Hamil

"Aku tahu, Ka. Tapi apa salahku?"

"Semenjak menikah dengan mu. Arga jadi beda. Dia berani memarahiku sekarang. Dia berani membantah apa yang kukatakan sekarang. Dan semua itu karena kamu. Aku tegaskan padamu Azizah. Mulai saat ini pergi tinggalkan suamiku. Dan aku akan memberimu imbalan yang sesuai!"

Plak

Beberapa gepokan uang, Elsa lempar tepat ke wajah Azizah. Seketika Azizah marah. Meskipun ia merasa memang derajatnya jauh berbeda dengan Elsa, tapi ia masih punya harga diri. Ia tak mau di injak-injak seperti ini.

"Aku tidak butuh uang ini. Aku tegaskan sekali lagi padamu. Aku bukan lagi pembantu mu. Aku ini istri suami mu sekarang. Bisa di bilang aku dan kamu sekarang sejajar. Jadi jangan pernah lagi meremehkan aku!" ucap Azizah dengan raut wajah marah seraya kembali melempar uang itu ke wajah Elsa.

"Sudah berani yaa kamu!" Elsa kembali hendak menampar Azizah. Namun Azizah melawannya hingga tangan itu tidak kembali menyentuh pipinya.

"Apa tidak puas kalian menyiksa batinku? Setidaknya biarkan aku hidup dengan tenang. Aku sudah menjauh dan pisah rumah dari kalian. Tapi kamu masih mengusik hidupku!"

"Itu saja tidak cukup wahai pembantu. Aku ingin kamu bercerai dengan suamiku. Dan pergi jauh darinya hingga kalian tidak bisa bertemu lagi."

"Maka suruhlah suamimu itu untuk menceraikan aku. Karena dialah yang tidak mau berpisah denganku sebelum aku memberikannya seorang anak. Jadi jangan salahkan aku Nona Elsa yang terhormat!" Tegas Azizah. Ia tidak mau diam. Dia harus bisa membela dirinya sendiri.

"Awas kalau kamu berani mengambil Arga dariku. Ini hanya peringatan pertama. Jika kamu melakukan kesalahan yang fatal, aku tidak akan segan membuat perhitungan yang lebih, bahkan bukan hanya untuk dirimu, tapi juga keluarga mu." ucap Elsa seraya pergi dari rumah itu. Hatinya di penuhi bara api. Saat ini ada rasa ketakutan dalam dirinya bahwa Azizah akan merebut Arga darinya.

***

Jam kini menunjukan pukul 7 malam. Arga baru saja pulang dari kantornya. Selama satu minggu ini ia lebih sering menginap di rumah Azizah. Bukan di rumah tempat tinggalnya bersama Elsa dan juga kedua orang tuanya.

Ia memasuki rumah berukuran besar dua lantai itu dengan wajah yang letih. Ada rasa nyaman saat tinggal disini. Ia bisa beristirahat dengan tenang dan di layani layaknya seorang suami. Tidak seperti ketika pulang ke rumahnya bersama Elsa. Dimana wanita itu tidak pernah mengerti akan dirinya yang kelelahan. Elsa kerap kali menyuruh-nyuruh dirinya seenaknya. Marah-marah tentang pekerjaan yang sedang ada masalah. Tanpa mengerti apa keinginan Arga sebagai seorang suami yang baru saja pulang mencari nafkah.

Arga membuka pintu. Di ruang tamu, rumah itu tampak sepi. Ia memanggil-manggi nama Azizah, namun tidak ada jawaban. Akhirnya Arga mencari Azizah di lantai atas. Terdengar suara Azizah yang sedang muntah di kamar mandi.

"Hueeekkk... Huueeekkk."

Arga seketika menghampiri istri kecilnya tersebut yang kini tengah di bantu oleh Bi Atin yang merupaka  pekerja disini.

"Zizah, kamu kenapa?"

"Non Zizah dari tadi muntah terus, Tuan." ucap Bi Atin.

Arga membantu Azizah dengan mengusap bahunya lembut. Lalu mengikat rambut Azizah saat wanita itu ingin membasuh mulutnya.

"Kita ke dokter ok?" ucap Arga seraya hendak memangku Azizah saat wanita itu sudah selesai. Namun Azizah malah menepisnya. Seolah tidak ingin di sentuh oleh Arga. Karena setelah kejadian tadi, dimana Elsa menghampirinya, membuat lukanya kembali tergores.

"Aku hanya ingin menolong mu!" Ketus Arga.

"Tidak usah. Urus aja istri mu itu." ucap Azizah pelan. Lalu ia berjalan dengan di bantu Bi Atin menuju kamarnya.

***

Jam kini menunjukan pukul 11 malam. Dari tadi, Azizah benar-benar tidak membuka pintu kamarnya. Dan Arga kini tahu apa penyebabnya setelah mendengar cerita dari Bi Atin.

Namun kini tiba-tiba wanita mungil itu keluar dengan tergesa-gesa menuju kamar mandi. Arga yang sedang berbaring seraya nonton televisi di ruang santai kini tampak terkejut dan langsung menghampiri Azizah.

Huueek huueek

Azizah mengeluarkan isi perutnya di atas wastafel beberapa kali. Namun hanya keluar cairan kuning saja karena perutnya tidak terisi.

"Kamu sangat keras kepala. Sudah kubilang makan dulu lalu jangan biarkan perutmu kosong." Gerutu Arga.

Azizah hanya diam. Tubuhnya begitu lemas. Ia terduduk karena perutnya yang terasa nyeri. Hingga akhirnya Arga membopong tubuh mungil itu di baringkannya kembali di atas kasur. Bi Atin mencoba untuk membantu. Mengoleskan minyak aromaterapi ke kening dan leher Azizah.

"Apa yang terasa?" tanya Arga seraya duduk di sisi ranjang.

"Kepalaku pusing. Perutku mual." Rintih Zizah dengan suara pelannya.

"Mungkin kamu masuk angin," Arga kini turun ke lantai bawah dan menyuruh Art untuk membawakan Azizah makan dan juga minum.

"Ayo makan dulu," ujar Arga saat makanan itu sudah selesai di sediakan.

"Perutku mual. Aku gak bisa makan nasi," ucap Zizah seraya memijit kepalanya yang terasa pusing.

"Sedikit saja."

"Gak mau, Mas. Kepala Zizah pusing."

"Yasudah, Mas suapin yaa. Sedikit aja."

"Gak mau, Mas."

"Ayolah sayang!"

Deg

Azizah begitu terkejut saat Arga memanggilnya dengan kata sayang. Untuk pertama kalinya ia merasa bahwa Arga kini begitu perhatian padanya. Setelah selama ini, ia mengenal Arga sebagai sosok pria yang dingin dan tak punya perasaan.

Akhirnya Azizah mau untuk makan. Namun baru dua suap nasi masuk ke dalam mulutnya, tiba-tiba ia kembali merasakan mual. Dan akhirnya berakhir kembali di kamar mandi. Arga dengan telaten menjaga Azizah. Hingga akhirnya Azizah kini benar-benar merasa lemas.

"Rio panggilkan dokter kesini sekarang juga."

"Yaa, sekarang juga. Jangan lama." Titah Arga pada asistennya melalui telepon. Ia tak tega melihat Azizah kini begitu lemah. Bahkan wajahnya terlihat tampak pucat.

Tak lama kemudian, datanglah seorang dokter pria yang hendak memeriksa Azizah. Arga tak sabar untuk segera mengetahui apa penyakit yang di derita istrinya saat ini.

"Bagaimana, Dok? Apa yang terjadi dengannya?"

"Selamat Tuan, istri anda sekarang sedang hamil."

Azizah terkejut. Begitupun dengan Arga yang tak percaya dengan kabar yang membahagiakan baginya ini. Tatapan Arga saat ini begitu berbinar. Tangannya seketika menggenggam tangan Azizah. Sedangkan Azizah sebaliknya. Tanpa di sadari air matanya kini luruh membasahi pipinya. Seharusnya ia bahagia dengan kehamilan ini. Namun setelah mengetahui bahwa Arga akan membawa anaknya suatu saat nanti. Seketika rasa bahagia itu sirna di ganti dengan rasa cemas kehilangan sang anak.

"Benar, Dok?" tanya Arga memastikan.

"Iya, Tuan. Kandungannya kemungkinan baru 4 minggu. Jika ingin mengetahui secara detail. Anda bisa memeriksakannya ke rumah sakit untuk di usg."

"Apa janinnya sehat, Dok?" tanya Azizah. Ia begitu terharu dengan kabar ini karena ia tak menyangka akan menjadi seorang Ibu. Tangannya kini mengelus lembut perut datarnya. Dan mengharapkan kesehatan bagi janin yang di kandungnya.

Semoga kita tidak akan pernah berpisah ya, Nak. Bunda janji, akan selalu menjagamu sayang. Batin Azizah.

Terpopuler

Comments

Dadi Bismarck

Dadi Bismarck

Pusing pake banget kerjaan sehari-hari, tapi baca cerita ini bener-bener jadi pelarian terbaik.

2023-07-26

0

Eva Castillo

Eva Castillo

Penasaran sama kelanjutannya 😍

2023-07-26

0

cómics fans 🙂🍕

cómics fans 🙂🍕

Aku nggak bisa bayangin kalau novel ini berakhir. Teruslah menulis, thor! 🎉

2023-07-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!