Daffa mengusap wajahnya kasar setelah gagal berbicara dengan sang oma, saat ini kemarahannya pun memuncak atas perjodohan itu.
"Arrrgghhh" Daffa mengeram emosi.
"Sayang kamu kenapa sih? Cerita sama mamah kalo kamu ada masalah" Tanya Aida kepada sang putra.
"Mah, oma dan papah. Mereka mendesak ku untuk menikah dengan wanita yang bahkan aku aja gak kenal, apa ini masuk akal?" Tutur Daffa.
"Apa? Jadi perjodohan itu benar akan di lakukan? Bisa-bisanya papah kamu tidak berbicara apapun dengan mamah!" Kata Aida kesal.
"Jadi mamah pun gak tau?" Aida menggeleng.
"kamu tenang aja ya sayang nanti mamah coba bicara sama papah" Kata Aida
menenangkan seraya mengelus pundak Daffa.
"Makasih mah" Saut Daffa lalu meninggalkan Aida.
"Kamu mau kemana malam-malam begini Daffa?" Tanya Aida mengikuti langkah putra semata wayangnya.
"Daffa mau keluar dulu mah, mau menenangkan pikiran!"
"Ini sudah malam Daffa. Lagi pula mau sampai kapan kamu bermain-main di club malanm? Kamu itu sudah dewasa, kamu satu-satunya calon pewaris Wijaya Corp. Jadi berhentilah main-main" Cegah Aida.
Mendengar celotehan dari Aida semakin membuat Daffa kesal, Daffa pun menghentikan langkahnya.
"Mah! Daffa bukan anak kecil lagi, jadi tolong berhenti menghalangi apapun yang aku mau!" Ucap Daffa sedikit menaikkan suaranya.
"Ka-kamu berani bentak mamah? Hiks hiks" Tangisan Aida lolos ketika mendengar bentakan dari anak semata wayangnya.
Aida pun pergi ke kamar meninggalkan Daffa..
"Mah, Daffa gak bermaksu-" Ucapan Daffa terhenti ketika Aida pergi.
"Arrrggghhh!" Daffa mengeram kesal meremas rambut miliknya kasar.
Bagaskara yang sedang bersantai di dalam kamar dengan gadget ditangannya serta tidak ketinggalan berita portal terbaru yang saat ini sedang dia baca.
Tiba-tiba seorang wanita memasuki kamar, terdengar suara tangisan menggema di telinga Bagaskara.
"Mah ada apa?" Tanya Bagaskara dengan langkah kecil menghampiri sang istri.
"Pa! Hiks hiks hiks" Panggil Aida dengan menangis.
"Apa yang membuat mamah menangis?" Tanya Bagaskara lagi.
"Daffa pah, sejak kapan anak semata wayang kita berani membentak mamah hiks hiks hiks" Tutur Aida kepada suaminya.
Mendengar penuturan dari Aida, Bagaskara pun menuntun sang istri untuk duduk di atas ranjang.
"Sini mah duduk dulu agar lebih tenang" Titah Bagaskara menenangkan.
"Sepertinya keputusanku untuk menjodohkan Daffa dengan Safira adalah pilihan yang tepat" Kata Bagaskara dalam hati.
"Pah apa benar papah akan menjodohkan Daffa dengan gadis pilihan ibu?" Tanya Aida yang kini sudah mulai tenang.
"Hmm" Jawab Bagaskara bergumam.
"Papah lupa kalo Daffa itu sudah memiliki pacar?" Cecar Aida.
Bagaskara menggelengkan kepalanya.
"Lalu? Kenapa papah mendukung keputusan ibu untuk menjodohkan anak semata wayang kita dengan gadis yang kita aja nggak kenal pah?"
"Mah, apa mamah mendukung jika Daffa menikah dengan pacarnya? Siapa namanya? Ah Friska." Tanya Bagaskara dingin.
"Tentu saja mamah akan mendukung jika itu akan membuat Daffa bahagia"
Bagaskara membenarkan posisi duduknya agar berhadapan dengan Aida.
"Mah, papah tanya baik-baik. Mari kita berpikir dengan kepala dingin. Apa yang mamah akan banggakan dengan menantu seorang model yang gemar menghabiskan
waktunya di club malam? Hmm? Bukankah dulu Daffa tidak seperti ini mah? Papah hanya ingin Daffa menikah dengan wanita yang bisa merubah anak kita menjadi lebih baik mah" Ucap Bagaskara menjelaskan.
Aida bergeming sesaat.
"Gadis itu berasal dari keluarga seperti apa pah?" Tanya Aida penasaran.
