Arga kini memasuki kamar yang di tempatinya bersama Azizah. Ia membuka pintu kamar berukuran luas itu. Namun dia tak melihat istri keduanya itu disana.
"Zizah!"
Arga mencari istri keduanya tersebut. Dan terdengar percikan air dari dalam. Arga terdiam menunggu lumayan lama sekitar 20 menitan. Namun Azizah tak kunjung keluar, membuat dirinya khawatir.
"Zizah buka pintunya!" Arga mengetuk pintu beberapa kali.
"Zizah kamu tidak apa-apa?" tanyanya lagi. Namun tetap tak ada jawaban.
"Zizah, hey. Buka pintunya!"
" Zizah kalau kamu tidak apa-apa, keluar. Sebelum aku dobrak pintunya."
Ceklek
Seketika pintu kamar mandi pun terbuka. Untung saja Arga segera menghentikan pergerakannya. Jika tidak, sudah di pastikan Azizah akan tertubruk olehnya.
"Kenapa kamu mengurung diri di kamar mandi?" suara Arga sedikit tinggi karena bercampur cemas.
"Maaf!"Hanya itu yang keluar dari mulut Zizah. Suara lembut yang hampir tak terdengar. Lalu ia melengos pergi tanpa menatap Arga sedikitpun.
"Baiklah duduk dulu disini. Aku ingin bicara padamu," ujar Arga seraya menepuk sofa yang kini di dudukinya.
"Disini saja." Azizah menolak duduk berdekatan dengan Arga. Ia lebih memilih duduk di atas ranjang.
Namun Arga malah menghampirinya. Ia kini duduk di samping Azizah. Tangannya kini menggenggam tangan istri mudanya. Namun seketika di tepis oleh Azizah.
Arga hanya menghela nafas. Namun Ia kini membingkai wajah Azizah agar bertatapan dengannya. Menatap wajahnya dengan tatapan penuh kelembutan. Namun betapa terkejutnya ia saat melihat wajah Azizah kini begitu memerah dan matanya sembab.
"Kamu kenapa?" tanya Arga dengan raut wajah khawatir. Lebih tepatnya pura-pura khawatir. Azizah hanya menggelengkan kepalanya seraya menyeka air mata yang kembali keluar tanpa permisi.
"Cerita padaku. Ada apa sampai kamu menangis seperti ini?"
"Tidak apa-apa."
"Jangan di tutup-tutupi. Kita adalah suami istri."
"Aku tidak menutupi apapun." Ketus Azizah seraya menunduk. Lalu menggeser tubuhnya agar tak berdekatan dengan Arga. Rasa sakit di hatinya, mengalahkan rasa takutnya pada pria yang menjadi suaminya itu.
Arga mengernyitkan dahinya. Merasa ada yang aneh dengan Azizah, "Katakan padaku ada apa sebenarnya. Atau karena ada Elsa?"
Lagi-lagi Azizah hanya menggelengkan kepalanya.
"Lalu apa?"
"Sudahlah, Mas. Sekarang kembalilah ke non Elsa. Jangan pedulikan wanita sepertiku. Aku tidak enak di perlakukan baik seperti ini oleh majikanku sendiri." ujar Azizah.
"Sudah kubilang aku ini suamimu. Bukan lagi majikanmu. Kenapa kamu selalu berkata seperti itu!"
"Iya istri sementara bukan? Yang hanya di harapkan untuk memberikanmu seorang anak saja. Tak lebih dari itu. Lalu setelah aku melahirkan anakmu. Kamu akan membawa anakku untuk menjadi anak mu dan juga Non Elsa. Lalu Mas akan mencerikanku kan?"
Arga begitu terkejut dengan penuturan Azizah. Ia tak menyangka pembicaraannya tadi ternyata di dengar oleh Azizah.
"Apa maksudmu? Jangan asal bicara!" Arga mengeles, mengalihkan pembicaraan.
"Aku tidak asal bicara, Mas. Aku mendengarnya dengan telingaku sendiri. Tega sekali kamu, Mas. Ternyata kamu menikahiku hanya untuk memanfaatkanku saja. Kamu menikahiku bukan untuk di jadikan istri selamanya. Melainkan kamu akan membuangku setelah keinginan mu terwujud. Sejahat itukah dirimu, Mas? Serendah itukah aku di matamu hingga tak ada sedikit perasaan baik mu padaku? Apa salahku padamu, Mas? Apa kamu pikir aku hanyalah seorang anak dari pembantu mu saja, Mas? Hingga di matamu aku tak ada harganya sama sekali!" Azizah berbicara dengan bibir yang bergetar. Air matanya akhirnya menetes tumpah ruah meski sudah ia tahan.
"Palankan suaramu. Aku ini suami mu!" Tegas Arga seraya menatap tajam Azizah.
"Aku kira selama ini Mas memang baik padaku. Bahkan Ayahku dengan percayanya bahwa Mas akan menjagaku sebagai putrinya. Tapi ternyata kamu terlalu jahat, Mas. Kenapa kamu tidak jujur saja padaku dari awal. Bahwa kamu menikahiku hanya ingin memiliki seorang anak dan setelah itu akan menceraikanku. Setidaknya kamu tidak memberi harapan palsu padaku, Mas."
"Hey, kamu seharusnya tahu diri dari awal. Bukan malah menyalahkanku. Kau harusnya tahu posisi mu. Andai aku hanya ingin mencari istri, maka aku tidak akan memilih ku yang hanya seorang anak pembantu saja. Aku akan memilih seorang wanita yang sejajar denganku. Jadi sadar dirilah!"
Deg
Sakit, sungguh sakit kata-kata Arga. Seperti sebuah pisau yang menyayat habis hatinya.
"Aku memang seorang anak pembantu. Tapi aku punga harga diri. Aku punya hak untuk hidup bersama orang yang aku cintai. Bukan menikah dengan pria tak berperasaan seperti mu!"
Plak
Tanpa sadar, Arga kelepasan menampar Azizah
Hingga tersungkur ke lantai, karena emosi yang tak tertahankan. Ia merasa Azizah sudah keterlaluan padanya.
Azizah kini semakin menangis terisak. Tak pernah terpikirkan dalam benaknya bahwa ia akan di perlakukan seperti ini oleh pria yang di harapkan akan memberinya perlindungan dan cinta yang tulus.
"Lalu mau mu bagaimana sekarang?" Arga meninggikan suaranya. Ia memang mengaku salah telah berbuat kasar. Tapi rasa gengsinya untuk meminta maaf membuat Ia terkesan tak peduli.
"Aku mau kita cerai!"
Deg
Raut wajah Arga kini berubah seketika. Ada rasa marah di dalam hatinya. Merasa semakin tidak di hargai oleh orang yang di anggapnya rendah. Tak hanya itu. Ia pun belum menggapai apa yang di tuju. Azizah belum memberikannya seorang anak. Dan sebelum itu, ia tak akan pernah mengizinkan Azizah pergi dari hidupnya.
"Itu tidak akan pernah terjadi sebelum kamu memberikan aku seorang anak!"
"Kenapa kamu tega padaku? Apa salahku padamu? Aku hanya ingin kita berpisah. Untuk apa kita berada dalam lingkup pernikahan jika tak ada cinta sama sekali. Aku hanya ingin pernikahan ini menjadi ladang pahala untukku . Tadinya aku akan berusaha menerima Mas sebagai suami. Bahkan aku rela memberikan kehormatan yang selama ini aku jaga. Jika tahu begini, Demi Allah, aku tidak akan memberikannya padamu semalam, Mas!"
Sudah bisa di bayangkan bagaimana marah dan sakitnya Azizah saat ini. Air matanya yang deras sudah berhasil mewakili bagaimana sakitnya hati perempuan bermata bening itu saat ini.
"Pokoknya aku tidak akan menceraikanmu. Sebelum kamu mengandung anakku." Ketus Arga dengan raut wajah yang tampak semakin marah.
"Aku tidak mau mengandung anak dari pria yang tak mencintaiku. Apalagi anakku akan Mas ambil untuk di jadikan anak kandung Mas dengan Nona Elsa. Coba Mas bayangkan jadi aku. Apa menurut Mas aku rela melakukan itu? Apa semua ini tidak terlalu kejam bagiku?" Azizah menangis. Menatap wajah Arga dengan penuh rasa kecewa.
"Jika kamu bercerai denganku. Akan kupastikan semua apa yang kuberi pada keluargamu akan aku renggut kembali. Bahkan aku akan mencabut biaya sekolah adik-adikmu itu serta rumah yang kuberikan untuk mereka. Apa kamu tega melihat mereka sengsara hah?" Suara Arga meninggi satu oktaf. Membuat Azizah terlonjat kaget. Baru kali ini dia melihat Arga marah yang ternyata perangainya begitu menyeramkan.
"Aku akan berusaha untuk membiayai mereka. Kami sudah biasa hidup susah. Jadi jangan mengkhawatirkan kami."
"Apa kamu yakin biasa membiayai mereka tanpa Ayahmu? Tanpa kamu tahu Ayahmu punya penyakit kanker yang mematikan. Dia menyembunyikannya darimu selama ini. Dan kamu dengan angkuhnya mau bercerai denganku? Sedangkan Ayahmu sudah mempercayaimu berada dalam dekapanku. Apa kamu yakin bisa hidup sendiri dan membiayai adik-adikmu itu?"
Jedder
Azizah seketika terdiam dengan raut wajah terkejut. Kepalanya menggeleng pelan. Raut wajahnya terlihat begitu terkejut. Keringat dingin tiba-tiba terasa mengucur membasahi wajahnya.
"Apa maksud, Mas? Ayah punya penyakit kanker?" tanya Azizah tak percaya.
"Kamu tanya saja pada Ayahmu jika tak percaya. Dia sudah mengidap penyakit itu selama satu tahun lamanya. Dan menyembunyikannya dari anak-anaknya. Maka dari itu dia sangat senang ketika kamu menikah denganku karena aku akan menjamin semua kebutuhan anaknya termasuk dirimu. Dan kini kamu dengan angkuhnya mau berpisah denganku. Tidak takutkah kamu keluargamu akan kecewa dan menjadi gelandangan?"
Azizah tak bisa berkata apa-apa lagi saat ini. Sungguh dia tak menyangka dengan penuturan Arga. Ia kini menjatuhkan tubuhnya di lantai. Lalu menangis tersedu-sedu disana. Ia memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Sungguh Ia tak menyangka pria yang menjadi cinta pertamanya itu mengidap penyakit yang mematikan. Pantas saja sang Ayah memaksanya untuk menikah dengan Arga. Mungkin agar putra dan putrinya setidaknya tidak kekurangan soal harta seperti yang selalu Azizah alami selama ini.
"Ya Allah!" Lirihnya masih dengan tangisannya. Tubuhnya lemas dan berakhir duduk di lantai.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Arga yang seketika merasa khawatir karena melihat Azizah yang terlihat lunglai tak berdaya. Namun Azizah menepis tangan besar itu yang hendak menyentuhnya. Ia masih tenggelam dalam tangisannya. Ia mendapati kejutan yang sama sekali tak pernah ia bayangkan. Semua ini terlalu menyakitkan baginya.
"Kenapa Mas baru mengatakannya sekarang?"
"Karena Ayahmu yang memintanya."
"Astagfirullah, Ya Allah. Ujian apa lagi yang akan kudapati, Ya Rabb!"
Arga tak tega. Apalagi melihat Azizah kini terlihat begitu terpuruk. Kali ini ia merasa bersalah karena lagi-lagi tidak bisa mengontrol emosinya hingga membocorkan rahasia yang di sembunyikan Pak Dani selama ini dari Azizah.
"Tolong tinggalkan Zizah dulu, Mas. Zizah gak mau di ganggu!"
"Tapi kamu... "
"Kumohon, Mas!" Pinta Azizah. Ia butuh sendiri dulu. Ia butuh menenangkan hatinya yang saat ini masih di penuhi dengan keterkejutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Yuno
Ngakak dosa!
2023-07-25
0
Rafkalia28
Jangan pernah berhenti memperkaya kita dengan imajinasi dan kreativitasmu, thor!
2023-07-25
0
Violeta Itzae Gonzalez O.
Ceritanya terlalu seru sampai-sampai aku kehilangan akal. Lanjut terus thor!
2023-07-25
0