereka sama.

"Sudah, kamu jangan khawatir. Ayo kita bicara di luar" ucap Rean takut mengganggu Bu Laksmi sedang istirahat.

Rean dan Lea duduk di balai depan panti. Mereka tidak bisa bicara di depan kamar Bu Laksmi atau di dalam panti. Takut anak anak lain dengar dan membuat mereka ikut sedih.

"Maaf kak, aku bukan tidak mau memberitahu kaka. Tadi pagi sebelum aku berangkat ke sekolah, ibu tiba-tiba pingsan. Lalu, karena panik aku langsung membawa ibu ke rumah sakit. "

"Untung uang jajan yang kakak beri tiap bulannya aku tabung dan cukup membayar biaya pemeriksaan ibu"

Lea terisak menceritakan apa yang dia alami hari ini. Apalagi mengingat hasil pemeriksaan ibu Laksmi dari dokter tadi.

Bu Laksmi mengidap penyakit tumor di otak. Dia harus segera di operasi, jika tidak tumornya akan menyebar dan menjadi kanker ganas.

Mendengar penuturan Lea, Rean langsung memeluk tubuh anak remaja yang masih duduk di bangku 2 SMA. Berusaha untuk menenangkannya agar tidak terlalu khawatir.

"Kamu tenang saja Lea, ibu akan baik baik saja."

"Tapi kak, ibu harus segera di operasi sedangkan kita tidak memiliki uang sebanyak itu. Aku takut..."

"Sttt..." Rean menempelkan jari telunjuk nya pada bibir Lea, agar gadis itu diam. Dia tidak sanggup mendengar kalimat yang akan keluar dari mulut gadis itu. Bagaimana pun caranya Rean akan berusaha mencari uang dan mengoperasi Bu Laksmi.

Lea terdiam meskipun isak tangisnya masih ada. Dia menuruti perkataan Rean ketika pria yang sudah dia anggap seperti kakak kandungnya menyuruh dirinya istirahat.

Rean mengantar Lea ke depan kamarnya.

"Tidurlah, besok kamu harus ke sekolah. Soal ini, kakak yang akan mengurusnya" Lea mengangguk, kemudian masuk ke dalam kamar.

Setelah mengantar Lea, Rean pun masuk ke kamarnya. Dia terduduk di tepi ranjang, kakinya mendadak lemas. Dia merasa dirinya tidak berdaya. Gaji yang dia terima tidak lah seberapa. Bahkan, untuk membeli obat Bu Laksmi saja tidak cukup.

"Bagaimana ini, apa yang harus gue lakukan?." Erang Rean menarik rambutnya sendiri, dia berusaha mencari akal agar mendapatkan uang dalam waktu yang singkat dengan jumlah besar. Entah kemana dia mengadu, dia tidak punya siapa siapa di dunia ini selain Bu Laksmi.

Rean merasa tubuhnya gerah, puncak kepalanya terasa panas karena sedang berpikir keras. Dia membuka jaket dan kaos oblong dari tubuh kekarnya. Kemudian menggantungkan pada gantungan baju di belakang pintu. Tidak lupa Rean juga berganti celana panjang ke celana pendek yang biasa dia pakai di rumah.

Plug

Sebuah kartu nama terjatuh tepat di depan kaki Rean. Dia segera mengambilnya dan teringat dengan penawaran yang Gea tawarkan.

Rean menatap kartu nama yang bertuliskan nama Gea.

"GEANA CALISTA "

Sambil berpikir Rean terus memain mainkan kartu nama itu di tangannya. Dia mulai meragu, ini satu satunya cara mendapatkan uang lebih cepat dan banyak.

"Terserah saja lah!"

Rean mengambil ponselnya, kemudian mengetikan nomor ponsel yang tertera di kartu nama itu, lalu menghubungi nya.

Drrttttt.... Drrttttt.... Drrtttt....

Dalam tiga kali dering, panggilan pun langsung terhubung. Terdengar suara merdu seorang gadis menanyakan siapa yang tengah menghubungi nya.

Rean tidak langsung menjawab, dia masih terlihat ragu untuk mengucapkan keinginannya. Namun, karena desakan Gea di sebrang sana dan mengancam akan memutuskan panggilan telfon jika Rean tidak kunjung menjawab siapa dirinya.

"Jika tidak menjawab aku akan menutupnya" ancam Gea kesal.

"Ehh...Tunggu, ini gue. Rean" jawab Rean cepat, membuat Gea menunda niatnya untuk menutup telfon.

"Ternyata elo" senyum manis tercetak di bibir ranum Gea, dia senang akhirnya mendapatkan panggilan telfon dari rean.

"Gue mau jumpa sama Lo besok, seperti nya tawaran lo menarik"

"Oke, setelah jam makan siang gue ke cafe Lo kerja"

klik.

Rean menghembuskan nafas gusar, dia melempar ponselnya ke atas ranjang setelah panggilan terputus. Entah apa yang sudah dia pikirkan, sampai akhir nya dia memutuskan untuk menerima tawaran dari gadis itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!