"Gadis itu salah satu karyawan yang bekerja di perusahaan papah mah"
Aida membelalakkan matanya sempurna, apa ini lelucon? Bagaimana bisa anak satu-satunya, lulusan universitas ternama di amerika dan calon pewaris Wijaya
Corp menikah dengan karyawan biasa.
Kalimat itu seperti sedang menari-nari dalam pikiran Aida.
"Apa? Papah bercanda?" Tanya Aida tersenyum kecut.
"Nggak mah"
"Lalu bagaimana dengan perasaan Daffa pah? Ini sama aja papah menyiksa dia secara tidak langsung!" Seru Aida.
"Papah tidak ingin Daffa salah langkah mah itu saja, tolong kali ini percayakan pada ibu dan papah ya?" Bagaskara yang berusaha meluluhkan Aida.
Di club malam Daffa bersama Farhan sedang duduk di sebuah sofa, musik yang begitu memekakkan telinga pun tidak luput dari suasana itu.
Daffa yang sedari tadi hanya terdiam tanpa mengeluarkan suaranya membuat Farhan heran.
"Bro, lo kenapa?" Farhan membuka obrolan.
Tidak ada jawaban dari Daffa, dia hanya melirik Farhan melalui ekor matanya.
"Lo kalo ada masalah cerita kali"
Farhan yang sepertinya menyadari situasi sahabatnya sedang tidak baik-baik saja.
Daffa menghembuskan napasnya berat.
"Gue mau dijodohin Han" Jawab Daffa sambil memijat kepalanya yang terasa pening.
"Hah? Gue nggak salah denger?" Tanya Farhan tak percaya.
"Tunggu-tunggu, bukannya semua keluarga lo tau kalo lo itu pacaran sama Friska dari lama?" Sambung Farhan kembali.
"Hmm" Jawab Daffa bergumam.
"Terus kenapa lo malah dijodohin?"
Daffa pun menceritakan semuanya kepada Farhan.
"Gila! Runyam banget masalah lo" Saut Farhan.
"Itu lo tau!" Ketus Daffa.
"Terus keputusan apa yang bakal lo ambil?" Cecar Farhan penasaran.
Tiba-tiba Daffa tersenyum smirk, dia membenarkan posisi duduknya yang sebelumnya bersandar pada sofa.
"gue punya rencana!" Kata Daffa yang tiba-tiba memiliki ide.
"Jangan bilang lo akan--" Ucapan Farhan terhenti ketika Daffa memasukkan kentang goreng ke dalam mulutnya.
"Berisik banget lo dari tadi! Banyak nanya kaya wartawan" Puas Daffa yang berhasil membungkam mulut Farhan.
Pagi hari Bagaskara, oma Rahma dan Aida sedang menikmati sarapan. Tidak terlihat kehadiran Daffa dimeja makan pagi ini.
Oma Rahma yang menyadari bahwa sedari tadi sang cucu tidak ikut bergabung dalam sarapan pagi ini pun memerintahkan salah satu pembantu untuk memanggil Daffa.
"Bi Asih tolong panggilkan Daffa untuk sarapan" Titah oma Rahma.
"Baik nyonya besar" Jawab bi Asih.
Baru beberapa langkah bi Asih hendak memanggil tuan mudanya, namun Daffa sudah datang dan langsung bergabung dimeja makan.
Tanpa mengeluarkan suara Daffa. mengambil nasi goreng kedalam piring miliknya.
Kini mereka berempat pun sibuk dengan sarapannya masing-masing tanpa ada yang berbicara satu sama lain.
Sepertinya masalah perjodohan itu membuat hubungan keluarga Bagaskara manjadi sedikit dingin.
"Daffa setuju dengan gadis piliban oma" Daffa membuka suara membuat atensi orang-orang disekitarnya teralihkan.
Meskipun ucapannya terdengar dingin namun membuat oma Rahma tersenyum
bahagia.
"Benarkah? Terimakasih banyak cucuku" Ucap oma Rahma mengelus pundak Daffa.
Sedangkan Aida hanya menatap sang putra dengan wajah datar, sepertinya dia masih terlalu kesal dengan Daffa atas kejadian semalam.
"Dan--mah, maafkan Daffa tentang semalam" Kata Daffa yang sempat terhenti ucapannya.
"Hmm" Jawab Aida hanya bergumam.
"Ibu, bagaimana jika nantimalam kita ajak Fira makan malam di rumah sekaligus membicarakan tentang pernikahannya dengan Daffa?" Tanya Bagaskara memberikan usul kepada oma Rahma.
"Ibu setuju dengan pendapatmu" Jawab oma Rahma.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments